“Nak, Aku Sebenarnya Selama Ini Suka Sama Kamu”

“Nak, Aku Sebenarnya Selama Ini Suka Sama Kamu”

Pernah nggak, di tengah-tengah sebuah hubungan pertemanan yang selama ini terasa biasa saja, tiba-tiba ada momen yang bikin semuanya berubah?

Momen ketika temanmu, seseorang yang selama ini kamu anggap sebagai sahabat, membuka perasaan yang selama ini mereka simpan rapat-rapat.
Kalau itu terjadi padamu, apa yang akan kamu lakukan?
(Q:Kalau aku sih, kabur ya…demi kebaikan semua pihak, khususnya aku…hahahahaaha“)

Itu yang terjadi padaku, dan sampai sekarang momen itu masih membekas dan sedikit banyak membuatku agak takut setiap kali berteman dengan orang.


Ketika “Suka” Mengubah Segalanya

Hari itu, seperti biasa, aku dan Jo duduk bersama di tempat kami biasa bertemu.
Jo adalah salah satu teman perempuan yang selalu punya cara membuat suasana jadi hidup, ceria, dan ramai.
Dia santai, ceria, dan nggak segan bercanda dengan siapapun, termasuk aku.
Aku nggak pernah berpikir ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan di antara kami, karena menurutku, cara dia memperlakukanku sama seperti cara dia memperlakukan teman kami yang lain.

Namun, hari itu, di tengah pembicaraan yang seharusnya ringan, dia tiba-tiba memegang lenganku.
Tangannya sedikit gemetar, dan raut wajahnya berubah serius.

“Nak, kamu tau nggak kalau selama ini sebenernya aku suka sama kamu?”, katanya dengan nada pelan tapi jelas, sambil menatapku.

Aku, yang biasanya cepat tanggap dalam situasi apapun, hanya bisa diam.
Kata-kata itu, membuatku yang biasanya selalu punya jawaban cepat atas semua hal, terdiam, bingung, dan takut.


Reaksi yang Tak Terduga

Karena terlalu kaget, aku hanya bisa tersenyum kecil dan mencoba merasionalisasi situasi.

“Suka sebagai teman, kan, Jo?” tanyaku,
mencoba memastikan semuanya tetap berada di zona aman dan nyaman.

Namun, Jo dengan tegas menggelengkan kepala.
“Enggak Nak, Aku serius.
Aku benar-benar suka sama kamu, dan bukan sebagai teman.”

Di saat seperti itu, aku hanya bisa memikirkan satu hal: bagaimana menjaga persahabatan ini tetap utuh tanpa melukai perasaannya.
Karena, bagiku, hubungan kami adalah pertemanan murni, tidak lebih.
Aku juga bukan tipe orang yang temenan dulu, pacaran kemudian.
Tidak, bagiku niat dan tujuan harus ditetapkan di awal, saya tidak terlalu suka “hubungan yang berevolusi“, karena itu akan merusak segalanya.

Aku menjawab sejujur mungkin,
“Jo, aku orang yang, kamu tahu sendiri, nakal. AKu bukan orang baik-baik (sepuluh betul), Aku nggak baik buat kamu, Jo.”
(Please, bersikaplah rasional), begini perasaan dan pikiranku di saat menjawab itu.

Dia memotong ucapanku dengan cepat, “Aku tahu, tapi aku tetap suka sama kamu.”

KEP: “…”


Memilih Keputusan yang Tepat

Dalam situasi seperti ini, pilihan kata dan tindakan adalah segalanya.
Aku tahu, jika aku memberi harapan palsu atau memanfaatkan momen itu, aku hanya akan memperburuk keadaan.
Jadi, aku mencoba memberikan saran terbaik yang bisa aku pikirkan saat itu.

“Jo, kenapa kamu nggak coba ‘lihat dunia’ dulu?
Kenal dengan orang lain, mungkin ada yang lebih cocok (dan lebih baik) buat kamu.”
Aku menambahkan, “Jangan khawatir, aku tetap jadi teman kamu.”

Dia tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk.
“Bener ya, kamu nggak akan menjauh atau tiba-tiba hilang?”, tanyanya penuh harap.

