Hamba Allah Spesies “Jahilis Totalus”
Di antara barisan hamba Allah yang sering digambarkan suci, tenang, dan penuh keikhlasan, terdapat sosok yang berbeda.
Sebuah anomali.
Dia tidak sepenuhnya masuk dalam gambaran ideal yang sering melekat pada para hamba-Nya.
Dia tidak selalu tenang, tidak selalu penuh kelembutan, dan bahkan, sering kali dia melangkah dengan energi yang sulit ditebak—seperti badai di tengah lautan yang seharusnya damai.
Namun, itulah yang membuatnya istimewa.
Dalam keunikannya, dia membawa warna berbeda, menghadirkan dinamika yang tidak biasa.
Meskipun dia tidak sesuai dengan ekspektasi kebanyakan orang, dia tetap seorang hamba yang menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati.
Tindakannya sering kali terlihat tidak konvensional, tetapi ada hikmah di balik setiap langkah yang diambilnya.
Dia adalah pengingat bahwa hamba Allah tidak harus selalu terlihat “sempurna” menurut standar manusia.
Allah menciptakan mereka dengan sifat dan karakter yang beragam, sesuai dengan peran masing-masing di dunia ini.
Anomali ini bukan penyimpangan, melainkan bagian dari rancangan-Nya yang lebih besar.
Justru, melalui keberadaannya, kita diingatkan bahwa jalan menuju Allah tidak selalu harus berjalan lurus dan mulus, tetapi bisa penuh tikungan, badai, dan serba-serbi kehidupan yang, pada akhirnya, membawa kita lebih dekat kepada-Nya.
Namun, jika diperhatikan lebih dekat, justru dialah yang membawa warna berbeda, jenis hamba Allah yang termasuk dalam spesies “Jahilis Totalus.”
1. Penampilan yang Kontras: Hitam di Antara Putih
Ketika hamba-hamba Allah lainnya berpakaian putih bersih, memancarkan cahaya dan keanggunan surgawi, dia hadir dengan armor hitam pekat, seperti bayangan di tengah keramaian cahaya.
Orang awam mungkin salah mengira bahwa dia adalah setan.
Padahal, dia adalah salah satu hamba Allah yang paling loyal—walau dengan cara yang sulit dipahami.
Kenapa hitam?
- Dia merasa tidak layak berpakaian putih karena masa lalunya yang penuh dosa.
- Hitam mencerminkan bagaimana dia melihat dirinya sendiri: tidak sempurna, jauh dari suci, tapi siap melakukan apa saja demi menjalankan tugas.
- Baginya, pakaian putih adalah untuk mereka yang benar-benar murni, sementara dia hanya seorang yang pernah melakukan apa saja dan akan melakukan apa pun yang perlu dilakukan.
2. Sikap yang Tidak Lazim: Mengeluh Tapi Taat
Hamba Allah biasanya patuh tanpa pertanyaan.
Namun, “Jahilis Totalus” berbeda.
Dia adalah makhluk yang sering mengeluh, mempertanyakan, dan bahkan melontarkan protes kepada Tuhannya.
Tapi anehnya, di balik semua keluhannya, dia tetap melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab ketika dibutuhkan.
Contoh dialog keluhannya:
- “Kenapa aku yang harus mengerjakan ini?
Menurutku, yang lain ingin mengerjakan tugas seperti ini.”
(Saat disuruh menolong wanita yang cantik dan/atau mempunyai kelebihan lain yang diinginkan laki-laki normal) - “Hey, God, can You give me me ‘uang operasional’ yang banyak (yang tidak mungkin habis)?”
(He will ask an astronomical, outrageously high amount for his “operational money” to execute whatever task he’s been assigned).
Walaupu kelihatannya bercanda dan/atau merendah, dia tidak bohong ketika mengatakan hal-hal seperti ini. - “Nggak ada orang lain?“
Namun, setelah semua keluhan itu, dia tetap maju.
Karena dia tahu, pada akhirnya, perintah Allah biasanya tidak bisa ditawar (lol), melainkan untuk dijalankan.
3. Ketika Jahilis Totalus Menjadi Serius
Meskipun biasanya dia adalah sosok yang santai, bahkan terkesan tidak serius, ada momen-momen tertentu ketika dia berubah total.
Ketika dia melihat ada ketidakadilan atau seseorang mencoba merusak makhluk Allah yang dia suka, ekspresinya berubah drastis.
(Gak terbatas pada manusia, bahkan ketika melihat kucing dianiaya, dia akan bertindak, lol)
Dia tidak segan-segan melindungi dan bertindak.
