It’s Already Sad Enough That I Am Alone: Saya Tidak Mau Ada Masalah

Hidup tenang, tanpa masalah, tanpa isu, tanpa skandal, dan tanpa masalah hukum apalagi masalah dengan Tuhan adalah keinginan hampir semua orang, termasuk saya. Namun, pada kenyataannya, “hidup tak selamanya indah kakak”, terkadang ada saja sesuatu yang berusaha merusak ketenangan hidup yang sebenarnya cukup menyedihkan dan membuat stres kalau anda jalani, yaitu sendiri, jauh dari orang-orang yang kita sayangi dan jauh dari orang-orang yang peduli dan menyayangi kita. (It’s already sad enough that I am alone, jadi saya tidak mau ada masalah)

Kesedihan sering menjadi ujian penyiksa jiwa dan raga saya, terkadang saya merasa saya sudah tidak kuat lagi, tapi apa daya, saya harus mencari nafkah yang halal untuk mencukupi kebutuhan dan kesenangan mereka yang saya sayangi, meskipun itu berarti saya harus jauh dari keluarga.

(Saat ini) saya tidak bisa bermain bercanda bersama istri dan putri tercinta saya setiap hari seperti seorang Bapak pada umumnya.

Apakah anda tahu, apa yang membuat istri saya tetap dan selalu kuat menjalani hari-hari super sibuk dan super melelahkannya ketika jauh dari saya?
Rasa percaya dirinya bahwa suaminya tidak akan berkhianat mengkhianati kepercayaannya, cuma itu.

Saat tulisan ini dibuat, saya bukanlah orang terkaya di dunia yang punya Bentley, Pesawat Jet Pribadi, dan/atau Rumah Super Besar yang dilengkapi dengan Kolam Renang dan Kolam Ikan yang mengelilingi rumah dan bisa dilihat dari ruangan bawah tanah seperti akuarium yang berisi Ikan Hiu atau Ikan Pemakan Daging lainnya.

Saya juga tidak super ganteng seperti Pangeran Arab atau Nabi Yusuf dalam Al-Quran yang digandrungi banyak wanita.

Jadi ketika muncul isu tentang kedekatan saya dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah saya sentuh dengan tangan saya secara sengaja, saya kaget dan bertanya, “apa salah saya?” di dalam hati dan mencoba mengkonfirmasi serta bertanya kepada orangnya langsung dan mereka yang menyatakan hal itu.

Sedikit banyak, hal itu bisa menambah beban pikiran, membuat stres, dan mungkin dapat menghancurkan harga diri saya sebagai hamba Allah, sebagai seorang suami, sebagai seorang Bapak, dan bahkan dapat merusak moral saya sebagai seorang manusia yang berusaha untuk setia di tengah kesendirian yang berkepanjangan yang saya sedang alami sekarang.

Tell me, do you bleed?

Menjaga Kehormatan dan Kepercayaan Pasangan

Sebagai seorang manusia, saya memahami bahwa kehormatan dan kepercayaan adalah dua hal yang sangat berharga. Isu hubungan terlarang itu, meskipun tidak benar, tentunya dapat merusak keharmonisan rumah tangga seseorang yang bahkan tidak melakukan apapun di luar apa yang pantas. Hal ini tentu saja sangat saya sesalkan, kenapa bisa muncul isu yang dapat merusak kepercayaan dari pasangan saya.

Saya selalu berusaha untuk tidak menyentuh orang yang bukan pasangan saya, dulu, sekarang, maupun nanti di masa depan.

Saya tidak mungkin hidup 100 tahun lagi (ya kan?), jadi selama itu saya akan terus menjaga diri saya dari perbuatan yang tidak mencerminkan kesetiaan.

Saya boleh nakal, saya bebas bermain bersama teman, saya pun (dulu) dibolehkan clubbing, tapi dulu ketika clubbing pun saya tidak menyentuh orang yang bukan pasangan saya, apalagi dalam keadaan normal, biasa.

Mencari Ketenangan dan Kedamaian, Memperbaiki Masa Depan

Apakah anda kira, saya menderita di sini untuk mencari mangsa? (Nah lo, kok mangsa?)

Eh, scratch that, apakah saya susah payah dan senang di sini untuk mencari dosa yang bahkan tidak bisa saya nikmati selama puluhan tahun lalu kena marah Tuhan dan disepaknya ke Neraka? (Naudzubillahi min Dzalik)
Saya tidak suka panas, makanya saya tidak mau jadi penghuni neraka, yang terkenal panas dan tidak ada ACnya.

