Belajar Nyetir Mulai Dari Mana?
Bagi sebagian orang, belajar mengemudi mungkin hanya soal mengikuti kursus dan mempraktikkan teori dasar.
Tapi buat saya, belajar nyetir lebih dari sekadar itu.
Pengalaman dan cara saya belajar mengemudi adalah perpaduan antara observasi, latihan kreatif, dan, tentu saja, sedikit keberanian (atau kenekatan).
Berikut beberapa tahap belajar mengemudi yang bisa dibilang anti-mainstream:
1. Mengamati Cara Orang Menyetir Mobil
Belajar nyetir bukan hanya soal berada di balik kemudi.
Awalnya, saya banyak mengamati cara orang lain membawa mobil—mulai dari sopir angkot sampai mantan pembalap.
Mengamati ini ternyata lebih dari sekadar duduk diam.
Saya memperhatikan bagaimana cara mereka bermanuver di tikungan, kecepatan mereka saat di jalan lurus, dan bagaimana mereka menangani berbagai situasi.
Ternyata, berdasarkan pengalaman dari pengamatan yang saya lakukan terhadap mereka yang terlebih dahulu bisa mengendarai mobil, saya jadi lebih siap menghadapi kondisi nyata di jalan, insting dan response jadi lebih terasah.
2. Main Gran Turismo: Belajar Teknik Dasar Lewat Game
Kalau hanya belajar di kursus mengemudi, mungkin saya tidak pernah bisa mencoba teknik balapan atau memahami detail dari berbagai jenis manuver.
Game Gran Turismo menjadi media latihan yang luar biasa.
Bukan sekadar permainan game mobil biasa, Gran Turismo menawarkan serangkaian “license” untuk balapan, mulai dari yang paling dasar hingga Super License—level tertinggi yang hanya bisa didapat setelah melewati berbagai tes ketat.
Melalui game ini, saya mempelajari teknik dasar seperti cara mengontrol kendaraan, pengereman yang tepat, akselerasi yang stabil (maupun spontan a.k.a. racing mode), hingga cara menikung (cornering) yang halus.
Mungkin kedengarannya sederhana, tapi latihan di game ternyata cukup membantu saat saya mengendalikan setir mobil di dunia nyata.
Menguasai game ini memberikan dasar-dasar yang sangat membantu saat saya mempraktikkan teknik-teknik tersebut saat mengendarai mobil asli yang sebenarnya.
3. Latihan Pakai Mobil Orang Tua
Setelah merasa “cukup” percaya diri, saya mulai mencoba mengemudikan mobil keluarga.
Awalnya, belajar nyetir mobil orang tua, tidak semulus yang kita bayangkan.
Sebagai orang yang kadang overconfident, saya sempat dimarahi orang tua karena terlalu percaya diri saat berkendara (sampai sekarang masih begitu, saat saya menjadi sopir untuk mereka, hahaha).
Hanya karena bisa membawa mobil dengan lancar, bukan berarti semua teknik bisa dicoba.
Salah satu kenekatan saya adalah mencoba drifting dengan mobil non-sedan, yang ternyata berbahaya.
Mobil bisa kehilangan kendali dan berpotensi terpelanting jika salah menggunakan rem tangan.
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa setiap kendaraan punya batasannya sendiri.
(Tidak semua kendaraan bisa dipakai seperti mobil balap)
4. Membawa Mobil Pasangan
Ketika membawa mobil milik pasangan, saya belajar arti tanggung jawab yang berbeda.
Bukan sekadar soal mobil yang harus dijaga dengan hati-hati, tapi juga soal keselamatan orang tersayang yang berada di dalamnya.
Membawa mobil tipe ini harus ekstra hati-hati, karena kalau terjadi apa-apa, bukan hanya soal kerusakan mobil, tapi juga kenyamanan dan keamanan yang terancam.
Kalau ada kerusakan, biasanya juga kita yang harus menanggung biaya perbaikan.
Jadi, membawa mobil pasangan melatih saya untuk mengemudi secara jauh lebih hati-hati (lol).
5. Membawa Mobil Kantor
Membawa mobil kantor mungkin yang paling menantang dan “ngeri-ngeri sedap”, dan saran saya, jangan dilakukan jika masih dalam tahap belajar nyetir.
Mobil kantor sering kali kita dapati dalam kondisi yang beragam—mulai dari yang tidak layak pakai sampai yang baru buka bungkus (keluar dari dealer a.k.a. baru kinyis-kinyis).
Mengemudikan mobil kantor melatih saya untuk selalu siap dengan berbagai kondisi kendaraan, memastikan keselamatan sebelum mulai berkendara, dan siap menghadapi ceriwisan yang ngurus mobil jika ada kerusakan.
Pengalaman ini memberi pelajaran besar soal kesiapan mental dan fisik, terutama ketika harus membawa mobil kantor dalam perjalanan dinas.
Plus-nya kita bisa mencoba berbagai jenis kendaraan tanpa harus membeli dan/atau memilikinya.
Roda Dua vs Roda Empat
Secara pribadi, saya lebih menyukai kendaraan roda dua (motor), yang lebih praktis dan cepat.
Tapi, karena tuntutan pekerjaan dan keluarga, mengemudi mobil menjadi keharusan.
Di sinilah pengalaman membawa kendaraan roda dua membantu saya menghadapi tantangan di jalan raya.
Saat berkendara dengan mobil, kita bisa memilih antara kenyamanan atau kecepatan, sesuai situasi yang dihadapi.
Mungkin terdengar unik, tapi pengalaman menonton balapan F1 juga menambah wawasan saya tentang teknik manuver dan pengambilan keputusan di jalan.
F1 bukan sekadar balapan, tapi penuh strategi dan ketepatan yang bisa diadaptasi dalam kehidupan nyata—dari cara mengatasi tikungan hingga teknik menyalip yang aman.
Belajar Nyetir Itu Bukan Sekadar Soal Teknik Mengemudi
Dari semua pengalaman ini, ada satu hal yang saya pelajari: belajar mengemudi bukan sekadar soal teknik dan aturan di jalan, tapi juga soal tanggung jawab, perhatian, dan kehati-hatian.
Meskipun sudah merasa percaya diri, selalu ada hal baru yang bisa dipelajari dari setiap pengalaman.
Entah itu dari game balapan, mengamati orang lain, atau dari pengalaman pribadi, semua itu memberikan pelajaran berharga.
Jika Anda masih baru belajar mengemudi, saran saya adalah belajar nyetir dapat dimulai dengan mengamati.
Perhatikan cara orang lain membawa kendaraan, pahami kondisi jalan, dan jangan takut untuk bertanya.
Jangan lupa, game balapan seperti Gran Turismo atau simulasi balapan lainnya bisa menjadi latihan awal yang seru dan mendidik.
Dan ingat, saat membawa mobil orang lain, apalagi mobil pasangan atau mobil kantor, kehati-hatian adalah yang utama.
Jangan sampai merusak barang milik orang lain.