Saya Tidak Suka NPD (Sesimpel Itu) dan Betapa Bodoh Korbannya (Yang Seperti Kerbau Dicocok Hidungnya)
Ada banyak hal di dunia ini yang bisa ditoleransi, tapi ada satu hal yang sama sekali tidak bisa saya terima: Narcissistic Personality Disorder (NPD).
Bukan hanya karena sifat manipulatif dan egosentris para pelaku NPD yang menyebalkan, tapi juga karena betapa naifnya—kalau tidak mau dibilang bodoh—korban mereka yang selalu saja jatuh ke dalam perangkap yang sama.
Korbannya selalu menganggap si NPD sebagai “boss”, sebagai seseorang yang harus dihormati, diikuti, bahkan dipatuhi seolah-olah mereka berhutang sesuatu kepada si NPD.
Dan itu adalah sesuatu yang membuat saya semakin tidak suka.
Bukan hanya NPD-nya yang menjijikkan, tapi juga korban-korban yang membiarkan diri mereka diperbudak.
1. NPD: Penyakit Mental atau Strategi Manipulatif?
Sebelum masuk lebih jauh, mari kita bahas apa itu NPD (Narcissistic Personality Disorder).
Dalam psikologi, NPD adalah gangguan kepribadian di mana seseorang memiliki perasaan superioritas berlebihan, haus akan pujian, dan tidak memiliki empati terhadap orang lain.
Orang dengan NPD cenderung:
- Merasa diri paling hebat dan berhak atas perlakuan khusus.
- Memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya.
- Tidak memiliki empati dan hanya peduli pada kepentingannya sendiri.
- Menggunakan orang lain sebagai alat untuk mendapatkan validasi atau keuntungan pribadi.
Tetapi masalahnya bukan hanya ada pada NPD itu sendiri—karena orang manipulatif dan penuh ego selalu ada di mana-mana.
Masalah yang lebih besar justru ada pada para korban yang selalu saja jatuh ke perangkap mereka!
2. Korban NPD: Seperti Kerbau Dicocok Hidungnya
Kenapa saya tidak suka korban NPD? Karena mereka terlalu mudah ditipu.
Serius, ini bukan soal mereka lemah atau tidak punya pilihan.
Ini soal mereka tahu sedang dimanipulasi, tapi tetap saja menurut.
Ini bukan ketidaktahuan, ini kebodohan.
- Mereka sadar si NPD memperlakukan mereka seperti sampah, tapi tetap mengabdi.
- Mereka tahu bahwa hidup mereka semakin rusak karena si NPD, tapi masih bertahan.
- Mereka bahkan rela menjadi ‘anak buah’ si NPD, seolah-olah mereka dilahirkan untuk mengikuti perintah.
Kenapa?
Karena mereka percaya omong kosong si NPD.
Mereka merasa berhutang budi atau takut kehilangan validasi yang diberikan si NPD.
Seolah-olah tanpa si NPD, mereka tidak ada artinya.
Ini yang membuat saya geram.
3. Mental Budak: Kenapa Korban NPD Tidak Melawan?
Ada dua alasan utama kenapa korban NPD tetap bertahan dalam hubungan toksik:
3.1. Brainwashing & Trauma Bonding
Orang dengan NPD tidak hanya memanipulasi, mereka mencuci otak korbannya.
Mereka memuji, memberi harapan, lalu menghancurkan mental korban secara perlahan. Ini disebut trauma bonding—di mana korban merasa “terikat” dengan si NPD meskipun mereka sebenarnya diperlakukan buruk.
Ciri-ciri trauma bonding:
- Korban merasa si NPD adalah satu-satunya orang yang bisa memahami mereka.
- Korban selalu berharap si NPD akan “berubah” dan kembali baik seperti dulu.
- Korban merasa tidak punya pilihan lain selain bertahan.
Ini sama seperti hubungan tuan dan budak.
