Tidak Mau Berhubungan tapi Tidak Boleh Memutus Silaturahmi

Tidak Mau Berhubungan tapi Tidak Boleh Memutus Silaturahmi

Silaturahmi ya, dalam hidup, sering kali kita dihadapkan pada situasi yang rumit, termasuk dalam hubungan dengan orang lain.
Ada kalanya kita merasa lelah, jenuh, atau bahkan tidak ingin lagi berhubungan dengan seseorang.
Mungkin karena perbedaan prinsip, pengalaman buruk, atau energi negatif yang dirasakan dari hubungan tersebut.

Namun, di sisi lain, kita tahu bahwa sebagai manusia, apalagi sebagai hamba Allah, memutus silaturahmi bukanlah pilihan yang diizinkan, terlebih ketika mempertimbangkan ajaran agama dan nilai-nilai sosial yang kita pegang teguh.

Dilema antara Keinginan dan Kewajiban

Bagi kita yang memahami nilai silaturahmi, ada tanggung jawab moral yang mengikat kita untuk tidak memutuskan hubungan, meskipun dalam hati kecil kita mungkin sudah enggan melanjutkannya.

Memang, tidak semua hubungan memberikan manfaat positif, dan kadang, mempertahankan silaturahmi dengan orang yang membawa energi negatif menjadi beban tersendiri.

Namun, ketika kita merasa hubungan ini lebih banyak membawa beban daripada kebahagiaan, kita sering kali merasa terjebak. Jika memutuskan hubungan adalah solusi yang membuat hati lega, tetap saja ada ikatan sosial yang mengharuskan kita tetap terhubung. Mencoba tetap menjaga silaturahmi adalah sebuah ujian—ujian kesabaran dan pengendalian diri.

Strategi Halus: Membiarkan Mereka yang Memutuskan

Ketika kita tidak ingin memutuskan silaturahmi secara langsung, salah satu cara halus adalah membiarkan mereka yang akhirnya memilih untuk menjauh.

Cara ini lebih bijak karena tidak melanggar aturan moral atau agama. Kita mungkin tidak perlu langsung memutuskan komunikasi, tetapi juga tidak perlu terlalu intensif dalam menjalin hubungan.
Sikap ini memberikan ruang bagi mereka untuk membuat keputusan sendiri, tanpa harus merusak nilai silaturahmi yang kita pegang.

Beberapa cara halus yang bisa kita terapkan untuk membuat mereka merasa bahwa jarak adalah pilihan yang lebih baik, antara lain:

  1. Mengurangi Interaksi
    Dengan mengurangi intensitas komunikasi atau pertemuan, kita secara tidak langsung memberikan ruang yang lebih besar.
    Tidak selalu merespons pesan dengan cepat, atau tidak selalu menghadiri undangan, membuat mereka merasa bahwa kita tidak sepenuhnya berada di sekitar mereka.
  2. Menghindari Topik-Topik yang Menyebabkan Ketegangan
    Kadang, berbicara dengan nada netral atau tidak terlalu tertarik pada topik yang mereka sukai bisa memberikan sinyal bahwa kita tidak sepenuhnya selaras.
    Kita memilih untuk tidak memperdebatkan perbedaan, tetapi juga tidak menunjukkan antusiasme berlebihan.
  3. Membangun Citra Diri yang “Kurang Menarik” bagi Mereka
    Seperti yang dikatakan, we goad them to cut ties with us.
    Kita bisa memilih untuk tidak terlalu banyak berbagi hal-hal yang mereka anggap menarik atau penting.
    Dengan cara ini, hubungan tersebut terasa kurang berarti bagi mereka, dan mereka mungkin akan merasa bahwa menjaga jarak adalah keputusan yang tepat.
  4. Tidak Memberikan Akses Emosional yang Mendalam
    Silaturahmi tidak berarti kita harus memberikan seluruh akses ke kehidupan dan perasaan kita.
    Dengan menjaga jarak emosional, kita memberikan batasan yang jelas, sehingga hubungan tersebut tetap terjaga tanpa harus terlalu dalam.