“Iya” jawabku.
Aku nggak perlu janji, karena Jo tahu, bahwa aku orang yang selalu menepati kata-kataku, walau tanpa kata “Janji” ataupun “Sumpah”, seperti yang biasa orang ucapkan.


Ketika Jalan Hidupnya Berubah

Beberapa waktu kemudian, Jo benar-benar menjalin hubungan dengan seseorang yang mendekatinya.
Awalnya, dia mengatakan padaku bahwa dia merasa “terpaksa” karena aku yang menyarankannya.
Tapi akhirnya, mereka menikah, dan aku tahu itu adalah keputusan terbaik untuknya.

Aku sempat mengunjunginya setelah mereka menikah.
Dia tampak bahagia dengan suaminya, dan itu cukup membuatku lega.
Namun, ada satu momen lucu ketika dia diam-diam mencubit lenganku dan berkata, “Awas ya, jangan bilang-bilang.”

Aku hanya tertawa, memilih untuk menjaga rahasia kecil itu dari suaminya yang terlihat sangat sayang dan mencintainya.


Prinsipku dalam Hubungan

Aku tidak pernah suka hubungan yang berevolusi.
Bagiku, jika dari awal seseorang adalah teman, maka dia akan tetap menjadi teman selamanya.
Sebaliknya, jika sejak awal tujuannya adalah menjalin hubungan yang bukan sekedar teman, itu cerita yang berbeda.

Ada alasan kenapa aku memegang prinsip ini.
Aku percaya bahwa hubungan yang sehat harus dimulai dengan niat yang jelas.
Jika seseorang yang kita anggap teman tiba-tiba menunjukkan perasaan lebih, itu bisa membingungkan dan merusak kepercayaan yang sudah terbangun.
(Karena si “Idiotic” KEP akan menunjukkan segala ucapan, tingkah, dan rahasianya, tanpa ada filter dan/atau batasan).

Selain itu, bagiku, ada hal-hal yang menjadi penanda seorang perempuan layak diistimewakan:

  1. Menghormati Dirinya Sendiri
    Perempuan yang menjaga dirinya, baik dalam perbuatan maupun ucapan, adalah seseorang yang pantas untuk diistimewakan.
  2. Kejujuran
    Tidak ada yang lebih berharga dari seseorang yang jujur tentang perasaannya, tanpa bermain-main atau menutupi niat sebenarnya.
  3. Tidak Bermain dengan Banyak Orang
    Jika seseorang memperbolehkan dirinya disentuh atau diperlakukan sembarangan oleh banyak orang, itu menurunkan nilai dirinya di mataku.
    Bagiku, perempuan yang istimewa adalah yang tahu batas dan menjaga dirinya dengan baik.

Kesimpulan: Suka atau Tidak Suka, Yang Penting Jujur

Kisah ini mengajarkan banyak hal, terutama tentang pentingnya kejujuran dan menghargai perasaan orang lain.
Terkadang, kita harus membuat keputusan sulit demi menjaga hubungan yang lebih besar.
Tidak semua perasaan harus dijawab dengan penerimaan; ada kalanya kejujuran adalah jalan terbaik, meskipun terasa pahit.

Jika kamu pernah berada di posisi seperti Jo, ingatlah bahwa perasaan adalah hal yang manusiawi, tapi tetaplah jujur pada dirimu sendiri.
Jangan tiba-tiba prengat-prengut, bete sendiri, benci sendiri tanpa ada sebab yang sah, hanya karena orang yang kamu cintai tidak mengerti perasaanmu,
INGAT: TIdak semua orang bisa membaca perasaan dan/atau pikiran orang lain.
Siapa tahu orang yang kamu cintai, juga memiliki perasaan yang sama.
(Daripada buang waktu nunggu dan selalu menunggu, bilang saja, jadi gak nunggu dalam ketidakpastian hukum, LoL)

Dan jika kamu pernah berada di posisiku, ingatlah bahwa tanggung jawab kita adalah menjaga hati orang lain, bahkan jika itu berarti harus menolak mereka dengan lembut.
Jangan tiba-tiba lari tunggang langgang, menjauh, dan/atau menghilang tiba-tiba, karena kejadian seperti ini adalah situasi yang sangat “delicate“, jika salah langkah, anda akan menambah satu orang musuh yang tidak anda inginkan secara gratis (lol).

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top