Fokus utama saya adalah untuk membahagiakan istri dan anak saya, kedua orang tua saya, kedua mertua saya, dan jika memungkinkan menolong mereka yang membutuhkan, serta membalas banyak kebaikan dari orang-orang yang baik kepada saya.

Dan kalaupun saya berbuat baik kepada orang lain, di luar gender (jenis kelamin) mereka apa, termasuk hermafrodit, itu biasanya karena mereka baik kepada saya atau sangat membutuhkan bantuan saya.

Pesan Moral NKRI One

Hidup tak selalu mudah. Di tengah berbagai rintangan dan cobaan, penting untuk tetap menjaga kehormatan, kepercayaan, dan ketenangan.

Di dunia ini ada karma, jika anda mengganggu ketenangan orang lain, suatu saat, anda akan mendapatkan balasan dan merasa putus asa atas apa yang anda pernah lakukan ke orang lain.

Kesendirian adalah sebuah kenyataan pahit yang harus saya rasakan saat ini. Jauh dari keluarga, tak dapat melihat istri dan putri tercinta setiap hari seperti layaknya seorang Bapak dalam keseharian kehidupan normal, merupakan beban yang tak terkira. Kerinduan dan kesepian mewarnai hari-hari saya.

It’s already sad enough.

Bukti dari Masa Lalu

Anda bisa bertanya ke teman saya (yang beneran teman saya), apakah saya pernah selingkuh dan/atau pacaran dengan 2 (dua) orang sekaligus saat saya belum terikat dengan pernikahan.

Jika ada dan benar terbukti, anda bisa “Tampar aku Rhoma!!! Tampar!!!!”.

Janji kepada Allah

Jika anda pikir janji kepada Allah bisa dipermainkan, anda bisa mencobanya, karena saya tidak berani melakukannya.

Dan walaupun saya merasa Allah goading me to get married, tapi saya sudah terlanjur bersalaman dengan menyebut nama-Nya,
“Bismillah, saya terima nikahnya…”

Dia memilihkan wanita terbaik bagi saya, dan saya harus menjaga janji itu, seumur hidup saya, bahkan ketika saya tidak bisa lagi makan sate di dunia ini, jika Istri saya menurut dengan saya di dunia, dan di “sana” kelak dia masih menginginkan saya, saya akan tetap ada untuknya.

Setelah membaca ini, apakah menurut anda, ada kemungkinan saya untuk selingkuh?
Tentu saja ada, karena saya adalah manusia normal, laki-laki normal bukan penyuka lekong, punya rasa punya hati, jangan samakan dengan nasi basi.

Tapi, setiap hari, hampir setiap saat, saya di-ingat-kan bahwa saya tidak suka panas, dan jika ingat bagaimana “Pemilik Jiwa Saya” marah, saya tidak akan melakukan hal yang buruk, yang dilarang-Nya, dan/atau membuat-Nya murka, secara sengaja dan/atau tidak dalam kondisi “terpaksa”.

Maka dari itu, Dia mempermudah hidup saya, memberikan saya banyak hal dan banyak hal menarik untuk dipelajari, dan kadang Dia mengingatkan saya bahwa saya dibawah pengawasan-Nya.

Termasuk janji saya adalah melaksanakan segala Perintah-Nya, termasuk namun tidak terbatas pada menolong hamba Allah yang “mempertanyakan keberadaan-Nya”.

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur.
Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya),”
(QS. Al-Ahzab: 23)

Dan Allah pula yang mengajarkan saya untuk bicara, saya aslinya waktu kecil adalah orang yang pendiam dan itu sebenarnya masih saya sukai (untuk diam tidak bicara), tapi ketika saya dibutuhkjan untuk bicara, ya saya dengan suka rela melakukannya, karena Allah membuat saya bisa bicara.

“Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman: 4)

Jadi, hanya kepada Allah aku bersujud,
hanya Allah yang bisa membuat saya tunduk dan patuh,
Istri dan Anak saya adalah damage control dari Allah agar saya tidak membuat kerusakan di dunia lagi,
bahkan saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan perdamaian dunia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan/atau melindungi segenap bangsa Indonesia, agar mereka bisa hidup nyaman, senang, gembira, riang, happy, senyum, dan tidak memiliki kekhawatiran apapun selama di dunia, inshaa Allah.
dan NKRI One, adalah langkah awal dari apa yang saya inginkan, yaitu tidak ada anak pintar Indonesia yang merasakan hinaan dan/atau bully-an di sekolah karena mereka memakai sepatu butut, seragam yang sudah usang, dan/atau tas yang tidak pantas dipakai lagi.

