Jagoan: Apakah Kita Akan Berkelahi dengan Setiap Orang? 8 Miliar Manusia??
Dalam hidup ini, kita sering kali diajarkan untuk menjadi kuat, tangguh, dan tak terkalahkan.
Tapi, pernahkah kita berpikir, apakah kita benar-benar perlu berkelahi dengan semua orang yang ada di dunia ini? Delapan miliar manusia, apakah kita akan bertarung dengan mereka satu per satu?
Jawabannya jelas: tidak.
Kekuatan Sejati Bukan Tentang Berkelahi
Allah sudah mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh membuat kerusakan di dunia ini.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan.
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.“
(QS. Al-A’raf: 56)
Kekuatan sejati bukan diukur dari seberapa banyak orang yang bisa kita kalahkan, tetapi dari seberapa banyak orang yang bisa kita bantu, jaga, dan lindungi.
Jika setiap konflik harus diselesaikan dengan perkelahian, maka dunia ini sudah lama hancur lebur.
Tampil sangar, jantan, dan garang mungkin terlihat keren di mata sebagian orang, tapi apakah itu benar-benar esensi dari kekuatan?
Ataukah sebenarnya kekuatan sejati adalah mampu menahan diri, bersikap penuh cinta kasih, dan memilih kedamaian dibandingkan kekerasan?
Kalau kata Nabi sih seperti ini:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai berkelahi, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Kita yang Dulu ke Kita yang Sekarang
Ada masanya di mana aku berpikir bahwa menjadi tangguh berarti harus siap bertarung kapan saja.
Aku selalu siap menghadapi ancaman, bahkan bisa dibilang kadang sengaja mencari masalah untuk menguji sejauh mana batas kekuatanku.
Tapi semua itu berubah.
Seiring waktu, aku menyadari bahwa orang yang paling kuat bukanlah yang bisa mengalahkan musuhnya dalam pertarungan fisik, tetapi yang bisa mengendalikan amarahnya, meredam emosinya, dan memilih jalan kebaikan.
Aku tidak mau lagi menjadi “Kita yang dulu”, yang selalu dipenuhi keinginan untuk membuat kerusakan.
Sekarang, aku lebih memilih untuk menjadi seseorang yang menjaga, mencintai, dan melindungi orang-orang yang aku sayangi.
Salah satu handphone-ku pun sekarang menggunakan armor berwarna pink—sebuah pengingat bahwa aku sekarang bukan lagi setan pembuat kerusakan, tetapi seseorang yang harus welas asih dan penuh cinta kasih.
Aku tidak boleh lagi mengernyitkan dahi dan alis, terutama ketika sedang berada di sekitar orang-orang yang aku cintai.
Aku harus sabar, tenang, dan penuh kasih sayang.
Kebijaksanaan dalam Memilih Kapan Harus Bertarung
Bukan berarti kita sepenuhnya meninggalkan dan melupakan kekuatan yang kita miliki.
Kita tetap harus siap membela diri dan melindungi yang lemah ketika diperlukan.
Namun, kita harus tahu kapan waktu yang tepat untuk bertindak.
Menjadi kuat bukan berarti harus selalu menunjukkan kekuatan.
Terkadang, kesabaran dan kelembutan jauh lebih efektif daripada kepalan tangan.
Kita bisa memilih jalan kebaikan.
Kita bisa menjadi orang yang kuat tanpa harus selalu bertarung.
Kita bisa menunjukkan keberanian tanpa harus mengangkat tangan untuk memukul.
Menjadi Hamba Allah yang Penuh Cinta Kasih
Seorang hamba Allah sejati bukanlah orang yang paling kuat di medan perang, tetapi orang yang paling besar hatinya dalam mencintai dan melindungi.
Kekuatan sejati bukanlah tentang siapa yang paling keras, siapa yang paling ditakuti, atau siapa yang paling sering menang dalam pertarungan.
Kekuatan sejati adalah ketika kita bisa tetap tersenyum ketika kesal dan berada di tengah amarah.
Kekuatan sejati adalah ketika kita bisa memilih cinta daripada kebencian.
Kekuatan sejati adalah ketika kita bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal yang merugikan orang lain atau menghancurkan orang lain, meskipun kita mampu.
Aku tidak perlu menjadi garang dan tak terkalahkan lagi.
Aku lebih memilih menjadi seseorang yang dapat mencintai, menyayangi, dan menjaga mereka yang aku kasihi.
Karena pada akhirnya, yang tersisa dari hidup ini bukanlah seberapa banyak pertempuran yang kita menangkan, tetapi seberapa banyak hati yang kita sentuh dengan kebaikan.
Dan untuk kalian yang masih berpikir bahwa dunia ini harus selalu dihadapi dengan keras dan penuh konflik, coba tanyakan pada diri sendiri: “Apa sebenarnya yang aku cari dalam hidup ini?”
Jika jawabannya adalah ketenangan, kebahagiaan, dan cinta kasih, maka mungkin saatnya kamu juga berhenti menjadi “jagoan” yang selalu siap berkelahi, dan mulai menjadi “jagoan” yang siap menyebarkan cinta dan kebaikan, serta menolong mereka yang lemah.
Karena itulah makna kekuatan sejati.