Prioritas Pembuatan Konten dan Pentingnya Diversifikasi Platform Bagi Konten Kreator

Menjadi seorang konten kreator merupakan pekerjaan impian bagi semua orang yang mempunya jiwa kreatif, mampu berpikir cepat, dan rajin. Tapi terkadang pendapatan sebagai konten kreator tiba-tiba diputus oleh yang punya platform (misalnya YouTube). Oleh karena itu, setiap konten kreator perlu memahami prioritas pembuatan konten di semua platform yang digunakan oleh sebagian besar konten kreator di dunia.

Prioritas Media Pembuatan Konten

Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, sebaiknya anda membuat konten di tempat yang akan bertahan dalam jangka waktu yang lama, bukan sekedar ada atau karena viral tapi tidak menghasilkan sama sekali.

Berikut ini adalah urutan prioritas dalam pembuatan konten:

1 Konten Website atau Blog

Percaya atau tidak jika saya bilang website/blog merupakan media kreasi dan kreativitas para konten kreator seperti anda sejak zaman dahulu kala, bahkan ketika internet masih sangat langka di Indonesia, mereka menuangkan ide dan/atau pikiran yang ada di kepala mereka dalam bentuk tulisan yang tertuang dalam sebuah halaman website dan saat itu, mereka tidak dibayar sedikitpun, mereka senang menulis, membagi cerita hidupnya dengan khalayak ramai.

Membaca adalah hobi saya, saya suka sekali membaca hal-hal yang menarik, enak dibaca, dan “berisi”, hal ini sebenarnya tidak saya temukan ketika menonton video yang kebanyakan disajikan di YouTube atau Tiktok, karena kebanyakan hanya berkata kosong tanpa isi hampir setengah videonya, capek kan?

Dan yang bikin parah lagi kalau ternyata memang kosong tanpa isi, hanya cuapan celotehan kosong yang sudah menghabiskan 10 (sepuluh) menit hidup anda, bahkan tidak jarang lkebih dari itu.

Terus terang saya pusing melihat video yang banyak beredar di media seperti Tiktok, YouTube, atau Instagram, karena tidak semua video yang kita tonton mengajarkan sesuatu yang bermanfaat, malah kebanyakan hanya click bait (pemancing tombol klik untuk anda tonton atau lihat).

Misalnya ada berita “Kucing Mencuri Ikan di Depan Monyet”, jika berita itu viral, akan ada ratusan bahkan ribuan video yang sama, yang harus kita tonton untuk tau informasinya, tapi kebanyakan tidak menyuguhkan informasi yang anda inginkan kecuali video editan yang sudah diubah sedemikian rupa dengan cuplikan-cuplikan yang kadangh membangkitkan jiwa sociopath anda.

Hal ini tidak akan terjadi di blog atau website berkualitas yang enak dibaca dan menyuguhkan informasi yang anda inginkan dengan narasi yang membuat anda tertarik untuk terus membaca.

Nah, karena itu, mereka yang blogging (hobi ngeblog) dan senang menulis “tetap hidup” di zaman digitalisasi yang serba video seperti sekarang, karena orang yang cerdas lebih suka membaca daripada menonton video.

Yah, walaupun pendapatan dari blogging itu relatif, dan tidak belum semewah pendapatan YouTuber kelas atas, tapi Alhamdulillah cukup menyenangkan.

2. Konten YouTube

Menjadi YouTuber, kedengarannya menyenangkan, dan bisa membuat kaya, tapi apakah anda tahu bahwa hanya kurang dari 8% (delapan persen) YouTuber punya lebih dari 1000 (seribu) subscribers.

Mengenaskan?

Iya, tapi hal itu jarang dibahas di publik karena “mimpi sebagai YouTuber” harus tetap dijaga agar YouTube tetap relevan dan menjadi favorit banyak content creator (konten kreator.pembuat konten). Dan memang menjadi YouTuber merupakan prestise (prestige) tersendiri.

“Sudah berapa subscribernya?”, pertanyaan itu akan sering diajukan orang kepada kamu yang sedang merintis karir alternatif sebagai YouTuber, dan pertanyaan itu juga akan memicu kamu menjadi lebih semangat lagi dalam mengupload video.

Tapi tidak demikian dengan saya. Walau belum putus sepenuhnya sama YouTube, tapi teguran dari YouTube membuat saya sadar “bahaya YouTube”, tidak sedikit konten kreator besar dunia yang tiba-tiba channelnya dibanned (dicekal) YouTube dan memutuskan aliran pendapatan mereka satu-satunya (dari YouTube).

Hal itu pun terjadi dengan kami, channel keluarga yang saya bangun entah dari tahun kapan, di demonetitasi oleh YouTube tanpa sanggahan dari saya sedikitpun karena saya tahu, itu salah kami.

Mampu mencapai 10.000 (sepuluh ribu) lebih subscribers, monetisasi baru setahun, tiba tiba di-cut oleh YouTube, hanya karena kesalahan kecil yang sangat miniscule (kecil sekali) dibandingkan ribuan video yang saya upload disana, mulai dari anak saya lahir, main sama keponakan, jalan-jalan keluarga, hobi ikan hias, belajar buat animasi, dan tutorial hidup lainnya, saat ini tanpa monetisasi sama sekali.

