Jarong adalah sosok yang dikenal sebagai hamba Allah yang biasanya baik. Meskipun dia bukan nabi atau orang yang dimuliakan Allah, kebaikannya sering membuat orang lain secara diam-diam mengaguminya. Mereka yang mengenalnya terbiasa untuk tidak melontarkan pujian kepada Jarong, karena semua kenalan lamanya tahu bahwa ada satu aspek dari kepribadiannya yang sangat mencolok dan aneh, yaitu Jarong tidak suka dilihat sebagai orang yang baik. Alih-alih menikmati pujian dan pengakuan, dia justru merasa cemas dan terancam jika orang lain mulai menyadari kebaikan hatinya bahkan tidak jarang melakukan tindakan ekstrim untuk membuatnya terlihat sebagai orang yang tidak baik.
Latar Belakang Hamba Allah: Jarong
Sejak kecil, Jarong menunjukkan tanda-tanda sebagai anak yang baik. Diluar kebiasaannya main tanpa kenal lelah dan kadang berkelahi. dia sering berbuat baik kepada siapa saja tanpa pamrih. Ketika dewasa, dia dikenal sebagai orang yang kadang muncul tiba-tiba di waktu yang tepat untuk membantu siapa saja yang membutuhkan.
Namun, seiring berjalannya waktu, Jarong mulai merasa tidak nyaman dengan perhatian yang diterimanya. Dia tidak suka menjadi pusat perhatian atau dipandang sebagai orang baik, contoh yang harus diikuti.
Memutarbalikkan Fakta
Jarong kadang merasa terganggu jika ada orang yang melihatnya baik. Setiap kali seseorang merasa dan memuji kebaikannya, dia merasa tertekan dan menimbulkan kecemasan yang tidak nyaman baginya.
Dia takut hal tersebut akan mengubah cara orang melihatnya dan, yang lebih buruk, mengubah cara dia melihat dirinya sendiri.
Jarong khawatir bahwa pujian dan pengakuan akan membuatnya sombong atau kehilangan makna tujuan aslinya.
Tindakan Ekstrem jarong untuk Menghindari Cap Baik
Dalam usahanya untuk menghindari pengakuan, Jarong melakukan berbagai tindakan ekstrem.
Dia sengaja membuat dirinya terlihat buruk di mata orang lain.
Jarong akan berpakaian lusuh, bersikap cuek, jauh dari sifat aslinya yang perhatian dan peduli, bahkan tidak jarang secara sengaja melakukan hal-hal yang secara sosiologis tidak baik agar orang tidak melihatnya sebagai sosok yang baik.
Dia merasa bahwa dengan cara ini, dia bisa menjaga dirinya dari beban dan pujian yang tidak bermanfaat.
Hamba Allah Tidak Mengingat Kebaikannya Sendiri
Selaku hamba Allah, Jarong tahu bahwa dia hanya bisa masuk surga ketika Allah menilainya sebagai hamba-Nya yang baik dan pantas masuk surga dengan ridha-Nya.
Maka dari itu dia sadar bahwa hanya Allah yang perlu tahu kebaikannya, dan karena Allah tidak pernah luput dan lalai, maka dia yakin bahwa segala kebaikannya sudah dilihat Allah dan dia tidak perlu mengingatnya.
Mengingat kebaikan hanya akan menyebabkan seseorang sombong dan merasa tinggi, karena itu Jarong tidak mau mengingatnya.
Sebaliknya, dia hanya mengingat keburukan, sifat dan sikap jahatnya, dosanya, dan/atau kesalahannya di masa lalu, karena hanya dengan mengingat itu, dia merasa bahwa dia harus melakukan banyak kebaikan untuk menebus dosa-dosanya.
“Iringilah perbuatan dosa dengan amal kebaikan, karena kebaikan itu dapat menghapusnya.”
(HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987)
Reputasi Buruk Jarong
Dalam hidupnya, Jarong tidak suka dinilai baik, karena itu dia bergaul dengan banyak orang yang dinilai buruk oleh masyarakat.
Selain itu dia dulu dikenal sebagai orang yang suka berganti pacar tanpa mengenal kata sedih atau patah hati, karena itu dia dicap “playboy”.
“The Unspeakable Things”
Dalam beberapa kasus, Jarong melakukan hal-hal yang sangat ekstrim untuk menjaga reputasinya tetap buruk.
Dia akan melakukan tindakan yang tidak bisa diungkapkan, yang membuat orang-orang yakin bahwa dia bukan orang baik.
Meskipun tindakan ini efektif membuat orang menjauhinya, dalam hati, Jarong merasa bahwa tidak seharusnya dia melakukan hal yang buruk hanya untuk “mengusir orang”, karena hal itu bertentangan dengan kata hatinya.
Refleksi dan Penyesalan Jarong sebagai Hamba Allah
Setelah beberapa tahun menjalani hidup dengan cara ini, Jarong mulai merasakan dampak negatif dari tindakannya.
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”
(Qs. al-Zalzalah: 7-8)
Setelah berkali-kali melihat balasan atas perbuatannya, Jarong mulai merenung dan menyadari bahwa upayanya untuk menghindari pujian orang telah membuat hidupnya semakin sulit dan tidak bahagia.
Pelajaran dari Pengalaman
Melalui refleksi ini, Jarong mulai memahami bahwa menerima pujian dan pengakuan bukanlah hal yang buruk.
Dia belajar bahwa penting untuk menerima kebaikan dalam diri sendiri dan dari orang lain dengan rendah hati.
Jarong juga menyadari bahwa dia tidak perlu mengubah siapa dirinya hanya untuk menghindari perhatian.
Perlahan, dia mulai kembali ke dirinya yang asli, menunjukkan kebaikan tanpa rasa takut atau cemas.
Jadi Diri Sendiri Lebih Baik daripada Menghindari Pujian
Kisah Jarong mengajarkan kita bahwa setiap orang memiliki kelemahan dan ketakutan yang harus dihadapi.
Menghindari pengakuan atau pujian dengan cara merendahkan diri atau bertindak buruk bukanlah solusi yang sehat.
Menerima diri dengan segala kekurangan dan kelebihan, serta menerima penghargaan dengan rendah hati, adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang seimbang dan memuaskan.
Dengan membuka diri dan menerima pengakuan sebagai bagian dari perjalanan hidup, Jarong menemukan kembali kebahagiaan dan koneksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa menghadapi ketakutan dan kelemahan dengan keberanian dan ketulusan adalah langkah penting menuju kehidupan yang lebih baik.