Boleh Malas Asalkan Kamu Pintar (Untuk Anak yang Sedang Malas Sekolah)

Boleh Malas Asalkan Kamu Pintar (Untuk Anakku yang Sedang Malas Sekolah)

Surat untuk anak yang malas sekolah.
Malas itu bukan dosa, tapi jangan bodoh.
Belajarlah jadi orang yang pintar, biar bisa survive, tidak gampang ditipu, dan bisa tetap sukses.


Pendahuluan

Nak, tulisan ini khusus buat kamu.
Aku tahu belakangan kamu malas sekolah. Kadang tidak mau sekolah, kadang nggak serius belajar, kadang lebih suka main, atau tidur daripada buka buku.

Aku tidak akan memarahimu.
Aku tidak akan memaksamu dengan teriakan atau ancaman.
Aku hanya mau bicara jujur: bagi Bapak, kamu boleh malas sekolah, asal kamu pintar.


Kenapa Bapak Bilang Begitu?

Karena dunia ini keras, Nak. Tidak semua orang yang punya ijazah tinggi bisa hidup bahagia. Tidak semua sarjana bisa kaya.
Bahkan banyak lulusan S2 dan S3 yang habis ditipu orang. Hartanya hilang, masa depannya hancur.

Sementara ada orang yang cuma lulusan SMP atau SMA, tapi bisa kaya raya, punya usaha, bisa membantu banyak orang.
Bedanya apa? Mereka pintar.


Apa Itu Pintar?

Pintar bukan berarti juara kelas. Pintar itu:

  1. Tidak gampang dibodohi.
    Kamu tahu kapan orang berniat menipumu, kapan orang benar-benar tulus.
  2. Bisa survive.
    Kalau uangmu sedikit, kamu tetap bisa hidup.
    Kalau kerjaan susah, kamu bisa cari alternatif.
  3. Paham ekonomi dan sosial.
    Kamu tahu bahwa harga cabe bisa lebih penting dari berita politik.
    Kamu tahu mana teman yang benar-benar peduli, mana yang cuma numpang enak.
  4. Berani ambil keputusan.
    Kadang salah, tidak apa.
    Tapi berani memutuskan lebih baik daripada bingung terus.
  5. Mau belajar, meski tidak lewat sekolah.
    Dunia ini sekolah terbesar. Internet, pengalaman, bahkan kegagalan bisa jadi guru.

Kisah Nyata Orang Malas Sekolah tapi Sukses

1. Bill Gates

Pendiri Microsoft. Dia drop out dari Harvard, salah satu kampus terbaik dunia.
Alasannya? Dia tahu kampus tidak bisa mengajarinya semua hal tentang komputer yang dia sukai.
Akhirnya dia membangun Microsoft, yang mengubah dunia dan menjadi salah satu orang terkaya di dunia saat ini.

2. Mark Zuckerberg

Pendiri Facebook. Sama seperti Bill Gates, dia keluar dari Harvard.
Dia malas mengikuti sistem sekolah, tapi fokus pada ide besarnya: membuat platform sosial.

Dia malas sekolah dengan banyak aturan ketat yang membosankan iya, tapi dia tidak pernah malas untuk belajar.

3. Bob Sadino

Pengusaha asal Indonesia. Dia cuma lulusan SMP.
Pernah jadi supir taksi dan buruh, tapi akhirnya sukses besar dengan usaha peternakan dan supermarket.

4. Chairul Tanjung

Mantan “anak singkong”. Meski kuliah, hidupnya penuh keterbatasan.
Dia mengaku sering tidur di mushola kampus karena tidak punya tempat tinggal.
Tapi kepintarannya dalam membaca peluang membuatnya jadi konglomerat.


Jadi, Nak, Malas Boleh Tapi Jangan Bodoh

Kalau kamu malas sekolah, ya tidak apa. Tapi jangan malas belajar dalam hidup kamu.

  • Belajarlah ekonomi: tahu cara mengelola uang.
  • Belajarlah sosial: tahu cara berhubungan dengan orang.
  • Belajarlah survival: tahu cara bertahan kalau uang habis.

Banyak orang pintar di kelas, tapi goblok di dunia nyata.
Banyak orang rajin belajar teori, tapi bingung ketika ditipu teman sendiri.
Jangan jadi orang yang seperti itu.

