Setiap manusia tentunya ingin berbuat baik, berlaku baik, dan menebar kebaikan. Tapi, anda akan sangat beruntung jika anda berbuat baik karena Allah sebagai alasan utama anda berbuat kebaikan.
Dalam setiap hembusan nafas dan detak jantung kita, terdapat banyak bukti tentang betapa baiknya Allah kepada kita.
Kebaikan-Nya melimpah, tak terbatas, dan tak ada duanya. Dari kebaikan inilah kita diajak untuk berintrospeksi dan menjadi contoh bagi sesama dengan berbuat baik.
Bosan dengan itu? OK.
Saya mestinya tidak ada di dunia ini lagi, tapi Allah memberi saya kesempatan untuk tetap makan mie ayam, sate, dan/atau sop buntut buatan orang tua saya, yang artinya saya tetap hidup, untuk menebus kesalahan saya di masa lalu, dengan kebaikan.
Saya rasa, begitu juga anda, selama kita masih hidup, kita masih bisa berbuat baik untuk menebus dosa kita di masa lalu.
Bukti Allah Baik
Saya pernah melihat dan memperhatikancleaning service (petugas kebersihan) di tempat saya bekerja, dan terlintas di pikiran saya, “saya dan dia tidak ada bedanya, kenapa saya pakai seragam ini (dengan take home pay yang beda) sedangkan dia cleaning service?”.
Sepupu saya juga ada yang meninggal secara mengenaskan dengan menabrak pohon ketika naik motor dengan kecepatan tinggi, sementara saya dulu sering mengendarai motor di atas 100 km/j (seratus kilometer per jam) dan sekarang masih hidup.
Belum cukup bukti?
Masih banyak bukti lain yang mungkin hanya diketahui dan disyukuri oleh saya sendiri.
Allah Baik: Sebuah Refleksi atas Nikmat yang Tak Ternilai
Ketika kita merenungkan hidup ini, ada banyak hal yang bisa kita syukuri.
Kesehatan yang baik, kemampuan intelektual yang memadai, dan tentu saja, kepercayaan diri yang tinggi terhadap penampilan kita.
Semua ini adalah tanda-tanda dari kebaikan Allah yang tak ternilai harganya.
Selain itu, kesempatan untuk bekerja di tempat yang dianggap elit dan berpenghasilan besar adalah bukti lain dari kebaikan-Nya.
Fakta-fakta itu mengarahkan kita pada satu kesimpulan, yaitu Allah baik kepada kita.
Apa yang Menghalangi Kita Berbuat Baik?
Dengan semua nikmat yang telah diberikan kepada kita, apa yang menghalangi kita untuk berbuat baik kepada sesama?
Seharusnya, tidak ada, tapi sayangnya ada anugerah Allah yang memungkinkan kita mengenali manusia yang buruk dan mengetahui kenyataan bahwa tidak semua manusia itu baik.
Selain itu, dalam kehidupan kita, tentunya banyak ditemui manusia yang hobi membalas kebaikan dengan keburukan.
Sebaik apapun kita, kita tidak pernah melakukan kebaikan yang sempurna menurut mereka yang tidak bisa bersyukur dan berterima kasih.
Disuruh Berbuat Baik karena Allah
Kita telah dianugerahi Allah dengan begitu banyak fasilitas dan hadiah, normalnya seharusnya kita juga berbagi kebaikan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan kita.
Itu benar, tapi aslinya kita malas berbuat baik, kalau membalas kejahatan baru kita semangat, iya kan?
Namun demikian, Allah melarang kita berbuat kerusakan (dengan membalas kejahatan) secara berlebihan.
Oleh karena itu, Allah “menyuruh” kita membaca Al-Quran dan di dalamnya menemukan perintah dari Allah untuk kita berbuat baik, sebagaimana tercatat sebagai berikut:
“…berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu..”
(Q.S. Al-Qasas:77)
dan
“…berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(Q.S. Al-Baqarah: 195)
Disinilah kadang saya iri dengan Al-Kafirun (orang-orang kafir) dan Al-Munafiqun (orang-orang munafik), karena mereka bisa melakukan apa saja tanpa takut sama Tuhan dan juga bisa menyepelekan perintah Allah, walaupun jelas.
Sementara kita harus patuh pada perintah-Nya.
Tapi, patuh pada perintah Allah itu tidak rugi, malah beruntung.
(E: itu karena dia sudah melihat orang kena azab Allah dan tidak mau dimarahi Allah)
Berbuat Kebaikan Tanpa Memotong Tangan Sendiri
Berbuat baik bukan berarti kita harus:
- merugikan diri sendiri;
- berbuat baik kepada orang yang jahat sama kita atau tidak baik kepada orang yang kita sayangi; dan/atau
- ramah kepada orang sombong. (senyum itu adalah salah satu bentuk kebaikan)
Kebaikan yang proporsional, yang tidak melampaui batas kemampuan kita, adalah yang terbaik.
Walaupun dalam kasus tertentu, misalnya direct order (perintah langsung), kita kadang harus mengesampingkan SOP (Standard Operating Procedures) itu,
Meskipun mungkin kita tidak langsung mendapat imbalan materi dari kebaikan yang kita lakukan, yakinlah bahwa setiap kebaikan pasti ada balasannya, apalagi yang merupakan perintah Allah dan dilakukan karena Allah.
Motivasi Terbesar Berbuat Baik: Allah
Dengan sering mengingat Allah, maka otomatis kita bisa menjadi manusia yang baik, senantiasa berbuat baik walau mungkin hanya sekedar senyum, dan sabar dalam menghadapi kehidupan.
Mengapa kita harus berbuat baik?
Jawabannya sederhana: karena kita “takut Allah”.
Takut di sini bukan berarti ketakutan yang membuat kita terjebak dalam kecemasan tak berujung, tetapi sebuah rasa hormat dan penghormatan kepada Sang Pencipta.
Ketakutan ini yang akan membuat kita menjadi tunduk dan ridha kepada Allah, bahkan ketika kita merasa malas atau ragu.
P.S. Berbuat baik mungkin terasa berat di awal, namun dengan motivasi yang tepat, yaitu rasa takut dan cinta kepada Allah, setiap langkah kebaikan pasti akan terasa lebih ringan.