provokasi Kasus Viral: Dampak dan Konsekuensi Hukum

Di era digital saat ini, isu viral menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, keberadaan isu viral tidak selalu memberikan dampak positif. Terutama ketika ada pihak yang dengan sengaja memprovokasi sebuah kasus agar menjadi viral, tanpa mempertimbangkan dampak dan konsekuensi hukumnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa alasan mengapa jika kita melakukan provokasi kasus viral bisa menjadi bumerang yang justru dapat merugikan diri kita sendiri.

1. Kredibilitas Terancam karena Provokasi

Membangun kredibilitas itu tidak mudah, dan menjaga kredibilitas di era moderen ini lebih sulit karena kesalahan kita bisa langsung diakses atau diketahui oleh banyak orang dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan pada zaman sebelum internet mudah diakses dari mana saja, dimana saja, dan dengan menggunakan gadget apapun..

Saat kita membantu menyebarkan sebuah kasus viral yang belum kita ketahui kebenarannya atau bisa dipegang sumbernya, maka kita akan berada di posisi yang rentan.

Jangankan anda yang orang biasa, salah satu akun sakti di Twitter (yang kini berubah nama jadi X) pun pernah hampir dijerumuskan oleh akun yang mereka bantu tolong viralkan.

Saat suatu entitas atau seseorang dengan sengaja membantu memviralkan atau melakukan provokasi atas suatu kasus agar menjadi viral, tanpa didasari fakta yang akurat, kredibilitasnya akan hilang dalam sekejap dipertanyakan oleh publik jika fakta yang dibagikannya tidak benar dan/atau akurat.

2. Konsekuensi Hukum

Memprovokasi suatu kasus dengan menyebarkan informasi yang tidak benar atau menyesatkan dapat menimbulkan konsekuensi hukum.

Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) misalnya, mengatur tentang penyebaran informasi yang mengandung fitnah dan atau pencemaran nama baik.

Jadi, seseorang bisa terjerat kasus hukum karena tindakan provokatifnya, yang secara finansial, tidak menguntungkan, bahkan bikin sial.

3. Kehilangan Kepercayaan Publik

Salah satu aset berharga yang dimiliki seseorang atau sebuah entitas di era digital adalah kepercayaan publik. Dengan mudahnya akses informasi, publik akan lebih selektif dan kritis dalam menerima informasi.

Sehingga, ketika ada pihak yang terbukti memprovokasi suatu kasus, dan terbukti salah, maka kepercayaan publik bisa hilang.

4. Dampak Psikologis dari Provokasi Kasus Viral

Selain dampak yang bersifat materiil, memprovokasi kasus viral juga bisa menimbulkan dampak psikologis bagi pelakunya.

Rasa bersalah, cemas, stres, hingga depresi bisa muncul seiring meningkatnya tekanan dari masyarakat.

Belum lagi dampak negatif bagi kesejahteraan mental yang mungkin timbul karena mendapat hujatan dan bully-an dari netizen.

5. Menyebabkan Kerugian bagi Orang Lain

Memprovokasi kasus viral bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga bisa merugikan pihak lain yang terlibat dalam kasus tersebut.

Dapat mempengaruhi mental, reputasi, hingga kehidupan pribadi mereka.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, sebaiknya kita harus berpikir minimal dua kali sebelum memutuskan untuk memprovokasi suatu kasus yang sensitif.

Kesimpulan NKRI One

Menggunakan media sosial dan teknologi digital untuk menyebarkan informasi memang dapat memberikan dampak yang luar biasa, tetapi selalu ada konsekuensi dan tanggung jawab di balik kemudahan itu.

Sebagai pengguna yang bijak, kita harus selalu memastikan bahwa informasi yang kita sebarkan adalah benar dan tidak merugikan pihak lain.

Sebab, memprovokasi suatu kasus tanpa dasar yang jelas justru bisa menjadi bumerang yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Selain itu, jika kita mendukung kebohongan, maka itu sama saja dengan kita berbohong, dan bohong itu dilarang baik dari sisi agama, legalitas, maupun kesehatan jiwa kita.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top