Ahli Hukum yang Pintar Membengkokkan Aturan: Welcome to Hell

Ahli Hukum yang Pintar Membengkokkan Aturan: Welcome to Hell

Pernah ketemu sama manusia ahli hukum yang begitu cerdasnya bicara soal hukum, aturan, perundangan, sampai seakan-akan dia hafal semua kitab hukum yang pernah ada di muka bumi ini?

Ketika bicara aturan, mulutnya luar biasa lancar, kalimatnya fasih, argumennya logis, dan kemampuannya mengutip aturan-aturan bak pengacara kelas internasional.
Pokoknya, semua aturan dia tahu, semua hukum dia hafal. Nggak ada yang bisa mengalahkan kecerdasan dia dalam berdiskusi soal hukum.

Tapi coba kamu lihat lebih dekat lagi.
Apa yang terjadi saat aturan yang jelas, simpel, dan sudah tertulis terang-benderang itu ternyata bertentangan dengan kepentingannya?

Dia tiba-tiba berubah jadi makhluk paling licin, paling licin, paling fleksibel dalam membengkokkan aturan seenaknya sendiri.

Menariknya, mereka ini nggak malu sama sekali.
Mereka dengan percaya diri membengkokkan aturan, lalu menganggap semua orang lain bego, bodoh, tolol, dan nggak tahu apa-apa.

Kok bisa begitu ya?


1. Sok Pintar Tapi Minus Integritas

Masalahnya bukan soal kecerdasan, karena aku yakin dia cukup pintar.
Masalah utamanya adalah soal integritas, yang nampaknya sudah lama dia buang entah ke mana.

Dia tahu aturan. Dia tahu mana yang benar dan salah.
Tapi yang dia lakukan justru membengkokkan aturan demi kepentingan dirinya sendiri atau kelompoknya.
Dan dia merasa nyaman melakukan itu, seolah-olah nggak ada yang tahu atau nggak ada yang peduli.

Padahal aturan itu simpel:

  • Kalau salah, ya salah.
  • Kalau benar, ya benar.
  • Kalau sudah tertulis jelas, ya tinggal dijalankan sesuai dengan tulisan itu.

Tapi, ahli hukum jenis ini bukan begitu caranya.
Dia memilih jalan memutar, memutar aturan sampai bengkok, bahkan membalikkan yang benar menjadi salah, dan yang salah seolah-olah benar.

Apa nggak capek ya hidup seperti itu?


2. Kebohongan yang Dibalut Kecerdasan Hukum

Yang lebih menyebalkan lagi adalah ketika dia membenarkan tindakan buruknya dengan keahlian berargumennya.
Dia akan bicara dengan gaya formal, menunjukkan seolah dia yang paling benar secara hukum. Orang lain dibuat bingung, kagum, bahkan percaya sepenuhnya.

Tapi jika diperhatikan lebih dekat, semuanya hanyalah permainan kata-kata yang sengaja dibuat rumit agar orang lain merasa bodoh dan tidak berdaya.

Jadi, pada dasarnya, mereka tidak hanya sedang berbohong—mereka juga sedang mempermainkan intelektualitas orang lain, yang dianggapnya bodoh dan mudah dikendalikan.

Ini bukan sekadar soal pelanggaran aturan, ini soal integritas dan hati nurani.
Hukum bisa dipelajari siapa saja, tapi integritas tidak bisa dibeli atau dipalsukan.


2. Hati Nuranimu yang Bengkok Itu Membawamu ke Neraka

Dalam Islam, hukum bukan hanya aturan yang tertulis di kertas, tapi juga aturan moral yang harus dipatuhi hati nurani. Kalau hati nuranimu bengkok, maka secerdas apapun kamu bicara hukum, tidak akan pernah mampu menyelamatkanmu dari pengadilan yang sesungguhnya kelak di hadapan Allah.