Contoh kasus:
- Ketika ada orang yang mencoba menganiaya seorang manusia yang (menurutnya) baik, dia akan maju tanpa ragu, bahkan jika itu berarti harus siap kehilangan segalanya (yang dia tidak butuhkan, lol).
- Wajahnya yang biasanya terlihat santai akan berubah menjadi serius.
Dia tidak akan berhenti sampai hal itu berhasil dinetralisir.
Motivasi ini berasal dari:
Ketidaksukaannya pada tindakan zalim, bahkan ketika dia sendiri tahu bahwa dirinya juga pernah berlaku zalim dan bukanlah sosok yang sempurna.
4. Si “Ahli Main Kotor” yang Biasanya Dikasih Misi “Unbelieveable” as The Last Option
“Jahilis Totalus” bukan hamba yang menjalankan tugas-tugas ringan seperti “We had joy we had fun, We had seasons in the sun” saja.
Tapi dia adalah hamba yang dikirim ke tempat-tempat paling sulit, misi yang paling kotor, dan (more or less) berbahaya.
Ketika salah satu orang terdekatnya bilang bahwa dia iri dengan hidupnya yang lancar-lancar saja, tanpa hambatan rintangan dan/atau kesulitan, dia hanya tertawa, tanpa mau menjelaskan hal-hal sulit yang dia hadapi.
5. Filosofi Hidupnya: Rela Kotor untuk Bersih
Dia tidak keberatan mengotori dirinya sendiri demi menyelesaikan misi yang diberikan Allah. Baginya, tidak ada pekerjaan yang terlalu hina jika itu untuk menjalankan amanah Allah.
Prinsipnya:
- “Jika aku harus kotor demi melindungi orang baik, maka biarlah begitu.”
- “Dulu aku suka main di lumpur, pulang kena marah Ibu karena bajuku kotor, jadi sekarang main kotor bahkan kena lumpur bukan masalah bagiku.”
- “Asal tugas selesai, aku tidak peduli apa yang orang pikirkan tentangku.“
6. Alasan Allah Memilihnya
Meskipun dia tidak sebersih hamba Allah lainnya, ada alasan mengapa Allah memilih dia untuk tugas-tugas tertentu:
- Keahliannya di dunia gelap.
Dia tahu bagaimana dunia gelap bekerja, jadi dia bisa menangani hal-hal yang tidak bisa (atau tidak mau) ditangani oleh hamba lainnya. - Keberaniannya.
Dia tidak takut kotor, tidak takut menghadapi bahaya, dan tidak takut pada makhluk apa pun selain Allah.
(Kalo soal fobia, itu jijik ya, bukan takut :p) - Kesetiaannya.
Meskipun dia sering mengeluh, dia tidak pernah benar-benar menolak tugas yang diberikan Allah.
(Although, he will complaining from start to finish incessantly)
7. Pelajaran dari Hamba Allah Spesies “Jahilis Totalus”
Keberadaan “Jahilis Totalus” mengajarkan kita beberapa hal penting:
- Tidak semua hamba Allah harus sempurna.
Bahkan orang yang penuh dosa sekalipun bisa menjadi alat Allah untuk melakukan kebaikan. - Kebersihan hati lebih penting daripada kebersihan penampilan.
Meskipun dia tampak kotor, hati dan niatnya tetap bersih ketika menjalankan tugas. - Setiap orang punya peran.
Tugasnya mungkin berbeda dari hamba Allah lainnya, tapi perannya tetap penting dalam menjaga keseimbangan dunia.
Kesimpulan
“Jahilis Totalus” adalah bukti nyata bahwa Allah memiliki cara-Nya sendiri untuk menggunakan setiap makhluk-Nya.
Dia mungkin tidak terlihat seperti hamba Allah pada umumnya, tapi perannya sangat penting dalam menjalankan misi-misi berat yang tidak bisa dilakukan oleh siapa pun.
Meskipun dia sering dianggap aneh atau berbeda, dia tetap setia pada Allah dan menjalankan tugasnya.
Karena baginya, yang terpenting bukanlah bagaimana dia terlihat, tapi bagaimana dia melaksanakan perintah Allah dengan sebaik mungkin.
Jadi, ketika Anda melihat sosok yang tampak berbeda dan sedikit “jahil,” ingatlah bahwa mungkin dia adalah salah satu dari “Jahilis Totalus” yang bekerja di balik layar untuk menjaga keseimbangan dunia.