Pertama kali saya ingat melihat perayaan kemerdekaan (Dirgahayu) Republik Indonesia adalah Dirgahayu Indonesia yang ke-45.
Angka yang bagus, menurut saya saat itu. (Karena ada hubungan dengan angka 9 kah?).
Beranjak besar dan dewasa, hitungan angka perayaan ulang tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pun menjadi angka penghias pita yang terkadang saya buat bersama teman-teman.
Saya sering ditunjuk menjadi panitia perayaan Hari Kemerdekaan RI, mempersiapkan lomba yang diadakan atau menjadi perangkat dan/atau peserta upacara.
Semua itu saya lakukan tanpa menyadari sesungguhnya angka tersebut dapat menjadi pemicu semangat membangun bangsa dan memajukan bangsa Indonesia.
Amerika sudah menjadi negara yang maju pesat, dan (secara jujur) jauh meninggalkan Indonesia baik dalam tatanan kehidupan, penegakan hukum, maupun kemajuan teknologi.
Walau bisa menjadi argumen bahwa Indonesia baru 75 (tujuh puluh lima) tahun Merdeka, sedangkan Amerika Serikat (United States of America) sudah merdeka selama 244 (dua ratus empat puluh empat) tahun.
Apakah hal itu bisa menjadi alasan?
Tidak.
Sumber daya alam Indonesia tidak kalah banyak dibandingkan sumber daya alam Amerika.
Sumber daya manusia Indonesia pun tidak kalah banyak dibanding Amerika.
Lalu, apakah kita bisa menjadi bangsa yang maju dan ditakuti seperti Amerika?
Bisa, kalau kita bersatu membangun bangsa, bukan berkelompok dan terpecah belah menjadi bagian-bagian tersendiri yang hanya saling mengkritik tajam tanpa niat membangun bersama.
Pencitraan bahwa “kelompok/organisasi/partai saya” lebih baik, sudah menjadi pemandangan yang lumrah dan menjadi tradisi baru.
Yang lebih parah, individu-individu berkualitas Emas atau bahkan yang berkualitas Berlian, lebih memilih untuk bekerja sendiri tanpa tertarik untuk bekerja sama membangun Negeri.
Kapan bangsa Indonesiaku akan maju?
Pertanyaan itu selalu membahana di jiwa saya, tidak satu hari pun saya tidak memikirkan nasib bangsa ini di tengah kemajuan berbagai bangsa lain yang lebih rapi dalam barisan persatuan bangsa mereka.
Korea Selatan, sebagai contoh, hanya memiliki wilayah yang hanya seperlima (1/5) wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tapi dalam hal teknologi dan penegakan hukum, mereka hanya selangkah di belakang Amerika tapi jauh di depan Indonesia.
Bisakah bangsa Indonesia maju?
Bisa, kalau kita bersama mulai serius berniat dan berusaha untuk membangun bangsa dengan mengurangi kegiatan bermedia sosial yang kurang bermanfaat dan tidak berasosiasi dengan kegiatan yang bersifat menentang pemerintah secara terus menerus.