Ketika Nabi Muhammad Telat Shalat Ashar: Sebuah Pelajaran Tentang Kewajiban dan Ketetapan Waktu
Kisah tentang Nabi Muhammad yang pernah telat shalat Ashar membawa banyak pelajaran berharga bagi umat Islam (khususnya saya).
Dalam kehidupan sehari-hari, bahkan Nabi Muhammad, yang dijaga penuh dan ketat oleh Allah SWT, pernah mengalami keterlambatan dalam menunaikan shalat Ashar karena berbagai keadaan, salah satunya saat berada di medan perang atau berdakwah.
Meskipun beliau dikenal sangat disiplin dalam menjalankan ibadah shalat, kejadian ini menegaskan bahwa bahkan Nabi pun kadang dihadapkan dengan situasi yang di luar kendali beliau.
1. Peristiwa Tertundanya Shalat Ashar
Salah satu peristiwa yang paling dikenal terkait dengan Nabi Muhammad SAW telat shalat Ashar terjadi pada saat Perang Khandaq.
Ketika itu, Nabi dan para sahabat tengah sibuk dalam pertempuran dan penggalian parit untuk mempertahankan kota Madinah dari serangan kaum Quraisy dan sekutunya.
Situasi darurat dan genting ini membuat waktu Ashar terlewati.
Nabi sangat menyesal karena telah melewatkan shalat Ashar, hingga beliau berdoa:
“Semoga Allah memenuhi rumah-rumah dan kuburan mereka dengan api neraka, karena mereka telah menyibukkan kami sehingga terlewat shalat Ashar sampai matahari terbenam.”
Kisah ini menekankan pentingnya ketetapan waktu dalam shalat, meskipun Nabi memiliki alasan yang kuat karena situasi darurat.
Bahkan dalam kondisi sulit, shalat tetap dianggap sebagai prioritas utama.
2. Pelajaran dari Keterlambatan Shalat
Dari peristiwa ini, kita bisa belajar bahwa kewajiban shalat memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam.
Bahkan dalam situasi terdesak seperti medan perang, Nabi Muhammad merasa sangat menyesal ketika beliau tidak bisa melaksanakan shalat tepat waktu.
Hal ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya menjaga waktu shalat, dan betapa besar kedudukan shalat dalam kehidupan seorang Muslim.
Namun, Allah juga memberikan kelonggaran dalam situasi tertentu, seperti saat bepergian atau dalam keadaan darurat, untuk melakukan jama’ (menggabungkan dua shalat) atau qadha’ (mengganti shalat yang terlewat).
Meskipun demikian, keutamaan menjalankan shalat tepat waktu tetaplah yang tertinggi, seperti yang ditekankan oleh Nabi Muhammad sendiri.
3. Keringanan dan Fleksibilitas dalam Islam
Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan dan fleksibilitas.
Meskipun shalat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan tepat waktu, Allah juga memberikan kelonggaran dalam kondisi-kondisi tertentu.
Sebagai contoh, ketika seseorang dalam keadaan sakit, safar (bepergian jauh), atau dalam keadaan perang, ada rukhsah (keringanan) yang memungkinkan untuk melakukan shalat dengan cara yang lebih sesuai dengan keadaan tersebut.
Namun, peristiwa Nabi Muhammad yang telat shalat Ashar juga menunjukkan bahwa meskipun ada keringanan dalam situasi tertentu, tetap ada rasa tanggung jawab yang besar untuk menunaikan ibadah shalat.
Nabi tetap menyesal dan segera mengqadha’ shalat Ashar tersebut, meskipun beliau berada dalam kondisi darurat.
4. Keutamaan Menjaga Waktu Shalat
Peristiwa ini juga mengajarkan kepada kita tentang pentingnya menjaga waktu shalat.
Shalat adalah tiang agama, dan melaksanakannya tepat waktu adalah salah satu cara terbaik untuk menunjukkan ketaatan dan kedekatan kita kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
(QS. An-Nisa: 103)
Menjaga waktu shalat adalah salah satu bentuk disiplin spiritual yang sangat ditekankan dalam Islam.
Seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, meskipun ada alasan yang sah untuk terlambat, beliau tetap merasakan penyesalan karena shalat adalah cara paling utama untuk berhubungan langsung dengan Allah.
5. Mengqadha Shalat yang Terlewat
Bagi kita yang mungkin pernah mengalami keterlambatan dalam shalat, ada jalan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad, yaitu dengan melakukan qadha’.
Qadha’ shalat adalah cara untuk mengganti shalat yang terlewat, dengan niat dan pelaksanaan yang sama seperti shalat wajib yang seharusnya dilakukan pada waktunya.
Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk segera menunaikan shalat yang terlewat begitu situasi memungkinkan. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap waktu shalat, meskipun kita tidak sempat melakukannya tepat waktu.
Dalam hal ini, kita harus bersungguh-sungguh untuk menghindari keterlambatan, namun juga tetap menjalankan tanggung jawab untuk mengqadha’ jika memang terpaksa terlambat.
6. Nasihat untuk Menjaga Shalat
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, mungkin banyak dari kita yang merasa sulit untuk menjaga waktu shalat dengan tepat.
Pekerjaan, perjalanan, atau urusan duniawi lainnya sering kali mengganggu kewajiban spiritual kita.
Namun, dengan mengingat kisah Nabi Muhammad yang begitu menyesali keterlambatan shalat Ashar, kita diingatkan akan pentingnya prioritas dalam hidup kita.
Tidak ada urusan dunia yang lebih penting dari kewajiban kita kepada Allah.
- Atur jadwal:
Buatlah jadwal harian yang memperhatikan waktu shalat, sehingga kita selalu tahu kapan harus berhenti sejenak untuk menunaikan kewajiban ini. - Gunakan alarm atau pengingat:
Teknologi modern memungkinkan kita untuk mengatur alarm pada waktu shalat, sehingga kita tidak melewatkan waktu yang tepat. - Jangan menunda:
Sebisa mungkin, hindari menunda shalat.
Ketika waktu shalat tiba, segera berhenti dari aktivitas apapun dan tunaikan shalat.
Batas Akhir Waktu Shalat Ashar dalam Hadits
Batas akhir waktu shalat Ashar adalah hingga matahari terbenam.
Namun, sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat Ashar sebelum matahari mulai berubah menjadi kuning atau redup sebagai bentuk kehati-hatian.
Dalam berbagai hadits, Nabi Muhammad SAW memberikan panduan mengenai waktu-waktu shalat dan batasannya.
- Hadits Riwayat Muslim:
Rasulullah SAW bersabda,
“Waktu shalat Ashar adalah selama matahari belum menguning.”
(HR. Muslim) - Hadits ini menunjukkan bahwa waktu yang lebih dianjurkan untuk shalat Ashar adalah sebelum matahari menguning atau berada di posisi rendah menjelang terbenam.
Namun, masih diperbolehkan shalat Ashar hingga matahari benar-benar terbenam, meskipun itu adalah batas terakhirnya. - Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Barang siapa yang mendapatkan satu rakaat dari Ashar sebelum matahari terbenam, maka ia telah mendapatkan shalat Ashar.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa selama seseorang bisa menyelesaikan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka shalatnya sah dan dianggap telah melaksanakan shalat Ashar.
Kisah Nabi Shalat Ashar Mendekati Waktu Maghrib
Ada beberapa hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya pernah menunda shalat Ashar hingga mendekati waktu Maghrib karena keadaan tertentu, seperti saat dalam peperangan atau perjalanan.
Salah satunya adalah ketika peristiwa Perang Khandaq:
- Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:
Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata,
“Pada hari Perang Khandaq, Umar bin Khattab datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku belum shalat Ashar hingga matahari hampir tenggelam.’
Maka Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Demi Allah, aku juga belum shalat.’
Lalu kami berdiri dan berwudhu, kemudian Nabi Muhammad SAW shalat Ashar setelah matahari terbenam, lalu setelah itu beliau melaksanakan shalat Maghrib.”
(HR. Bukhari dan Muslim) - Dalam situasi ini, Nabi dan para sahabat tertunda dalam menunaikan shalat Ashar karena kondisi darurat (peperangan), sehingga mereka mengqadha (menggantikan) shalat Ashar setelah matahari terbenam.
Prinsip Umum Tentang Waktu Shalat
Islam sangat menekankan untuk menjaga shalat tepat pada waktunya.
Namun, dalam kondisi darurat atau situasi tertentu (seperti perjalanan, peperangan, atau sakit), ada keringanan (rukhsah) dalam pelaksanaan shalat, termasuk menjamak shalat (menggabungkan dua shalat) atau menunda pelaksanaan shalat hingga keadaan memungkinkan.
Akan tetapi, menunda shalat hingga waktu terakhir tanpa alasan syar’i tidak dianjurkan.
KEP: “Males gimana om?”
B: (Allah memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang)
Penutup: Ketika Nabi Muhammad Telat Shalat
Meskipun Nabi Muhammad pernah mengalami keterlambatan dalam shalat Ashar, beliau tetap menunjukkan kepada kita pentingnya penyesalan dan tanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban ini.
Shalat bukan hanya sekadar ritual, tetapi jembatan yang menghubungkan kita dengan Allah.
Dengan menjaga waktu shalat dan melaksanakannya dengan penuh kesungguhan, kita meneladani ketaatan Nabi Muhammad dan memperkuat hubungan spiritual kita dengan Sang Pencipta.