Jika Ada 1 Saja Alasan yang Bermanfaat, Mungkin Saya akan Menjelaskannya ke Anda (Tapi Gak Ada)

Kenapa Saya Tidak Perlu Menjelaskan Apa Pun ke Anda?

Tidak semua hal perlu dijelaskan, terutama kepada orang yang merasa pintar.
Kadang, diam adalah cara terbaik untuk menghemat energi.
Tidak ada untungnya (bagi saya) kalau anda percaya, dan malah lebih menyenangkan bagi saya jika anda tidak percaya.

Saya tidak suka berdebat, apalagi menjelaskan.
Terlebih lagi jika harus menjelaskan ke orang yang suka membantah dengan logika sekelas tikus.
Naudzubillah, lebih baik tidak.

Saya tidak suka orang menuruti saya, saya lebih suka ditentang, ditantang, dan tidak dipercaya.
Agar saya bisa melihat orang jatuh ke “suatu tempat yang tidak bagus” (usually called Hell), walau saya sudah melakukan apa yang diperintahkan Allah, yaitu “menyampaikan” kepada orangnya, hehehehehe.

Tugas kita adalah menyampaikan, sementara hasil akhirnya, berupa hidayah atau perubahan hati seseorang, sepenuhnya adalah keputusan manusia itu sendiri.

“…sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
(Q.S. Al-Maidah (5:67))


1. Pendahuluan: Tidak Perlu Menjelaskan

Dalam hidup, ada kalanya kita merasa tidak perlu menjelaskan apa pun, terutama kepada orang yang merasa lebih superior daripada kita.

“Jika ada 1 (satu) saja alasan yang bermanfaat, mungkin saya akan menjelaskannya ke Anda.
Tapi tidak ada”.

Karena itu, saya memilih diam, bukan karena tidak tahu, tapi karena tahu bahwa menjelaskan itu kepada anda tidak akan mengubah apa pun.

Anda percaya saya tidak rugi maupun untung, malah jika anda tidak percaya, saya akan dapat tontonan yang menarik untuk disaksikan (lebih menguntungkan jika dipandang dari sisi tertentu).


2. Mengapa Tidak Suka Menjelaskan?

2.1. Berdebat Itu Melelahkan

Berdebat, terutama dengan orang yang merasa pintar, sering kali hanya membuang waktu.

  • “Saya tidak suka berdebat, apalagi menjelaskan.”
  • Orang yang merasa pintar biasanya tidak mendengarkan, hanya menunggu giliran untuk bicara.

“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang keras kepala dalam perdebatan.”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna hingga ia meninggalkan dusta dalam bercanda dan meninggalkan debat walaupun benar
(HR. Ahmad)

Rasulullah SAW bersabda:
“Aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, meskipun ia berada di pihak yang benar.”
(HR. Tirmidzi, hasan)

2.2. Hasilnya Sudah Jelas

Dalam banyak kasus, hasil dari penjelasan sudah bisa diprediksi:

  • Mereka akan tetap berpikir bahwa mereka benar.
  • “Lebih baik tidak, daripada membuang energi tanpa hasil”.

3. Kenapa Saya Lebih Suka Ditentang?

3.1. Ditentang Itu Menyenangkan

Ditentang berarti ada tantangan, ada sesuatu yang menarik untuk diamati.

  • “Saya lebih suka ditentang, ditantang, dan tidak dipercaya.”
  • Ketika orang menentang, kita bisa melihat sejauh mana mereka akan bertindak atas keyakinannya.

They will eventually fall to their “rightful place”.

3.2. Pelajaran dari Kejatuhan

Kadang, pelajaran terbaik datang dari melihat orang jatuh ke dalam kesalahan mereka sendiri.

  • “Agar saya bisa melihat orang jatuh ke ‘suatu tempat yang tidak bagus’.”
  • Tidak ada kepuasan lebih besar daripada mengetahui bahwa kita sudah melakukan tugas kita, dan hasilnya adalah tanggung jawab mereka sendiri.

Ketika sudah kejadian, mereka akan komplain ke kita:
Kenapa tidak paksa aku...”
KEP: “…”

Kenapa kamu tidak mengingatkan?
KEP: “…”

Kenapa kamu manusia?
KEP: “…”

Kenapa mereka tidak protes sama Allah saja langsung, biar dapat:
Allah berfirman: “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat”.
(Q.S. Qāf 50: 24-26)


4. Menyampaikan Itu Cukup

Sebagai hamba Allah, tugas kita adalah menyampaikan, bukan memastikan orang lain setuju atau percaya.

4.1. Tugas yang Sederhana

Allah tidak meminta kita untuk mengubah hati manusia, hanya untuk menyampaikan pesan-Nya.

  • Saya sudah melakukan apa yang diperintahkan Allah, ‘menyampaikan’ kepada orangnya.”

4.2. Respons Bukan Tanggung Jawab Kita

Apa yang mereka lakukan setelah itu adalah urusan mereka dengan Allah.

  • Jika mereka tidak percaya, itu bukan urusan saya, melainkan pilihan hati dan hidup mereka sendiri

5. Pelajaran dari Sikap Diam

5.1. Diam Bukan Berarti Lemah

Diam sering kali lebih kuat daripada kata-kata, terutama ketika kita tahu bahwa bicara tidak akan mengubah apa pun.

  • “Diam adalah cara terbaik, ketika kita sudah menyampaikan tapi malah dibantah tanpa dasar yang jelas dan/atau sah”

5.2. Kebenaran Tidak Membutuhkan Pembelaan

Kebenaran akan selalu terbukti dengan sendirinya, tanpa perlu dijelaskan atau dipertahankan.

  • Ketika waktu berjalan, mereka yang menolak kebenaran akan melihat hasil dari tindakan mereka sendiri.

Kesimpulan: Tidak Semua Hal Perlu Dijelaskan (Terlalu Malas Menjelaskan)

Menjelaskan sesuatu kepada orang yang merasa tahu segalanya dan keras kepala berhati keras seperti batu adalah pekerjaan yang sia-sia.

“Kadang, lebih baik diam dan menyampaikan sesuai perintah Allah, lalu biarkan mereka belajar dari kejatuhan mereka sendiri.”

Kebenaran tidak butuh pembelaan, dan kita tidak butuh pengakuan dari orang lain.
Tugas kita hanyalah menyampaikan, lalu main lagi dengan tenang. (lol)

“Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS. Ar-Rahman: 13)

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top