Tuhan Tidak Tidur, Masa Saya Tidur?

Kehidupan modern menuntut kita untuk selalu bekerja keras, pantang menyerah, dan sedikit tidur. Namun, ada satu pertanyaan yang mungkin sering muncul dalam benak kita ketika malam mulai larut dan waktu mulai menunjukkan pukul 9 malam, mata kita mulai terasa berat: Terkadang saya bertanya di dalam hati, Tuhan tidak tidur, kenapa saya yang hamba-Nya malah (perlu) tidur Dalam artikel ini, kita akan mencoba memahami arti di balik pernyataan ini dan bagaimana kita harus menafsirkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Tuhan Tidak Tidur

Dalam banyak kepercayaan dan agama, Tuhan diceritakan sebagai entitas yang Maha Kuat, Maha Kuasa, dan tidak memiliki keterbatasan seperti kita manusia. Dalam Islam, Allah SWT disebutkan tidak pernah tidur dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi) yang berbunyi sebagai berikut:

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur…”

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak mengantuk dan tidak tidur. Dia selalu mengawasi, melindungi, dan mengurus hamba-Nya tanpa merasa lelah.

Allah selalu hadir, selalu mengetahui, dan selalu mengawasi makhluk-Nya.

Manusia: Makhluk Lemah dengan Keterbatasan

Berbeda dengan Tuhan, manusia adalah makhluk lemah yang memiliki banyak keterbatasan.

Tubuh kita membutuhkan energi untuk berfungsi, dan salah satu cara untuk mendapatkan kembali energi yang hilang adalah melalui tidur.

Tidur memungkinkan tubuh kita untuk meregenerasi sel, memulihkan energi, dan memperbaiki jaringan yang rusak.

Oleh karena itu, tidur adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia agar mereka dapat berfungsi dengan baik.

Tuhan Tidak Tidur, Masa Saya Tidur?

Pertanyaan “Tuhan Tidak Tidur, Masa Saya Tidur” muncul di benak saya karena saya tidak ingin merasa capek, merasa mengantuk, dan merasa butuh tidur, seperti manusia lain.

Karena saya ingin membalas kebaikan banyak orang, menemani mereka yang saya sayangi, dan menjaga mereka ketika mereka tidur.

That statement alone would lead us to a specific discussion:

  1. In the past, you abused that “gift” of sleeplessness to seek death. You roamed around, hoping to find criminals in the act as justification to satisfy your “instinct.” Such actions are not good for the balance.
  2. While it’s true that you are reformed now, it doesn’t change the fact that you can still succumb to bloodlust at the drop of a hat. We are trying to contain this by providing you with a peaceful life, but it remains a challenge.

Menemukan Keseimbangan dalam Kehidupan

Meskipun kita mungkin terinspirasi oleh kenyataan bahwa Tuhan kita tidak pernah tidur, kita harus mengingat bahwa sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan.

Kita perlu tidur untuk memulihkan diri. Oleh karena itu, sangat penting untuk menemukan keseimbangan dalam kehidupan.

Kita harus memprioritaskan ibadah, pekerjaan, keluarga, dan juga kebutuhan pribadi kita, termasuk tidur.

Kesimpulan NKRI One

Ketika kita mengatakan “Tuhan tidak tidur, masa saya tidur?”, kita mungkin sedang mengekspresikan keinginan untuk selalu bersemangat, berdedikasi, dan dekat dengan Tuhan.

Namun, kita harus mengingat bahwa tidur adalah bagian penting dari keseimbangan kehidupan manusia.

Dengan tidur yang cukup, kita akan memiliki energi dan kesehatan yang baik untuk melakukan ibadah, bekerja, dan berkontribusi bagi masyarakat dengan lebih baik lagi.

Jadi, meskipun Tuhan tidak tidur, kita harus mengakui bahwa sebagai manusia, kita adalah makhluk yang lemah, yang mebutuhkan waktu untuk istirahat seperti tidur dan santai.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top
%d bloggers like this: