Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sedang difitnah (entah bener entah enggak) mengatakan bahwa gaji guru adalah beban negara.
Padahal diluar itu fitnah atau nggak, beliau mengatakan hal yang benar lho, bahwa Gaji = Beban, di akuntansi atau pembukuan manapun.
Kecuali beliau mengatakan bahwa Guru adalah Beban Negara, baru itu salah.
Dalam akuntansi dan pembukuan keuangan negara/perusahaan, istilah beban (expense) memang digunakan untuk menyebut pengeluaran rutin seperti gaji, operasional, dan biaya lainnya.
Jadi, kalau Bu Sri Mulyani bilang “gaji adalah beban”, itu sebenarnya benar secara teknis.
Sama halnya gaji karyawan di perusahaan masuk sebagai beban usaha.
Pendahuluan: SDM, Kunci Kemajuan atau Kemunduran Indonesia
Setiap pidato pejabat, selalu ada kata ajaib: SDM unggul.
Katanya SDM adalah aset bangsa, katanya investasi terbesar adalah pada manusia.
Tapi kalau mau jujur, tidak semua SDM itu aset. Ada juga yang justru jadi beban negara.
Dan inilah realitanya: ada SDM yang bermanfaat tapi underpaid, ada SDM yang tidak terlalu bermanfaat tapi merasa berhak dan pantas untuk dibayar lebih.
Prinsip Akuntansi Dimanapun: Gaji Itu Beban
Kalau bicara akuntansi, gaji selalu dicatat sebagai beban.
Artinya, setiap rupiah gaji yang dibayarkan negara, tercatat sebagai cost.
Nah, dari sekian banyak “beban” itu, ada yang memang benar-benar beban (makan gaji buta, kerja minimal, output nihil), tapi ada juga yang secara diam-diam adalah aset negara yang tersembunyi, underappreciated, dan tersamar sebagai orang biasa.
- Mereka low profile.
- Tidak suka tampil.
- Tapi saat dibutuhkan, mereka muncul dan memberi manfaat yang nilainya jauh melebihi gaji mereka.
SDM yang Menjadi Aset Negara
Mereka SDM yang merupakan aset negara biasanya punya ciri:
- Dedicated dan punya integritas.
Mereka kerja bukan sekadar untuk gaji, tapi karena tanggung jawab. - Underpaid tapi bermanfaat.
Nilai kontribusi jauh di atas nominal gaji. - Tidak ambisius jabatan.
Mereka lebih mencari ketenangan daripada spotlight. - Tidak tergantikan.
Bisa diganti secara administratif, tapi dampaknya tak bisa tergantikan. - Sadar timing.
Mereka mungkin jarang terlihat, tapi saat krisis atau ada masalah, mereka muncul membawa solusi.
SDM yang Menjadi Beban Negara
Sementara itu, ini SDM yang menjadi Beban Negara, yang sering bikin sakit kepala dan membuat keonaran di luar sana.
- Kerjanya minim, protesnya maksimal.
- Output-nya sedikit, hak-nya minta banyak.
- Ambisius jabatan, tapi tidak punya isi.
- Kalau disuruh kerja keras, alasannya banyak.
- Hobi pamer dan parlente.
- Otaknya kosong tapi sok pinter,
Singkatnya: lebih banyak menyusahkan negara (dan kadang rakyat) daripada memberi manfaat.
KEP: “Saya herannya yang seperti itu masih saja dipelihara dan/dipertahankan negara”
Seharusnya kita punya sistem untuk memberhentikan langsung Beban Negara seperti itu.
Ironi: Aset Dibayar Murah, Beban Dibayar Mahal
Realita sering menyakitkan.
- Aset negara sering underpaid, tidak naik pangkat, kadang malah tidak dianggap.
- Beban negara sering dapat fasilitas, naik jabatan, bahkan tampil seolah berjasa.
Padahal yang benar-benar membuat negara jalan justru mereka yang tenang, diam, dan bekerja dalam senyap.
The Regret Factor
“And if they somehow fu**ed up and let him fly/go, they will regret it for the rest of their soul life.”
Ini fakta.
Kalau negara atau institusi kehilangan orang yang sebenarnya aset (karena salah kelola, salah apresiasi, atau salah perlakuan), penyesalan itu bisa terasa selamanya.
Karena mencari pengganti yang kualitasnya sama? Hampir mustahil.
Pertanyaan untuk Pembaca: Kamu Aset atau Beban?
Sekarang pertanyaannya balik ke kita: kita ini aset negara atau beban negara?
- Kalau kita bekerja melebihi gaji, memberi manfaat yang lebih besar daripada cost → kita aset.
- Kalau kita kerja asal-asalan, tapi banyak nuntut → kita beban.
Mungkin terdengar kasar, tapi inilah cara paling jujur menilai diri sendiri.
Kesimpulan: SDM Itu Bisa Disamarkan
Banyak SDM yang masuk kategori aset berharga negara yang tidak terlihat, tidak mau tampil, bahkan tersamarkan di negara kita.
Selama mereka tetap happy (senang) and content (tenang), negara kita aman.
Mereka merupakan aset negara yang tidak suka kelihatan.
Mereka memilih diam, bekerja tenang, dan tidak suka tampil.
Tapi mereka adalah fondasi negara, orang-orang yang jika hilang, negara akan limbung.
Di sisi lain, ada SDM yang penuh gaya, banyak bicara, tapi manfaatnya minim.
Mereka inilah beban negara yang sesungguhnya.
Bedanya jelas banget, walau kadang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang sekali lihat.
Jadi, jika kamu merasa bangga dengan penghasilanmu, merasa bangga dengan pekerjaanmu, pertanyaan yang harus kamu tanyakan yaitu: kamu ini Aset Negara atau Beban Negara?