3.2. Rasa Takut & Ketergantungan
Banyak korban NPD takut keluar dari hubungan karena merasa tidak bisa hidup tanpa si NPD.
Mereka telah dibuat percaya bahwa:
- Mereka lemah tanpa si NPD.
- Si NPD adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkan mereka.
- Tidak ada orang lain yang akan menerima mereka.
Dengan kata lain, mental mereka sudah hancur.
Dan ini yang membuat saya tidak suka. Saya paham bahwa menjadi korban manipulasi itu tidak mudah.
Tapi saat seseorang tetap rela dijadikan budak bahkan setelah sadar? Itu bukan lagi keterpaksaan, itu mentalitas budak.
4. Saya Tidak Suka Korban NPD yang Berakhir Jadi Anak Buah NPD
Jika seseorang berhasil keluar dari hubungan dengan NPD dan melawan, saya bisa respek.
Tapi kalau seseorang tetap menjadi anak buah si NPD, saya tidak bisa respek.
Kenapa?
Karena itu berarti mereka sudah menyerah.
Mereka memilih untuk tetap diperbudak, bukan karena mereka tidak bisa kabur, tetapi karena mereka sudah nyaman dalam posisi sebagai anak buah/kacung orang dengan Narcissistic Personality Disorder.
- Mereka tetap membela si NPD, meskipun tahu mereka sedang dimanfaatkan.
- Mereka tetap mengerjakan perintah si NPD, meskipun tahu itu merugikan mereka sendiri.
- Mereka tidak pernah melawan, bahkan ketika mereka tahu mereka sedang diperalat.
Itu bukan lagi korban. Itu sudah jadi budak (slave).
Kalau mereka memilih untuk jadi budak si NPD, itu urusan mereka.
Tapi saya tidak akan buang waktu dan energi untuk merasa kasihan.
Karena kasihan hanya pantas untuk orang yang benar-benar berusaha keluar dari situasi toksik—bukan untuk mereka yang rela jadi antek-antek si NPD.
5. Pesan untuk Korban yang Masih Punya Akal Sehat
Jika kamu adalah seseorang yang sadar sedang berada dalam hubungan dengan seorang NPD, ini saatnya keluar.
Tidak ada yang namanya hutang budi pada seorang narsistik.
Semua kebaikan yang mereka berikan hanyalah manipulasi, pancingan agar kamu tetap ada dalam kendali mereka.
Berhenti menjadi budak. Berhenti menjadi kerbau yang dicocok hidungnya. Berhenti berpikir bahwa kamu “tidak bisa hidup” tanpa si NPD.
Jika kamu tetap bertahan meskipun tahu bahwa kamu sedang dimanipulasi, itu bukan kelemahan lagi. Itu sudah jadi pilihan.
Dan kalau itu pilihanmu, jangan harap aku akan peduli atau sekedar menoleh.
Kesimpulan: NPD Itu Toxic (Beracun), Korbannya yang Tetap Setia Lebih Parah
Saya tidak suka NPD. Sesimpel itu.
Tapi lebih dari itu, saya tidak suka korban NPD yang memilih untuk tetap menjadi budak si NPD.
Karena mereka bukan lagi korban, tapi relawan yang dengan sukarela menyerahkan hidupnya untuk dimanfaatkan.
Jika kamu sadar sedang dimanipulasi oleh seorang narsistik, keluarlah sebelum terlambat.
Karena semakin lama kamu bertahan, semakin sulit kamu melepaskan diri.
Dan kalau kamu memilih untuk tetap setia pada si NPD, jangan harap ada simpati dari saya.
Karena di mataku, kamu bukan lagi korban. Kamu sudah jadi pengikut mereka. Budak mereka. Hamba mereka.
Artikel ini mungkin terdengar keras, tapi realitasnya memang seperti itu. Keluar dari hubungan toksik itu sulit, tapi tidak mustahil.
Dan jika kamu masih punya akal sehat, pilihannya ada di tanganmu.