Dia Pintar Membuat “Smoke Screen”

Apa itu “Smoke Screen”?

Smoke screen” adalah istilah yang berasal dari dunia militer, yang secara harfiah berarti tabir asap atau tirai asap. Dalam konteks ini, tabir asap digunakan untuk menyembunyikan pergerakan pasukan, kendaraan, atau kapal dari pandangan musuh.

Secara lebih luas, istilah ini kemudian digunakan sebagai kiasan untuk menggambarkan sesuatu yang dirancang untuk mengaburkan, membingungkan, atau mengalihkan perhatian dari kebenaran yang sesungguhnya.

Contoh Penggunaan

Istilah “smoke screen” sering digunakan dalam berbagai bidang, seperti:

  • Politik: Seorang politisi mungkin menggunakan isu-isu kecil sebagai “smoke screen” untuk mengalihkan perhatian publik dari skandal atau kebijakan yang kontroversial.
  • Bisnis: Sebuah perusahaan bisa saja mengumumkan proyek kecil yang menarik sebagai “smoke screen” untuk menutupi masalah finansial yang lebih besar.
  • Hubungan Pribadi: Seseorang mungkin memberikan alasan yang tidak jelas atau bertele-tele sebagai “smoke screen” untuk menyembunyikan perasaan atau niat mereka yang sebenarnya.

Intinya, “smoke screen” adalah taktik untuk menyembunyikan sesuatu yang penting di balik hal-hal lain yang kurang relevan.

Pendahuluan: Seni Menghilang Tanpa Pergi

Ada orang yang kalau jadi target perhatian langsung panik, marah, atau frontal menolak.
Tapi ada satu tipe manusia yang lebih halus: dia pintar membuat “Smoke Screen.”

Smoke screen ini bukan (cuma) asap rokok atau kabut ninja, tapi strategi sosial halus untuk mengalihkan perhatian tanpa bikin ribut.
Dia tidak frontal berkata “jangan dekati saya.”
Sebaliknya, dia perlahan menggeser sorotan ke arah lain—dan dia bebas tanpa drama.

KEP: Walaupun asap rokok juga berguna, karena dengan asap rokok, kita sudah “mengusir” banyak manusia dari kita.


1. Bagaimana Smoke Screen Bekerja?

Skenarionya sering begini:

  • Dia suka santai, chilling, tanpa niat apa-apa dan tanpa maksud apapun.
  • Tiba-tiba, biasanya datang orang (entah laki-laki atau perempuan) nyamperin, mau akrab, dan/atau merasa nyaman dengannya.
  • Dia tahu bahaya kalau dibiarkan: bisa jadi ekspektasi, bisa jadi jebakan sosial, bisa jadi “attachment” yang tidak dia perlukan.

Lalu apa yang dia lakukan?
👉 Dia membuat Smoke Screen.

Caranya:

  • Jadi orang yang tidak ada value (nilai) di mata orang yang mendekat.
  • Menyodorkan figur pengganti, yang terlihat lebih baik dan/atau lebih bagus.
  • Membangun narasi bahwa ada orang lain yang lebih layak dan lebih cocok.

Semuanya dilakukan subtle, nyaris tak terasa.

KEP:I mean, WHY would you coming to me???
Kan tahu ya, gw gampang annoyed, dan tidak ada apapun yang bisa kamu tawarkan yang menarik bagiku.
Jika aku baik, itu karena Allah, and just leave it as that.
Aku pada dasarnya tidak suka berbuat baik, kecuali karena Allah (yang nyuruh) atau terpaksa.
Saya cuma suka santai (gak lama lagi aku dead kok.
Jadi saya suka menikmati waktu sebentar saya hidup di dunia dengan semenyenangkan mungkin,
TANPA GANGGUAN!!!.
Ada 8 milyar lebih manusia di bumi, hidup, dan bisa kamu lihat selain aku.
Choose them.”


2. Contoh Praktik Smoke Screen

Ketika seorang mulai mendekat, tertarik, dan merasa nyaman, KEP (the culprit) akan berkata:

  • Si Anu itu lebih baik, ramah banget lho.”
  • Si Ini itu fit banget, rajin olahraga, cocok buat kamu.”
  • Si Ono, kayaknya suka sama kamu deh.”

Hasilnya?
80% (delapan puluh persen) itu berhasil, tanpa sadar, target mulai mengalihkan fokus.
Dia pun berhasil “kabur” tanpa disadari, dan ketika sadar, dia sudah berada jauh entah dimana.


