Emangnya Kalau Bacaannya Panjang, Pahalanya Jadi Lebih Banyak? (Tidak)
Jujur saja, ada satu pertanyaan yang selalu menggelitik hati saya setiap kali salat berjamaah dan mendapati bacaan yang panjang:
“Apa sih tujuannya imam baca surah panjang-panjang? Apakah pahalanya lebih besar?”
Jawaban jujurnya: Tidak.
Kamu boleh percaya atau tidak, tapi pahala salat tidak bertambah dengan lamanya bacaan atau panjangnya surah yang dibacakan. “
Yang menentukan besar kecilnya pahala adalah keikhlasan, kekhusyukan, dan ketepatan dalam mengikuti sunnah Rasulullah.
Tapi, ironisnya, banyak sekali imam yang seperti sengaja berlomba-lomba membaca surah panjang-panjang, dengan gaya yang dibuat seindah mungkin, bahkan seperti sedang tampil dalam kontes tilawah internasional.
Padahal, yang terjadi sesungguhnya adalah—ini rahasia umum—jamaahnya jadi pegal, bosan, bahkan kadang kehilangan konsentrasi.
Apa yang terjadi berikutnya?
1. Imamnya Riya’, Jamaahnya Tersiksa
Sering kali imam beranggapan semakin panjang bacaan surah, semakin baik, semakin berpahala, semakin menunjukkan “kelasnya”.
Mungkin dia berpikir bahwa bacaan panjang adalah tanda bahwa dia menguasai agama secara mendalam, bahwa dia lebih dekat dengan Allah, atau mungkin ingin terlihat alim dan saleh di hadapan jamaahnya.
Tapi coba lihat realitanya:
- Jamaah di belakang mulai gelisah.
- Anak kecil mulai ribut karena bosan.
- Orang tua mulai merasa lelah berdiri terlalu lama.
- Beberapa jamaah bahkan mungkin memiliki jadwal atau agenda penting setelah salat.
Bukankah Rasulullah ﷺ sendiri mengingatkan untuk tidak memberatkan jamaah?
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian mengimami manusia, maka hendaknya ia meringankan (tidak memperpanjang). Sebab di belakangnya ada orang yang sakit, orang tua, dan yang memiliki keperluan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini jelas sekali—tapi herannya masih ada saja imam yang pura-pura nggak tahu atau memang sengaja mengabaikannya.
“Apabila salah seorang di antara kalian mengimami orang-orang, maka ringankanlah.
— NKRI One Archipelago (@NKRIoneARC) March 2, 2025
Karena di antara mereka ada yang lemah, ada yang sakit, dan ada yang tua.
Tetapi apabila ia sholat sendirian, maka ia boleh memanjangkan bacaan sholatnya sesuka hatinya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)… https://t.co/BThfQmq4ZY
KEP: Banyak orang sok beragama tapi “buta” dan “tuli”.
(Nuadzubillah)
2. Panjang Bacaan Tidak Berbanding Lurus dengan Pahala
Ada anggapan keliru di masyarakat bahwa bacaan panjang berarti pahala yang diperoleh lebih banyak.
Padahal, pahala dalam salat lebih banyak bergantung pada kualitas, kekhusyukan, dan keikhlasan seseorang, bukan lamanya bacaan atau indahnya suara.
Kalau baca panjang tapi malah membuat jamaah gelisah dan tidak khusyuk, justru yang terjadi adalah dosa karena menyusahkan orang lain.
Yang semula berniat ibadah, akhirnya malah jadi ajang pamer agama a.k.a riya’.
Dan kita tahu betul riya itu salah satu perbuatan yang paling dibenci Allah.
2.1. Bacaan Panjang Tidak Otomatis Mendatangkan Khusyuk
Khusyuk tidak ditentukan oleh durasi salat atau panjangnya bacaan.
Orang yang ikhlas dan tenang bisa khusyuk meskipun bacaannya pendek.
Sebaliknya, bacaan panjang belum tentu bisa membuat khusyuk, malah sering bikin orang gelisah.
Kalau memang mau baca panjang, silakan lakukan di salat pribadi atau sunnah yang kamu lakukan sendiri.
Jangan jadikan jamaah sebagai korban dari keinginan pribadi.
3. Ajang Pamer Agama (Riya’)?
Seringkali, membaca bacaan panjang dengan suara merdu di depan jamaah adalah bentuk riya—pamer agama.
Dan tahukah kamu bahwa riya’ adalah penyakit hati yang paling dibenci Allah?
Orang yang riya’ bukan hanya gagal dapat pahala, tapi malah dapat dosa. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan terjadi atas kalian adalah syirik kecil.”
Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah?”
Rasul menjawab, “Yaitu riya’ (beramal agar dilihat dan dipuji orang).”
(HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)
Jadi, kalau niatnya adalah pamer atau sekadar ingin dianggap ahli agama karena bacaannya panjang, lebih baik hentikan sekarang juga.
4. Imam Harus Bijak, Jamaah Harus Nyaman
Imam yang baik adalah imam yang tahu kondisi jamaahnya, bukan imam yang mementingkan dirinya sendiri.
Imam harus bisa menyesuaikan panjang pendeknya bacaan sesuai kondisi jamaah, seperti hadits Rasulullah di atas tadi.
- Kalau banyak jamaah yang tua atau punya keperluan, pendekkanlah bacaan.
- Kalau salat sendiri, silakan kamu baca sepanjang apapun yang kamu mau, karena itu urusan pribadi kamu dengan Allah.
Ingatlah bahwa dalam Islam ada prinsip “memudahkan bukan mempersulit”.
Jangan sampai niat awal ibadah malah jadi siksaan bagi orang lain.
5. Shalat Itu Harusnya Menenangkan, Bukan Menyebalkan
Tujuan salat berjamaah adalah menguatkan silaturahmi, membangun kebersamaan, dan meraih pahala bersama-sama.
Kalau salatnya malah membuat orang kesal, bosan, atau terganggu, jelas ada yang salah.
Imam seharusnya membawa jamaah kepada ketenangan, bukan sebaliknya.
Kalau setelah salat malah ada yang jengkel, menggerutu, atau bahkan memendam kesal, apa gunanya salat berjamaah?
Kesimpulan: Bacaan Panjang Itu Tidak Menambah Pahala (Tapi Bisa Menambah Dosa!)
Membaca surah panjang saat menjadi imam tidak otomatis membuat kamu lebih dekat dengan Allah, tidak menjadikan kamu lebih saleh, dan tidak memberikan pahala tambahan.
Sebaliknya, jika itu membuat jamaahmu gelisah atau bahkan menyebabkan riya’, maka justru yang kamu dapat adalah dosa, bukan pahala.
Jadi, berhenti berpikir bahwa semakin panjang bacaannya, semakin tinggi tingkat spiritualnya.
Justru, semakin bijaksana kamu dalam mengelola shalat berjamaah, semakin tinggi pula nilai kamu di hadapan Allah.
Karena ibadah itu bukan ajang pamer kemampuan, tetapi momen meraih ketenangan dan kedekatan kepada Allah.
Bukan untuk dianggap hebat oleh manusia ataupun untuk dipuji manusia.
Jangan pernah lupakan itu.