Dalam Al-Qur’an, Allah dengan jelas memperingatkan manusia yang sengaja membengkokkan aturan atau hukum yang benar:

“Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, dan jangan pula kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya.”
(QS. Al-Baqarah: 42)

Apa artinya ayat ini? Simpel. Jangan pernah bermain-main dengan hukum, aturan, apalagi dengan kebenaran.
Karena konsekuensi dari perbuatan tersebut bukan hanya kehilangan harga diri, tetapi juga kehilangan tempat di surga.


3. Selamat Datang di Neraka: Welcome!

Kalau ada seseorang yang sengaja menyalahgunakan keahliannya, apalagi keahlian dalam bidang hukum yang seharusnya melindungi keadilan, maka aku hanya bisa mengatakan satu kalimat dalam hati:

“Selamat datang di Neraka, Welcome.”

Karena memang tempat yang paling layak bagi orang-orang yang dengan sengaja membengkokkan hukum adalah neraka.
Mereka tahu betul bahwa yang mereka lakukan itu salah, tapi tetap saja melakukannya karena dorongan uang, jabatan, atau kepentingan pribadi lainnya.

Hukuman Allah bagi mereka yang sengaja membuat kerusakan dengan cara seperti ini amat berat.
Karena yang mereka rusak bukan hanya aturan duniawi, tapi juga nilai-nilai moral dan kepercayaan masyarakat luas.


4. Integritas Lebih Mahal dari Gelar Pendidikanmu

Integritas adalah sesuatu yang mahal. Kalau kamu punya, pertahankan. Kalau kamu tidak punya, jangan pernah sok pintar, karena pada akhirnya orang akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya.

Di zaman ini, orang terlalu sibuk mengejar harta, jabatan, dan pengakuan manusia.
Mereka rela menukar integritas dengan sedikit keuntungan sementara.
Padahal, keuntungan itu tidak akan bertahan lama.

Jangan sampai kamu jadi seperti ahli hukum yang sok pintar tapi tidak punya integritas.
Karena, saat kehilangan integritas, kamu sebenarnya sudah kehilangan segalanya.


4. Menjadi Hamba Allah yang Benar: Jangan Rusak Kembali

Sebagai hamba Allah, tugas utama kita di muka bumi adalah menjaga bumi agar tetap baik, bukan merusaknya dengan kebohongan, manipulasi, dan pemutarbalikan aturan.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 11-12 disebutkan:

“Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di bumi’,
mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”

Jangan sampai kamu termasuk golongan seperti ini.
Kalau kamu sudah tahu aturan, patuhi aturan itu.
Jangan berpura-pura bodoh, apalagi memperbodoh orang lain demi tujuan pribadimu.


4. Jadi, Apa yang Harus Dilakukan?

Kita harus terus mengingatkan diri kita sendiri dan juga orang-orang seperti ini.
Kita tidak perlu marah atau kehilangan kontrol.
Kita hanya perlu mengingatkan dengan tegas bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

Kalau kamu lihat orang seperti ini, cukup tersenyum saja dalam hati, sambil berkata, “Selamat datang di neraka, Welcome”.
Karena meski dia pintar menghindari hukum manusia, dia tidak akan pernah bisa lolos dari pengadilan Allah yang Maha Adil.


Kesimpulan: Jangan Jadi Orang yang Cerdas Tapi Berakhir di Neraka

Pintar itu baik, tapi kalau kepintaranmu digunakan untuk melanggar aturan, untuk menipu, dan untuk membuat kerusakan, itu bukanlah kecerdasan—itu adalah kebodohan tingkat tinggi.

Jangan pernah merasa menang hanya karena kamu bisa membengkokkan aturan.
Jangan pernah merasa sukses hanya karena bisa menipu orang lain.

Karena pada akhirnya, pengadilan Allah tidak pernah salah, tidak pernah bisa dibengkokkan, dan pasti akan menempatkanmu di tempat yang tepat sesuai perbuatanmu:

Selamat datang di Neraka, Welcome.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top