Judul “Tidak Asal-asalan dalam Bekerja” menekankan pentingnya melakukan pekerjaan dengan baik, tulus, dan ikhlas. Artikel NKRI One ini akan membahas tentang nilai kerja yang berkualitas yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain, bagaimana mengintegrasikan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, dan dampaknya dalam usaha kita untuk mendapatkan ridha Allah dan keberkahan.
Berawal dari keluhan istri dan saya juga dalam menjalani pekerjaan kami sehari-hari, yang diandalkan tapi tidak dihargai, kami diingatkan bahwa setidaksuka apapun kami dengan kondisi di kantor kami, kami tidak boleh melakukan pekerjaan secara asal-asalan karena sebenarnya kami bekerja karena Allah dan Allah mengawasi apa yang kami kerjakan 24/7.
Penyusunan kajian ini menyajikan pandangan tentang pentingnya melakukan pekerjaan dengan kualitas terbaik dan niat yang tulus Lillahi ta A’la, serta bagaimana hal ini berkontribusi pada kebaikan banyak orang sebagai jembatan usaha untuk menggapai ridha Allah dan keberkahan dalam hidup.
Informasi ini bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengintegrasikan prinsip kerja berkualitas dan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dasar Hukum
Dalam setiap tindakan perlu adanya alasan dan/atau dasar hukum yang kuat sebagai landasan kenapa kita harus melakukannya, dan bagi saya, jika tidak ada perintah Allah, why bother (ngapain capek-capek), karena itu, Rasul Allah (Rasulullah SAW) menyampaikan banyak arahan dari Allah yang tidak tertulis di Al-Quran namun tertulis dalam riwayat hadis, antara lain sebagai berikut:
- Hadits Riwayat Bukhari (2550):
“Allah menyukai jika salah seorang di antara kalian melakukan pekerjaan, maka ia melakukannya dengan khusnul khatimah (sebaik-baiknya).” - HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (540):
“Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba yang jika bekerja, ia bekerja dengan terampil.” - HR. Al-Bayhaqi dalam Shu’ab Al-Iman (7386):
“Allah menyukai apabila seseorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, maka ia menyempurnakannya.”
Kenapa kita melakukan pekerjaan karena Allah?
Untuk siapa kita bekerja? Untuk uang? Tidak.
Kita diberi rezeki yang banyak dari Allah, berupa kesehatan, kewarasan, dan kemampuan yang belum tentu dimiliki semua orang, karena itu sebagai hamba yang bersyukur, tentunya dengan menyadari banyaknya nikmat Allah dalam diri kita, sudah selayaknya kita mensyukuri nikmat-Nya, dengan mencintai dan bekerja untuk Allah.
Karena dengan mencintai Allah lah, anda berpeluang untuk dicintai Allah pula.
“Dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
‘Barangsiapa yang mencintai akan bertemu Allah, Allah pun mencintai akan bertemu dengannya.
Dan barangsiapa benci akan bertemu Allah, Allah pun benci akan bertemu dengannya’.
Aisha atau seorang wanita berkata,
‘Kita semua benci akan mati’.
Beliau berkata,
‘Bukan itu maksudnya, tetapi ketika seorang mukmin hampir mati, diberitakan kepadanya bahwa Allah mencintainya dan meridhainya, maka tidak ada yang lebih dicintainya setelah itu dari bertemu Allah, dan ia pun mencintai akan mati.
Sedangkan ketika seorang munafik hampir mati, diberitakan kepadanya bahwa Allah murka kepadanya, maka tidak ada yang lebih dibencinya setelah itu dari bertemu Allah, dan ia pun benci akan mati.'”
(Hadits Riwayat Imam Tirmidzi (no. 2456))
Ikhlas dalam Bekerja untuk Hasil yang Berkualitas
Dalam pengabdian kepada Allah, melakukan pekerjaan dengan hasil kualitas terbaik dan dengan niat yang tulus merupakan bagian penting dari ibadah dan jalan menuju ridha Allah.
Kita diberi kesempurnaan otak, kemampuan berpikir, dan kesehatan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, tidak semua orang bisa melakukan apa yang pernah kita kerjakan, sedang kita kerjakan, dan yang akan kita kerjakan.
Karena itu jika anda sedang menduduki posisi yang penting namun tidak dihargai, ingatlah bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui, sehingga apapun pekerjaan yang anda lakukan, jika dilakukan dengan niat yang baik, apalagi jika niatnya Lillahi Ta’ala (karena Allah) semata, maka Allah akan menyenanginya.
Dan jika Allah menyenangi anda, maka anda tidak akan pernah merasakan kesusahan sama sekali di dunia ini, walaupun misalnya keuangan finansial anda belum masuk kategori kaya tanpa batas.
Pekerjaan sebagai Bentuk Ibadah
Dalam Islam, setiap tindakan, termasuk bekerja, bisa menjadi bentuk ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar.
Melakukan pekerjaan dengan khusnul khatimah, yang berarti menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari di atas.
Apakah kita beribadah untuk mendapatkan penghargaan dari manusia? Tidak.
Kita beribadah hanya untuk Allah, dan jika bekerja adalah salah satu bentuk ibadah, maka kita tidak perlu penghargaan dari manusia, kita hanya butuh penghargaan dan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penting bagi kita untuk melakukan setiap tugas dengan kesungguhan hati dan ketulusan.
Praktik Bekerja untuk Allah dalam Kehidupan
Setiap pekerjaan yang kita lakukan tentunya membuat kita belajar sesuatu yang mungkin bermanfaat bagi kehidupan kita pribadi maupun sebagai pengalaman hidup.
Jadi kita mesti melihat pekerjaan kita sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, baik secara profesional maupun spiritual (dimana lagi anda akan dizalimi orang lain selain di tempat kerja anda yang sekarang, iya nggak?).
Kesimpulan NKRI One
Melakukan pekerjaan dengan baik, tulus, dan ikhlas adalah aspek penting dalam kehidupan manusia, yang memeluk agama apapun, karena hal ini tidak hanya membawa manfaat duniawi seperti keberhasilan dan reputasi yang baik, tetapi juga bermanfaat untuk kemanfaatan diri sebagai manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa, untuk Indonesia yang lebih baik.
Sedangkan bagi hamba Allah, hal ini baik jika tujuan hidupnya adalah mengabdi pada Allah, karena berarti semasa hidupnya di dunia, dia membantu memperbaiki kehidupan manusia baik secara pribadi maupun global.
Dan selalu ingat untuk senantiasa bersyukur jika kamu masih bisa bekerja, karena capek kerja itu lebih baik daripada capek mencari kerja.