Profesionalisme: Bekerja Sesuai Bayaran (Paygrade)

Profesionalisme: Bekerja Sesuai Bayaran (Paygrade)

Ketika berbicara soal profesionalisme, kebanyakan orang akan setuju bahwa bekerja dengan komitmen, dedikasi, dan kompetensi sesuai posisi adalah hal yang penting.

Tapi, bagaimana jika ekspektasi yang diberikan tidak sesuai dengan kompensasi?
Di sinilah paradoks profesionalisme muncul.

Sesuai Jam Kerja, Sesuai Bayaran, Sesuai Kompetensi

Profesionalisme adalah bekerja sesuai dengan jam kerja, paygrade (bayaran), dan kompetensi.

Tentu saja, setiap posisi punya tugas dan tanggung jawab yang berbeda, dan setiap level tanggung jawab seharusnya dihargai dengan kompensasi yang sepadan.

Jika seseorang hanya dibayar sesuai posisi Prajurit, apakah wajar jika mereka diminta duduk dalam rapat Jenderal?

Ini seperti mengundang kontradiksi.
Jika dianggap layak untuk turut andil dalam pembicaraan level atas, seharusnya ada apresiasi yang sesuai, bukan?
Apa kompensasi dan/atau apresiasinya?
Tugas tambahan dari pelaku penyalahgunaan wewenang (abuse of power)?

Jangan sampai ada paradoks, di mana bayaran tetap di level bawah tapi tanggung jawab diberi level atas.
Situasi ini bukan hanya tidak adil, tapi juga menciptakan perasaan yang mengganjal dan perasaan tidak puas.

Saat Diberi Beban Berat, tapi Tidak Mendapat Apresiasi yang Layak

Paradoks lain muncul ketika seseorang hanya dilibatkan dalam pekerjaan-pekerjaan sulit atau situasi berat, tapi saat datang waktunya untuk mendapat manfaat atau penghargaan, mereka justru ditempatkan di paling belakang.

Hal ini menjadi sumber ketidakpuasan yang wajar.
Situasi di mana beban lebih sering datang daripada apresiasi akan membuat siapa pun bertanya-tanya: seberapa profesional mereka sebenarnya diperlakukan?

Saat tugas yang sulit muncul, “prajurit” diharapkan maju dan menghadapi tantangan, tapi saat “kue” dibagi, orang yang paling belakang atau bahkan tidak mendapatkan apa-apa adalah mereka.

Hal ini jelas bertolak belakang dengan konsep keadilan dan profesionalisme, dan bisa membuat siapa pun merasa seakan-akan bekerja dalam sistem yang menginjak dan/atau tidak menghargai kontribusi mereka.

Profesionalisme Dua Arah

Jika bicara tentang profesionalisme, seharusnya semua pihak mengedepankan asas yang sama: bayaran sesuai dengan tugas, dan tugas sesuai dengan kemampuan.

Memang, mudah bagi organisasi atau perusahaan untuk mengharapkan loyalitas dan dedikasi.
Namun, loyalitas dan dedikasi yang sejati juga harus dibarengi dengan apresiasi yang tulus dan layak.

Profesionalisme bukan sekadar bekerja “lebih” dari apa yang diharapkan, melainkan bekerja sesuai dengan bagaimana kita dihargai dan dihormati.
Jika diharapkan lebih, maka sudah sepantasnya mereka juga dihargai lebih.
Ini bukan sekadar soal gaji atau jabatan, tapi juga soal pengakuan dan penghormatan terhadap kontribusi yang diberikan.

Pengertian Profesionalisme Sebenarnya Apa?

Di dunia kerja, profesionalisme sering kali didefinisikan sebagai kemampuan untuk bekerja dengan dedikasi, etika, dan komitmen yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab.

Namun, istilah ini menjadi agak bias ketika tuntutan tersebut hanya berlaku untuk satu pihak, sedangkan pihak lainnya tidak memberikan timbal balik yang setimpal.
Misalnya, ketika seseorang diharapkan untuk melakukan pekerjaan tingkat atas, tapi kompensasi atau pengakuannya tetap di posisi yang lebih rendah.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan mendasar:
Apakah keadilan dan profesionalisme masih ada di tempat kerja?

Mereka yang bekerja dengan sungguh-sungguh sering kali memiliki perasaan bangga atas apa yang mereka lakukan.

Tapi jika pekerjaan dan usaha yang dilakukan tidak dihargai dengan semestinya, rasa bangga tersebut bisa berubah menjadi kelelahan mental.

Pada akhirnya, profesionalisme itu perlu didukung oleh penghargaan yang layak, karena setiap kontribusi seharusnya diakui dengan cara yang adil.

Jadi, Bekerja Profesional Itu Seperti Apa?

Mungkin bagi banyak orang, profesionalisme artinya memberikan yang terbaik dari kemampuan kita.

Tapi untuk memberikan yang terbaik, seseorang juga perlu merasa dihargai dengan cara yang sesuai.

Ketika profesionalisme hanya diminta dari satu sisi (karyawan), dan tidak diimbangi dari sisi lain (organisasi), maka akan sulit bagi siapa pun untuk tetap termotivasi.

Maka dari itu, saya akan bekerja profesional: sesuai dengan bayaran, sesuai dengan jam kerja, sesuai dengan paygrade.
Jika ada tugas besar, penghargaan yang besar pun harus datang sejalan.
Profesionalisme itu jalan dua arah, bukan sekadar tuntutan sepihak.

Antara Penghargaan dan Eksploitasi

Kita sering mendengar kalimat bahwa bekerja itu harus dengan tulus, tanpa mengharapkan pamrih berlebihan.
Namun, jika hanya bekerja tanpa penghargaan yang sepadan, bisa jadi seseorang hanya dieksploitasi tanpa mendapatkan apa yang pantas.

Ketika seseorang melakukan pekerjaan di luar perannya tanpa penghargaan tambahan, maka secara tidak langsung mereka mengalami eksploitasi, bukan profesionalisme.

Tidak sedikit orang yang merasa bahwa meski mereka bekerja keras, usaha mereka tidak dihargai setara dengan pengorbanan dan waktu yang diberikan.

Perusahaan yang baik seharusnya mampu memberikan penghargaan dan apresiasi yang sepadan dengan kontribusi yang diterima.

Jadi, kalau dipikir-pikir lagi, profesionalisme bukan hanya soal “memberi lebih”, tapi juga soal menerima penghargaan yang sesuai dengan upaya.

Profesionalisme Sejati: Jalan Dua Arah

Sebenarnya, profesionalisme sebaiknya diterapkan dengan menggunakan konsep dua arah.

Jika perusahaan mengharapkan seseorang untuk bekerja lebih, maka mereka juga harus siap untuk memberikan imbalan lebih atau pengakuan yang lebih pula.

Di sini, profesionalisme tidak hanya menjadi tugas dari sisi pekerja, tapi juga kewajiban bagi organisasi untuk menghargai dan mengapresiasi setiap usaha yang telah diberikan.

Jadi, bekerja secara profesional bukan berarti selalu memberi melebihi ekspektasi tanpa penghargaan, melainkan bekerja dengan menghargai nilai diri sendiri.

Sebagai pekerja yang profesional, penting untuk memahami batas-batas yang ada agar kontribusi tidak menjadi sekadar pengorbanan yang tak dihargai.


Dengan bekerja sesuai bayaran dan level, seseorang bisa tetap profesional sambil menjaga keseimbangan antara ekspektasi dan kenyataan di tempat kerja.

Semoga artikel ini bisa menggambarkan makna profesionalisme dalam konteks yang lebih realistis dan acceptable.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top