Note: Anda bisa lihat channelnya disini, nama channelnya: KID Is Me (anda bisa memberitahu saya jika tidak original)

Pengalaman ini membuat saya sadar bahwa platform lain, seperti website/blog pribadi, mungkin lebih aman dan stabil untuk jangka panjang, karena dengan situs web pribadi, Anda memiliki lebih banyak kontrol atas konten dan cara monetisasinya.

Ya, walaupun pendapatan di awal mungkin tidak sekencang dan sebanyak platform media lain, setidaknya Anda tidak berada di bawah bayang-bayang ancaman “putus kontrak” oleh pihak penyedia platform seperti YouTube.

3. Cuitan Twitter (X Sekarang Namanya)

Twitter adalah media branding (pengenalan brand/merek), bukan media yang utamanya mencari uang, kecuali anda menjadi buzzer ya.

Twitter juga bisa digunakan sebagai media networking (menjalin hubungan atau kerjasama) dengan banyak pihak, dan tidak terbatas dengan lintas wilayah atau negara.

Bahkan jika anda bisa bahasa lain, bahasa Inggris (English) misalnya, maka anda akan seperti ikan dalam kolam, bertemu banyak individu/entitas yang “satu aliran” hobi/minat dengan anda.

Keluhan dikit: Lah, inilah kalo punya keyboard terlalu bagus, senggol dikit langsung kesentuh hurufnya (maklumin ya kakak)

4. Tiktokers

Media platform yang sedang hot saat ini adalah Tiktok, tanpa iklan yang mengganggu kayak dan beritanya terhitung update, hanya kalah sedikit dibanding Twitter X,

Sebagian selebriti Indonesia banyak yang ganti platform dari YouTube ke TikTok karena mudahnya akses, user friendly, dan animo masyarakat untuk menikmati video berkualitas tanpa iklan di TikTok.

Banyak Akun Tiktok yang bermanfaat dan bagus untuk anda follow, namun juga harus hati-hati, karena banyak konten gadungan kualitas buruk di sana, yang bisa membuat anda pusing melihatnya.

Secara garis besar Tiktokers mengandalkan afiliasi TikTok, Endorsement, dan/atau Saweran/Donasi sebagai sumber pendapatannya, yang tidak mudah, tapi sangat gampang dilakukan kalau anda tidak punya malu.

5. Konten Instagram

Nah, kita akan membahas instagram, yang sampai saat tulisan ini dibuat, saya masih kaku menggunakannya, yang luwes dan lancar pakai instagram adalah istri saya. (Sementara yang ahli edit video lebih kreatif adalah anak saya).

Instagram ini, merupakan situs media senang-senang saja, sekarang sudah mulai kalah pamor sama Tiktok, jauh.

Tapi ya, pengguna Instagram masih banyak yang setia dan enggan pindah, karena memang followernya masih ada banyak di situ (Insta Followers).

Secara monetisasi, Instagram Seleb, mendapatkannya dari iklan dan/atau endorse dari suatu produk dan/atau jasa.

Tidak mudah, tapi agak membosankan dan jumlahnya juga kecil kalau anda belum memiliki jutaan follower di Instagram.

6 Facebook Page dan Reels

Diam-diam, pendapatan di Facebook ini lumayan juga lho kalau ditekuni, khususnya buat reels jika anda berminat mendalaminya.

Pendapatan Facebook Page biasanya didominasi oleh sponsor dan atau iklan.

Sementara Facebook Reels mendapatkan penghasilan dari Facebook langsung, sperti halnya YouTube, namun saat ini kita belum bisa mengajukan, karena harus melalui jalur undangan dari Facebook selaku pemilik platformnya.

7. Likee

Jika Tiktok stagnan tidak berkembang malah menciut dengan mengeluarkan banyak pembatasan dan pencekalan akun seperti halnya YouTube, maka cepat atau lambat, aplikasi Likee ini akan menjungkalkan TikTok sebagai pesaing YouTube.

Lambang Likee juga menyenangkan untuk dilihat, bentuk Love (Hati/Heart).

Sistem monetisasi Likee berasal dari Super Thanks, Endorse, dan Kontes dari Platform Likee itu sendiri, yang saat ini tidak besar, belum besar, dan mungkin akan besar, jika mereka sukses menyaingi Tiktok dan YouTube.

Kesimpulan Konten Kreator NKRI One

Untuk semua kreator konten yang selalu (harus) bersemangat, penting bagi Anda untuk selalu waspada dan tidak menempatkan semua “telur” Anda dalam satu “keranjang”.

Diversifikasi cabang channel platform konten Anda untuk memastikan bahwa Anda tidak menggantungkan diri pada satu sumber pendapatan saja.

Selalu ingat bahwa rintangan atau hambatan bisa muncul kapan saja, termasuk namun tiidak terbatas pada rasa malas atau masalah lain, rencana Anda bisa jadi orang yang sukses (dan kaya tentunya) mungkin bisa tercapai dengan mudah. asalkan Anda terus berusaha dan tidak menyerah (walau kadang air mata bercucuran dalam menjalaninya). Percaya pada kemampuan anda, dan selalu yakin pada Allah.

Salam NKRI One.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Populer Bulan Ini
Most Read
Scroll to Top