Dan ingatlah, di dunia ini, cuma I yang gak akan mencelakakan kamu.
Terhadap orang lain, kamu harus waspada, siapapun itu, lihat layer di bawah layer facade mereka.
Why is that?
Karena kamu anakku, dan sejahat apapun aku sama orang lain, you were built using my DNA,
so in essential, you are me (partially of course, so, don’t be dumb person).


Perspektif Agama

Ingat, Nak. Islam itu menekankan pentingnya ilmu, bukan sekadar sekolah. Rasulullah ﷺ bersabda:

Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.”
(HR. Ibnu Majah)

Ilmu itu luas. Bisa dari sekolah, bisa dari guru, bisa dari buku, bisa dari pengalaman hidup.
Jadi, kalaupun kamu malas sekolah, jangan pernah malas mencari belajar menambah ilmu yang akan bermanfaat untuk hidup dan mungkin matimu juga.


Pesan Bapak

Nak, aku tidak peduli orang bilang apa. Orang lain mungkin akan bilang kamu pemalas.
Mereka mungkin akan meremehkanmu karena kamu tidak berdiri sejajar dengan mereka dalam matriks kehidupan yang saklek dengan banyak aturan.
Aku tidak marah, aku tidak akan memaksamu melakukan hal yang kamu tidak suka.
Tapi setidaknya, untuk dirimu sendiri, selesaikan sekolah formal minimal yang diwajibkan pemerintah dan diperlukan untuk masuk Task Force (Tenaga Kerja) di Negara manapun.

Sekolah itu tidak hanya mengajarkan ilmu terapan dan teori, tapi sekolah juga mengajarkan kita pengalaman hidup berharga lho.
Bapak masih ingat teman Bapak yang tidak ikut ujian (ulangan/tes akhir) masih bisa ranking 3 di atas Bapak, hanya karena Gurunya tidak suka dengan Orang Tua Bapak (yang dulu guru juga) dan/atau dia “diberi sesuatu” oleh orang tua murid itu.
Pada masa-masa akhir hidupnya, dia berteman akrab dengan orang tua Bapak, dan sebisa mungkin semaksimal mungkin, bilang dia sangat senang melihat Bapakmu ini dan sayang sama Bapak.
Sayangnya, walaupun kejadian itu terjadi saat Bapak masih kecil, Bapak masih ingat dengan jelas.
Sampai akhir hayatnya dia juga tidak minta maaf tentang itu, seperti merasa bahwa itu bukan hal yang salah.
Menurut Bapak sih: “Welcome to Hell“.

Di dunia ini, banyak orang yang akan mencoba menipumu, memperdayaimu, dan/atau menyakitimu.
Namun yang penting, buktikan padaku saja, bahwa kamu pintar, kamu bisa survive tanpa terluka yang berarti selama kamu menjalani hidup di dunia, jangan jatuh ke lubang perangkap orang.

  • Pintar menjaga diri.
  • Pintar tidak gampang ditipu.
  • Pintar membaca peluang.
  • Pintar mencari rezeki yang halal.

Kalau kamu bisa melakukan itu semua, Bapak bisa tenang.

Tapi kalau kamu malas sekaligus bodoh? Itu yang bahaya, Nak. Itu resep kehancuran.
Dan perpaduan khusus yang hanya akan berakhir dengan kesusahan dan/atau kemiskinan akut.
Naudzubillah.


Kesimpulan

Sekolah itu penting, tapi bukan segalanya (walaupun tetap ada minimalnya ya).
Yang lebih penting adalah kepintaran hidup: survive, jujur, dan paham dunia.

Nak, boleh kamu malas sekolah, asal kamu pintar.
Karena hidup ini bukan tentang ijazah, tapi tentang bagaimana kamu bisa bertahan, sukses, dan tidak mudah diperdaya.


Ini Surat seorang Bapak untuk anaknya yang saat ini sedang malas sekolah:
malas itu bukan dosa (di agama kita), tapi jangan sampai jadi orang yang bodoh.
Pintar itu bukan soal ijazah, tapi soal survive, tidak gampang ditipu, dan paham semua skill yang diperlukan untuk hidup.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top