Saya Tidak Dibayar untuk Memiliki Gangguan Jiwa

Saya Tidak Dibayar untuk Memiliki Gangguan Jiwa

Kenapa Kita Berhak Memilih Lingkungan dan Teman yang Menjauhkan Kita dari Gangguan Jiwa

Jiwa kita adalah tempat tinggal kita yang paling dalam.
Kalau orang lain mengacaukannya dengan energi negatif, kita berhak menjaga jarak.
Kita tidak dibayar untuk mengalami gangguan jiwa, jadi pilih lingkungan yang sehat dan menenangkan.

Jadi maaf kalau saya pilih-pilih teman. Bukan sombong, tapi realistis.
Energi negatif bukan sesuatu yang harus kita pelihara dalam hidup.


Hidup Ini Sudah Berat, Jangan Tambah dengan Lingkungan dan Teman yang Salah

Mari kita mulai dengan satu fakta kecil tapi penting:
Tidak semua orang harus jadi teman kita.

Bukan karena kita sombong. Bukan karena kita sok elit. Tapi karena kesehatan mental itu mahal.
Dan tidak ada yang menggaji kita untuk “sakit jiwa” atau memliki gannguan jiwa, karena mempertahankan relasi dengan orang yang setiap hari menyebarkan racun emosional ke dalam hidup kita.


Saya Tidak Dibayar untuk Sakit Jiwa, Jadi Maaf Kalau Saya Pilih-Pilih Teman

Mungkin terdengar kasar, tapi ini realitas:
Kita punya hak untuk memilih siapa yang boleh dekat dengan kita.

Bukan berarti kita jahat. Justru, ini adalah bentuk tanggung jawab kepada diri sendiri.
Saya, pribadi, tidak sedang dalam misi menyelamatkan dunia atau menyembuhkan trauma semua orang.

Saya juga punya batas.
Saya juga punya kapasitas.
Dan saya bukan psikolog dadakan yang bersedia jadi tempat pelampiasan orang dengan energi negatif 24/7.


Energi Itu Menular, Baik yang Positif Maupun Negatif

Pernah nggak kamu merasa capek setelah ketemu seseorang, padahal kamu nggak ngapa-ngapain?
Baca Artikel ini: Energy Vampire

Atau merasa tiba-tiba bete, bad mood, dan sensi setelah ngobrol sebentar sama orang tertentu?

Itu bukan kebetulan. Itu karena energi negatif mereka menular ke kamu.
Bahkan tanpa kata-kata kasar atau serangan frontal.
Cukup dengan sikap sinis, keluhan tanpa henti, atau aura penuh kemarahan yang mereka bawa, kita bisa ikut terkuras.


Teman yang Menstabilkan Jiwa Itu Bukan Hanya Rezeki, Tapi Hadiah Tuhan

Sebaliknya, pernah nggak kamu ketemu orang yang baru ngobrol sebentar aja sudah bikin kamu tenang?
Yang aura-nya adem, omongannya lucu, ringan, dan bawa semangat?

Nah, itu energi positif.
Dan saya pribadi, hanya mau berteman dengan orang-orang seperti itu.
Bukan karena saya pilih-pilih.
Tapi karena saya ingin hidup saya tetap waras tanpa gangguan jiwa, tetap bisa senyum, dan tetap bisa berfungsi dengan baik.

Saya menghargai teman-teman yang bisa membuat saya tertawa di saat hati sedang runyam.
Saya suka mereka yang bisa berkata, “Kamu nggak apa-apa? Tenang, aku ada di sini (untuk kamu)” tanpa peduli apa alasan kita down.


Toxic People: Kenapa Harus Dihindari?

Orang-orang toxic itu punya kebiasaan menularkan gangguan jiwa dengan cara:

  • Mengeluh setiap saat.
  • Membandingkan hidup mereka denganmu, selalu jadi korban.
  • Bikin kamu merasa bersalah kalau kamu bahagia.
  • Meremehkan pencapaianmu dengan dalih bercanda.
  • Menguras waktumu dengan drama yang nggak ada habisnya.

Dan parahnya, mereka sering menyamar sebagai “teman dekat”.
Mereka bilang, “Aku tuh care sama kamu,” padahal mereka hanya ingin kamu jadi tempat sampah emosional mereka dan/atau target toksikitas (toxicity) mereka.


Kamu Tidak Jahat Jika Menjauh

Salah satu mitos terbesar adalah:
“Kalau kamu menjauh dari orang, kamu jahat.”

Padahal itu salah besar.
Menjaga jarak bukan berarti membenci.
Menjaga jarak artinya melindungi ruang mental kita agar tetap bersih, jernih tanpa gangguan jiwa, dan nyaman untuk menjadi tempat “berteduh”.

Kalau ada orang yang setiap hari masuk rumah kamu dan buang sampah sembarangan, apa kamu akan tetap biarkan mereka masuk?
Tentu tidak, kan?

Begitu pula dengan mental kita. Tutup pintunya. Jangan biarkan mereka masuk lagi.


Saya Lebih Suka Tertawa daripada Mengkerut

Saya lebih suka ngobrol ringan, bercanda, dan tertawa.
Saya tidak menyangkal bahwa hidup ini keras, tapi saya memilih untuk menghadapi hidup dengan senyum, bukan dengan keluhan.

Makanya, saya tidak bisa dekat dengan orang yang setiap hari ngomongin hal-hal yang bikin stres.
Saya tidak punya waktu untuk itu.
Saya lebih suka duduk dengan segelas minuman juice, ngobrol soal mimpi, bercanda tentang hal-hal konyol, dan merancang masa depan sambil tersenyum tanpa adanya obrolan negatif yang bisa menimbulkan gangguan jiwa..


Lingkungan yang Sehat Itu Prioritas, Bukan Privilege

Banyak orang berpikir bahwa hanya orang kaya yang bisa memilih lingkungan.
Padahal, siapa pun bisa memilih.
Kita bisa memilih untuk:

  • Tidak ikut nongkrong yang isinya cuma ghibah.
  • Tidak membalas chat dari orang yang selalu bawa vibes negatif.
  • Tidak membuka pintu hati untuk orang yang cuma datang saat butuh.

Itu bukan egois.
Itu self-respect.


Penutup: Jagalah Jiwamu dari Gangguan Jiwa, karena Tidak Ada Gantinya yang Sepadan

Di dunia ini, kamu hanya punya satu jiwa.
Kalau rusak, tidak ada yang bisa menggantikannya.
Tidak ada yang akan membayarmu atas trauma yang kamu dapat dari pergaulan yang salah.

Jadi jika kamu harus pilih-pilih teman, lakukanlah.
Jika kamu harus menjaga jarak dari orang tertentu, lakukanlah.
Kalau kamu harus memblokir, unfollow, atau cabut dari grup yang isinya cuma keluhan, lakukanlah.

Jiwamu bukan tempat sampah.
Itu tempat paling berharga yang kamu punya.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top