Memindahkan Beban Keputusan kepada Mereka

Dengan cara-cara ini, kita seolah-olah memberikan mereka kesempatan untuk mempertimbangkan apakah hubungan ini layak dipertahankan atau tidak.
Ketika kita tidak terlalu intens dalam berinteraksi, mereka mungkin merasa bahwa hubungan ini bukan prioritas utama, dan mereka memilih untuk menjauh.
Dalam situasi seperti ini, ketika akhirnya hubungan berakhir, kita tidak berada dalam posisi yang disalahkan, karena pada dasarnya kita tidak pernah secara langsung memutuskan tali silaturahmi tersebut.

Keuntungan dari Pendekatan Halus

Pendekatan ini memberikan beberapa keuntungan, di antaranya:

  • Menghindari Konflik Langsung
    Dengan membiarkan mereka yang membuat keputusan, kita tidak perlu menghadapi konflik atau drama yang biasanya terjadi dalam pemutusan hubungan.
  • Menjaga Prinsip dan Nilai
    Kita tetap berpegang pada nilai bahwa memutus silaturahmi adalah hal yang tidak diinginkan.
    Dengan membiarkan mereka yang memilih untuk menjauh, kita masih mempertahankan prinsip bahwa silaturahmi harus dijaga.
  • Mengurangi Beban Emosional
    Dengan cara ini, kita tidak merasa bersalah atau berdosa karena telah memutuskan hubungan.
    Kita hanya memberikan ruang bagi mereka untuk berpikir ulang tentang prioritas mereka sendiri.

Refleksi: Menjaga atau Melepaskan?

Pada akhirnya, meskipun ada rasa ingin melepaskan diri dari beban silaturahmi yang terasa menguras energi, kita perlu selalu merefleksikan apakah ada manfaat baik yang bisa diperoleh dari mempertahankan hubungan tersebut.

Terkadang, kita bisa belajar kesabaran, keteguhan hati, dan kemampuan untuk memahami orang lain dari situasi ini.
Namun, ketika semua sudah terasa berat, membiarkan mereka yang memutuskan adalah langkah yang tidak merugikan dan tetap menjaga prinsip kita sebagai hamba Allah.

Biarkan mereka yang memilih untuk pergi, bukan kita yang mengakhiri.
Dengan begitu, kita tetap mempertahankan nilai yang kita junjung tinggi, tetapi tanpa harus mengorbankan rasa damai dalam hati.

Tapi, Ada Nasehat Allah dan Rasul-Nya Nih tentang Silaturahmi

Berikut adalah beberapa ayat Al-Quran dan hadits terkait yang dapat mendukung konsep menjaga silaturahmi, meskipun dalam situasi sulit:

  1. Al-Quran, Surah Al-Baqarah (2:195)
    “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah; sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
    Ayat ini mengajarkan kita untuk tetap berbuat baik, bahkan dalam keadaan sulit, dan selalu menjaga hubungan baik dengan orang lain sebagai bentuk amal yang dicintai Allah.
  2. Al-Quran, Surah Al-Anfal (8:1)
    “…Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu…”
    Allah memerintahkan kita untuk memperbaiki hubungan antar manusia, terutama dalam menjaga silaturahmi dan menghindari perselisihan.
  3. Hadits Riwayat Bukhari
    “Tidak halal bagi seorang Muslim memutus hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari.
    Maka barangsiapa yang memutuskan lebih dari tiga hari lalu meninggal, maka ia masuk neraka.”
    (HR. Bukhari)

    Hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwa memutuskan hubungan dengan sesama Muslim adalah hal yang harus dihindari.
    Ini menguatkan bahwa kita perlu mempertahankan silaturahmi meskipun ada perbedaan atau masalah.
  4. Hadits Riwayat Muslim
    “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”
    (HR. Muslim)

    Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menekankan pentingnya menjaga hubungan silaturahmi.
    Melalui hubungan yang baik, kita tidak hanya memenuhi perintah agama tetapi juga mendapatkan berkah berupa kelapangan rezeki dan umur panjang.
  5. Al-Quran, Surah An-Nisa (4:36)
    “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
    Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki.
    Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”

    Ayat ini menekankan pentingnya berbuat baik, tidak hanya kepada keluarga dekat, tetapi juga kepada kerabat dan sesama manusia, yang menunjukkan bahwa menjaga hubungan baik adalah perintah Allah.

Dalam pelaksanaan tugas, Hamba Allah berkomitmen untuk menjaga integritas, anti korupsi, menghindari benturan kepentingan dan memberikan pelayanan prima. (lol)

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top