Cara Efektif Mengendalikan Emosi Akibat Omongan Orang yang Tidak Enak Didengar
Setiap manusia pasti pernah mengalami situasi di mana omongan orang lain terasa menyakitkan.
Entah berupa kritik yang kasar, cibiran, hinaan, fitnah, atau bahkan sekadar komentar yang meremehkan.
Omongan semacam itu sering kali menjadi pemicu emosi yang tidak terkendali, membuat kita marah, stres, bahkan bisa memengaruhi kesehatan mental.
Namun, ada seni dan cara khusus untuk mengendalikan emosi tersebut.
Sebab jika tidak dikendalikan, emosi justru akan menjadi bumerang yang merugikan kita sendiri.
Mengapa Omongan Orang Bisa Begitu Mengusik?
- Harga Diri Terusik
Banyak orang sulit menerima ucapan yang merendahkan karena merasa harga dirinya diinjak-injak. - Ego yang Masih Tinggi
Emosi sering kali lahir dari ego. Semakin tinggi ego, semakin mudah kita tersinggung. - Trauma dan Luka Lama
Kadang, perkataan orang menyentuh luka lama yang belum sembuh. Maka emosi muncul lebih besar daripada yang seharusnya. - Harapan Sosial
Manusia ingin dihormati, ingin dianggap baik. Maka ketika mendapat kata-kata buruk, muncul rasa kecewa yang berujung pada amarah.
Strategi Islami untuk Mengendalikan Emosi
Islam mengajarkan agar umatnya tidak gampang marah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Orang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, melainkan orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Beberapa langkah praktis ala Islam:
- Diam dan jangan membalas dengan ucapan kasar
(QS. Al-Furqan: 63 menyebut hamba Allah yang sejati adalah mereka yang ketika dihina, mereka menjawab dengan ucapan yang baik). - Mengubah posisi:
Nabi ﷺ bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk.
Jika belum hilang marahnya, hendaklah ia berbaring.”
(HR. Abu Dawud). - Berwudhu:
karena marah berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api, maka air adalah penenangnya
(HR. Abu Dawud).
Strategi Psikologis untuk Mengendalikan Emosi
- Pause and Breathe
Tarik napas panjang, hitung sampai 10, dan hembuskan.
Cara sederhana ini menenangkan sistem saraf. - Reframe Omongan Orang
Alihkan perspektif: jangan langsung menganggap semua ucapan orang sebagai serangan pribadi.
Kadang mereka hanya sedang melampiaskan stres mereka sendiri. - Jangan Ambil Hati Semua Kata
Tidak semua kata harus masuk ke hati.
Ingat, kata-kata buruk lebih mencerminkan kualitas si pengucap, bukan kualitas kita. - Tulis atau Curahkan di Tempat Aman
Alihkan emosi dengan menulis jurnal, berolahraga, atau menceritakan pada orang yang dipercaya.
Strategi Praktis Mengendalikan Emosi dalam Kehidupan Sehari-hari
- Kenali Trigger Anda
Apakah Anda lebih mudah tersinggung soal fisik, soal keluarga, atau soal pekerjaan?
Dengan mengenali pemicu, Anda bisa lebih siap menghadapi. - Gunakan Humor
Kadang, menanggapi dengan humor lebih baik daripada melawan dengan emosi. - Hindari Lingkungan Beracun
Jika ada orang yang terus-menerus meracuni dengan omongan buruk, kurangi interaksi dengan mereka. - Ingat Tujuan Hidup
Omongan buruk orang lain tidak mengubah siapa diri Anda.
Fokus pada tujuan hidup dan masa depan.
Contoh Nyata dari Tokoh Besar
- Imam Syafi’i pernah dihina muridnya.
Beliau hanya menjawab: “Jika benar ucapanmu, semoga Allah mengampuniku. Jika salah, semoga Allah mengampunimu.” - Nelson Mandela dihina berkali-kali dalam penjara selama 27 tahun, tapi beliau tetap tenang.
Justru ketenangannya membuat dunia hormat kepadanya.
Refleksi: Omongan Orang yang Memnyebabkan Kita Emosi Itu Ujian
Setiap kata buruk dari orang lain bisa kita jadikan ujian kesabaran. Allah berfirman:
“Dan sungguh akan Kami uji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155).
Artinya, omongan buruk orang lain hanyalah satu bentuk ujian kecil.
Jika kita lolos dengan sabar, kita justru mendapatkan pahala dan martabat yang lebih tinggi di sisi Allah.
Penutup: 10 Cara Praktis Mengendalikan Emosi
Mengendalikan emosi akibat omongan orang yang tidak enak bukanlah hal mudah, tapi bisa dilatih.
Kuncinya adalah:
- Jangan reaktif.
- Ingat ajaran agama.