3. Kenapa Harus Smoke Screen?

Kenapa dia tidak frontal saja menolak?

Karena:

  1. Dia tidak suka drama. Menolak langsung bisa bikin rusuh, bikin baper, bikin salah paham.
  2. Dia butuh loyalty absolut. Kalau ada orang datang cuma iseng atau setengah hati, dia tidak tertarik.
  3. Dia menghargai waktu. Baginya, random people tidak pantas menyita waktunya walau sedetik.

Jadi smoke screen adalah tameng elegan, cara menolak orang tanpa konflik.


4. Manusia Sering Tidak Peka

Lucunya, manusia yang jadi target “pengalihan” sering tidak sadar.

  • Mereka pikir dia sedang memuji orang lain.
  • Mereka tidak tahu bahwa sebenarnya merekalah yang sedang dipinggirkan.
  • Mereka tidak sadar bahwa “jalan” menuju dia sudah ditutup halus.

Hasilnya? Mereka teralihkan dan 1 minggu kemudian bingung sendiri.
Karena niat awal yang dituju adalah dia, tapi secara halus banget dia melarikan diri..


5. Filosofi Smoke Screen: Hidupnya Bukan untuk Semua Orang

Dia tidak pernah merasa bersalah.
Kenapa?

  • Karena dia tidak pernah mengundang orang untuk mendekat.
  • Karena dia hanya chilling, strolling, melakukan apa yang Allah perintahkan: ramah, baik, sopan.
  • Hampir semua interaksi yang muncul sebenarnya bukan inisiatifnya.

“Allah bilang saya harus ramah, jadi saya ramah. Tapi itu bukan berarti saya tertarik untuk dekat dengan orang lain yang bisa mengkhianati saya seaktu-waktu at their convenience.”

Manusia, sudah biasa berkhianat.
Saya tidak suka manusia.
Tapi Allah bilang saya harus belajar mencintai manusia, dan OK.
Karena itu saya hanya benar-benar dekat dengan orang yang baik, yang tidak akan mengkhianati saya.


6. Ketika Wanita yang Mendekat

Banyak lelaki lain tidak tahan godaan.
Mereka gampang jatuh hanya karena “ada wanita datang ke kita.”
Mereka butuh validasi, butuh perhatian, butuh koleksi pengakuan.

Tapi dia berbeda:

  • Dia bahkan tidak suka perempuan (despite his past reputation).
  • Dia tidak pernah genit, memegang wanita yang bukan haknya.
  • Dia tahu yang dia mau: unyielding loyalty and absolute loyalty.

Kalau “barang milik orang lain”, dia tidak suka.
Jika bukan miliknya, itu hanya akan menghabiskan waktu tenaga, dan/atau uang.


7. Perspektif Religius: Loyalitas Itu Mahal

Dalam Islam, komitmen dan kesetiaan itu bagian dari akhlak mulia.
Dia tidak main-main dengan itu.

  • Lebih baik sendiri daripada salah memilih.
  • Lebih baik fokus pada yang jelas loyal, daripada menampung “random interest.”

Smoke screen, dalam konteks ini, adalah bentuk penjagaan diri dari fitnah, kekecewaan, dan bahkan keterpurukan.
Dikhianatin orang itu sakit lho, lebih baik tidak ada siapapun yang bisa menusukkan pisau pengkhianatan itu ke kita.
Jaga diri kita sendiri dari orang yang mudah berkhianat..


8. Smoke Screen = Filter Alami

Banyak orang buang waktu dengan hubungan toxic karena tidak punya filter.
Dia punya metode sendiri: smoke screen.

  • Tidak menyakiti orang.
  • Tidak menimbulkan drama.
  • Tidak membuka pintu pada yang tidak loyal.

Hidup jadi lebih ringan, lebih bersih, lebih fokus.


Kesimpulan: Pentingnya Keahlian Membuat Smoke Screen

Dia pintar membuat smoke screen, dan itu bukan sekadar trik sosial.
Itu adalah seni bertahan hidup di dunia penuh orang iseng, toxic, dan setengah hati.

Kalau kamu tidak bisa memberi loyalty absolut, jangan berharap dia akan membiarkanmu masuk.
Karena bagi dia, lebih baik menghilang dengan elegan daripada terjebak dalam drama murahan dengan manusia yang bisa dibeli dengan uang, jabatan, dan/atau janji surga.
(Ya, mereka yang saya hindari juga adalah mereka yang gampang tertipu oleh “Orang beragama”)


Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top