Percakapan saya dengan Ibu saya beberapa waktu yang lalu, mengubah pola pikir saya yang nerimo, jadi memiliki keinginan untuk mengubah keadaan, karena banyak anak di luar sana yang tidak seberuntung “agan”, dan jika saya tidak mengubah sesuatu, saya tidak bisa melakukan apa yang saya inginkan.

Karena dari percakapan itu, saya teringat teman saya yang pintar, namun selalu memakai sepatu yang tidak layak dan mengenakan baju yang lusuh, termasuk ketika tahun ajaran baru (setelah kenaikan kelas), dimana siswa dan siswi normal, kebanyakan memakai baju baru yang cling (baca: celing), disertai sepatu baru berbagai merek, dan tas yang tidak kalah gengsi menempel di punggung mereka.

Jadi, apakah saya sempat menolong orang lain ketika saya sibuk?
Masih, selama itu “suruhan” Allah, mau nolong orang kecebur pun saya lakukan, walaupun mungkin saya akan ikut basah, baju saya kotor, dan/atau kepala saya kena air kotor.

Apakah saya kapok menolong orang lain?
Inshaa Allah tidak.

Karena kejahatan satu dan/.atau sekelompok orang, tidak akan mengubah janji saya kepada Allah, walaupun ya, kadang sedih juga.

Astaghfirullah al-Adzim.

Cerita Sampingan, Mumpung Inget:

Beberapa hari yang lalu, via telepon, Bapak saya bertanya: “Lagi apa, Kris?”

dan saya jawab dengan ringan, “Lagi main game pak”.

Yang dibalas dengan nasihat dari beliau, seperti biasa, “Ya, daripada kamu main game, sebaiknya kamu membaca Al-Quran atau Hadits, setiap hari, walau cuma satu ayat”.

Yang saya jawab dengan, “Iya pak”, tanpa argumen atau membantah, walaupun hanya Allah dan saya yang tahu yang sebenarnya.

Karena kata Allah,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
(QS. Al-Isra: 23-24)

Saya bukanlah manusia sempurna yang tanpa kekurangan seperti Nabi Muhammad SAW, sehingga saya kadang perlu diingatkan mana yang baik, mana yang buruk, mana burik, dan/atau mana yang bosok.

Dan meng-iya-kan suruhan orang tua adalah salah satu cara berbuat baik dan merendahkan diri terhadap mereka.

Mereka (orang tua saya) senang dengan menantu mereka (istri saya) yang baik sama mereka, yang kadang membawakan banyak barang belanjaan untuk mereka, yang sering membelikan mereka sesuatu tanpa pamrih, dan yang kadang makan nambah seperti di rumah sendiri, lupa jaim di depan mertua kalau dia senang sama makanan yang ada di rumah orang tua saya,

Dan karena sayang sama menantunya, Ibu saya pernah berkata, “Kak, jangan kecewakan istrimu”.

(Titik)

Sampai bertemu kembali di tulisan NKRI One, yang dibuat seadanya, sekedarnya, sejujurnya, real pada keadaan yang sebenarnya, inshaa Allah tanpa kebohongan, walau kadang nama disamarkan dan/atau menggunakan nama saya sendiri untuk menghindari masalah hukum dan/atau masalah royalti penggunaan nama, hahahahaha.

See ya, salam NKRI One, teruslah membaca sampai anda kehilangan waktu untuk menumbuhkan kebencian di hati anda.

Karena kebencian dapat menimbulkan kerusakan pada hati anda, dan jika hati anda rusak:

“Ingatlah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging.
Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad.
Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad.
Ketahuilah, bahwa ia adalah hati.”
(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)

Lebih baik mencegah daripada mengobati, karena jika mengobati, diperlukan hamba Allah untuk melakukannya.

Dan tidakkah anda kasihan atau merasa bersalah karena telah membuat seorang hamba Allah kehilangan waktunya untuk main game dan leyeh-leyeh gak guna?

Hahahahaha, ingat, hidup yang baik, jangan membuat rusuh apalagi memusuhi orang yang sama sekali tidak pernah membuat salah kepada anda.

Jangan samakan orang yang menyakitimu dengan orang yang sudah mengorbankan waktunya (untuk main game) yang menolongmu.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top