- Gunakan teknik psikologis.
- Fokus pada hal yang lebih besar dalam hidup.
Pada akhirnya, omongan orang tidak akan merugikan kita jika kita tidak mengizinkannya.
Sebaliknya, justru emosi berlebihanlah yang bisa merugikan diri kita sendiri.
Menghadapi omongan yang tidak enak memang bisa menjadi ujian besar bagi kesehatan mental dan kedewasaan emosional kita.
Namun, ada berbagai cara efektif untuk mengendalikan emosi agar kita tidak terbawa arus negatif yang merugikan
Ini 10 cara praktis untuk mengendalikan emosi agar kita tidak “meledak” (marah dan/atau melakukan kerusakan di muka bumi):
1. Sadari dan Terima Emosimu
Langkah pertama yang paling penting adalah menyadari bahwa kamu sedang merasa marah, sakit hati, atau kecewa.
Jangan menekan atau memungkiri perasaan tersebut.
Menerima emosi bukan berarti membiarkannya meledak, tapi mengakuinya tanpa harus bereaksi impulsif.
Contoh: “Aku merasa kesal dengan ucapannya, tapi aku tidak harus membalasnya dengan cara yang sama.”
2. Ambil Jarak Sejenak
Ketika emosi sedang tinggi, beri jarak waktu dan ruang sebelum merespons.
Ini bisa berupa diam sejenak, mengalihkan perhatian, atau menjauh dari sumber konflik untuk sementara waktu.
Cobalah tarik napas dalam-dalam 3 kali, atau berjalan-jalan sebentar untuk menenangkan pikiran.
3. Evaluasi Isi Ucapan, Bukan Nada Emosinya
Kadang kritik memang bisa menyakitkan, tapi ada kalanya tersimpan kebenaran di balik ucapan yang tajam.
Bedakan antara isi pesan dan cara penyampaiannya. Jika perlu, ambil yang bermanfaat dan buang sisanya.
Tanya pada diri sendiri: “Apakah ada sesuatu yang bisa kupelajari dari omongan ini?”
4. Jangan Ambil Secara Pribadi
Seringkali ucapan orang lain lebih mencerminkan mereka, bukan kita.
Bisa jadi mereka sedang melampiaskan rasa frustasi, iri hati, atau hanya ingin terlihat lebih unggul.
Ingat: “Apa yang dikatakan orang lain tidak selalu mencerminkan siapa diriku.”
5. Latih Diri untuk Tidak Reaktif
Respons spontan sering kali lahir dari ego dan amarah.
Cobalah untuk menjadi responden yang bijak, bukan reaktor yang impulsif.
Ini bisa dilatih melalui kesadaran diri, meditasi, atau journaling.
Kamu tidak harus memenangkan setiap argumen. Kadang diam adalah bentuk kekuatan.
6. Bangun Batasan Sehat
Jika seseorang terus-menerus menyakiti perasaanmu dengan omongannya, kamu berhak membatasi interaksi dengannya.
Jaga kesehatan mentalmu dengan mengatakan “tidak” atau menjaga jarak jika perlu.
Memaafkan bukan berarti harus tetap dekat.
7. Fokus pada Hal yang Bisa Kamu Kontrol
Kamu tidak bisa mengontrol apa yang orang lain katakan, tapi kamu bisa mengontrol bagaimana kamu merespons.
Fokuslah pada pertumbuhan diri, bukan validasi dari orang lain.
“Apa yang bisa kulakukan untuk tetap tenang dan menjaga harga diriku?”
8. Bangun Rasa Percaya Diri dan Ketegasan
Semakin kamu percaya diri, semakin kebal kamu terhadap komentar negatif.
Belajarlah untuk tegas namun tidak agresif, membela diri dengan cara yang elegan tanpa menjatuhkan orang lain.
9. Ubah Omongan Menjadi Bahan Bakar Motivasi
Alih-alih menyimpan dendam, gunakan kata-kata negatif sebagai motivasi untuk berkembang dan membuktikan bahwa kamu lebih dari apa yang mereka katakan.
“Aku akan buktikan lewat tindakan, bukan kemarahan.”
10. Curhat ke Orang yang Bisa Dipercaya
Kadang, hanya dengan bercerita ke teman atau orang terdekat, emosi bisa mereda.
Jangan pendam sendirian, karena perasaan yang dipendam bisa menjadi racun emosional.
Mengendalikan emosi akibat omongan yang menyakitkan adalah proses yang membutuhkan latihan dan kesabaran.
Tapi setiap kali kamu berhasil menahan diri, kamu sedang melatih kekuatan mental dan kedewasaan emosionalmu.
Ingat, kamu tidak bisa mengendalikan mulut orang lain, tapi kamu bisa mengendalikan reaksi dan sikapmu.