Jangan Tinggal di Apartemen kalau Hanya untuk Gengsi (Repot dan Boros)


Jangan Tinggal di Apartemen kalau Hanya untuk Gengsi (Repot dan Boros)

Tinggal di apartemen demi gengsi bisa jadi keputusan yang buruk.
Tinggal di apartemen memang terlihat keren dan prestisius.
Tapi kalau motivasinya cuma gengsi? Hati-hati, bisa jadi keputusan yang bikin kamu repot, boros, dan malah stres sendiri.

Simak kenapa tinggal di apartemen tanpa alasan kuat justru bisa repot dan boros.


Apartemen: Simbol Gaya Hidup Modern atau Beban Finansial?

Tinggal di apartemen mungkin terlihat keren di mata banyak orang.
Interior kekinian, pemandangan kota dari lantai atas, kolam renang dan gym di dalam gedung — semua ini terlihat glamor.

Tapi jika kamu pindah ke apartemen hanya karena ingin terlihat keren di Instagram, atau ingin teman-temanmu berpikir kamu sudah “naik level”, maka kamu perlu baca artikel ini sampai habis.

Karena kenyataannya, apartemen bukan untuk semua orang — dan terutama bukan untuk mereka yang hanya cari gengsi tanpa pertimbangan realistis.


1. Apartemen Bukan Investasi Emosional, Tapi Komitmen Finansial

Ketika kamu tinggal di apartemen, kamu tidak cuma membayar uang sewa atau cicilan KPA. Ada banyak biaya tambahan yang kadang luput dari perhatian:

  • Iuran pengelolaan (IPL) bulanan
  • Biaya parkir motor dan mobil yang dihitung per malam atau per bulan
  • Token listrik & air prabayar
  • Biaya kebersihan unit (opsional tapi perlu)
  • Service charge tahunan

Coba total semua itu. Kalau kamu tinggal di apartemen kecil sekalipun, kamu bisa saja menghabiskan 1,5x hingga 2x lebih banyak dibanding tinggal di kost premium yang sudah all-in.

Kalau kamu sanggup dan siap? Silakan. Tapi kalau hanya demi citra? Tolong, pikirkan lagi.


2. Hidup di Apartemen Itu Ribet, Apalagi Kalau Bawa Barang Banyak

Ini kenyataan yang sering dilupakan:

  • Mau angkat barang berat? Harus booking lift dulu.
  • Kiriman dari kurir? Mereka tidak bisa langsung ke unit, kamu harus turun ke lobi.
  • Pindahan? Jangan harap semudah tinggal di rumah biasa.
  • AC rusak? Kamu harus koordinasi dengan pengelola, tidak bisa langsung panggil tukang sembarangan.

Setiap proses serba protokol, dan itu artinya… ribet. Belum lagi kalau apartemen kamu ada di lantai tinggi dan liftnya penuh, ya siap-siap telat atau naik tangga.


3. Lingkungan Terisolasi dan Kurang Sosial

Tinggal di apartemen bisa terasa sepi dan menyendiri. Kamu mungkin:

  • Tidak kenal siapa tetanggamu
  • Jarang menyapa orang lain di lift
  • Tidak ada interaksi komunitas

Untuk sebagian orang, ini bagus karena privasi lebih terjaga. Tapi untuk kamu yang butuh dukungan sosial atau relasi sehari-hari, tinggal di apartemen bisa terasa sunyi dan membosankan.

Ironisnya, banyak yang tinggal di apartemen agar terlihat sosialita, tapi akhirnya malah merasa kesepian.


4. Ruangan Kecil tapi Mahal

Rata-rata apartemen studio di kota besar Indonesia seperti Jakarta hanya memiliki luas 20–30 m².
Dan untuk mendapatkan ruangan seluas itu, kamu bisa membayar jutaan rupiah per bulan, plus biaya lain-lain yang disebutkan tadi.

Dengan jumlah uang yang sama, kamu bisa:

  • Menyewa kost premium ukuran 30–40 m²
  • Sudah lengkap: AC, TV, kulkas, kamar mandi dalam, WiFi
  • Sudah termasuk listrik, air, laundry mingguan
  • Dan bisa langsung huni, tanpa ribet!

Kalau kamu tinggal di apartemen tapi masih harus beli furnitur sendiri, pasang internet sendiri, dan urus semuanya sendiri, apakah itu benar-benar worth it?


5. Gaya Hidup Konsumtif yang Terselubung

Tinggal di apartemen sering membuat penghuninya terjebak gaya hidup konsumtif, seperti:

  • Sering pesan makanan online karena dapurnya kecil
  • Ikut-ikutan tren furniture atau dekorasi mahal
  • Langganan gym walaupun sudah ada fasilitas di bawah (karena yang di bawah kadang gak sesuai ekspektasi)
  • Bayar parkir harian karena tempat terbatas

Belum lagi FOMO (Fear of Missing Out) yang bikin kamu terus bandingkan hidupmu dengan penghuni lain yang “kelihatannya” lebih sukses.

Dan semua itu… menguras mental dan saldo rekening.


6. Hanya Keren di Feed, Tapi Berat di Realita

Orang yang tinggal di apartemen sering mengunggah foto:

  • Interior minimalis
  • View malam hari dari balkon
  • Coffee-corner ala Pinterest
  • Gym atau kolam renang pribadi

Tapi kamu tidak akan lihat:

  • Tagihan listrik & air yang mahal
  • Kartu akses yang error dan bikin kesel
  • Lift penuh saat jam sibuk
  • Bau makanan dari unit sebelah

Jangan tertipu feed orang lain. Jangan juga kamu jadi bagian dari penipuan visual itu kalau realitanya kamu ngos-ngosan membayar sewa.


Kapan Apartemen Layak Dipertimbangkan?

Artikel ini bukan anti-apartemen. Apartemen tetap bisa jadi solusi hunian ideal jika:

  • Lokasinya sangat dekat tempat kerja (mengurangi waktu tempuh & ongkos)
  • Kamu sudah siap secara finansial
  • Kamu menghargai privasi ekstrem dan minim interaksi sosial
  • Kamu membeli unit untuk investasi properti
  • Kamu tinggal berdua atau sudah berkeluarga kecil

Tapi jika motivasinya hanya gengsi, tolong berhenti sekarang juga.


Alternatif Rasional: Kost Premium atau Rumah Sewa

Kalau kamu cari kenyamanan, efisiensi, dan fleksibilitas — pertimbangkan:

  • Kost elite atau premium (biasanya luas, all-in, banyak fasilitas, dan tanpa ribet)
  • Rumah sewa bersama (coliving) yang nyaman dan punya dapur besar
  • Homestay harian jika kamu hanya butuh short-stay

Semua ini bisa memberi kualitas hidup yang lebih seimbang antara biaya, kenyamanan, dan kebebasan sosial.


Kesimpulan: Gengsi Tidak Akan Membayar Tagihanmu

Tinggal di apartemen bukan hal buruk. Tapi jika kamu menjadikannya sebagai simbol status sosial, dan bukan keputusan logis, maka bersiaplah menghadapi:

  • Keuangan yang terkuras
  • Mental yang tertekan
  • Kehidupan yang tidak seindah feed Instagram

Tinggallah di tempat yang kamu mampu dan kamu butuhkan. Bukan di tempat yang kamu rasa harus pamerkan.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top