Nabi Muhammad Tidak Pernah Kaya Walau Sering Bersedekah

Nabi Muhammad Tidak Pernah Kaya Walau Sering Bersedekah

Kalau dipikir-pikir, ada fenomena unik sekaligus ironis dalam kehidupan sebagian dari kita.
Banyak di antara kita berpikir, semakin rajin bersedekah, semakin kaya pula kehidupan kita.

Memang benar janji Allah bahwa sedekah tidak akan pernah mengurangi harta, bahkan balasannya bisa berlipat ganda.

Namun, apakah kekayaan harta secara langsung menjadi indikator keberhasilan seseorang dalam menjalankan perintah bersedekah?

Mari kita renungkan lebih dalam melalui teladan mulia Rasulullah Muhammad SAW.

Hidup yang Tidak Pernah Bergelimang Harta

Jujur saja, jika kita membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW dengan saksama, akan kita temukan bahwa kehidupan beliau sangat jauh dari kata berlimpah secara harta benda.
Bahkan, di beberapa kesempatan, Rasulullah sampai harus menahan lapar karena tidak ada makanan di rumahnya.

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata:
“Rasulullah ﷺ pernah keluar di waktu yang beliau biasanya tidak keluar, dan tidak ada orang yang menemuinya pada saat itu.
Lalu datanglah Abu Bakar, kemudian Umar, dan keduanya mengaku bahwa mereka keluar karena kelaparan.
Rasulullah ﷺ pun mengatakan, ‘Aku juga merasakan hal yang sama.'”
Riwayat: HR. Muslim no. 2038

Tidakkah ini membuat kita bertanya-tanya, kok bisa ya seorang utusan Allah menjalani hidup sedemikian sederhana, bahkan sering kali penuh kesulitan?

Bukankah kalau mengikuti logika umum kita, Nabi Muhammad—seorang kekasih Allah—seharusnya hidup dalam kemewahan?

Bukankah beliau adalah manusia pilihan yang tentu saja sangat pantas mendapat berbagai macam fasilitas duniawi?

Tapi kenyataannya tidak demikian, dan justru dalam kesederhanaan beliau inilah terdapat hikmah luar biasa bagi kita semua.

Sedekah Nabi Muhammad: Tidak Pernah Hitung-hitungan

Meski hidupnya tidak bergelimang kekayaan, Rasulullah Muhammad terkenal dengan kemurahan hati dan jiwa dermawannya yang amat luar biasa.

Dalam banyak riwayat hadis dijelaskan bagaimana beliau selalu bersemangat membantu siapa saja yang membutuhkan, bahkan jika beliau sendiri tengah dalam keadaan kekurangan.

Salah satu contoh terkenal adalah sikap Rasulullah saat menerima rezeki atau hadiah.
Beliau tidak pernah menunda-nunda untuk segera memberikan atau membagi rezeki tersebut kepada orang lain, terutama mereka yang fakir dan miskin.
Rasulullah memahami sepenuhnya bahwa sedekah adalah hak mereka yang membutuhkan, bukan semata-mata kelebihan atau pemberian “opsional” belaka.

Dari Abu Dzar r.a., ia berkata:
“Aku berjalan bersama Nabi ﷺ di daerah berbatu di Madinah, lalu beliau bersabda: ‘Wahai Abu Dzar!’
Aku menjawab, ‘Aku di sini, ya Rasulullah.’
Beliau lalu bersabda, ‘Aku tidak ingin memiliki emas sebesar Gunung Uhud yang tersisa di sisiku lebih dari tiga hari, kecuali yang aku siapkan untuk membayar utang.
Aku lebih suka membagikan semuanya kepada hamba-hamba Allah seperti ini, seperti ini, dan seperti ini (beliau memberi isyarat dengan tangannya ke kanan dan ke kiri).'”
Riwayat: HR. Bukhari no. 6444, Muslim no. 991

Bahkan diceritakan, ada masa-masa sulit ketika beliau dan keluarganya harus rela menahan lapar selama beberapa hari.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kadang dapur di rumah Rasulullah tidak berasap (tidak memasak apa pun) selama tiga hari berturut-turut karena memang tidak ada yang bisa dimakan selain kurma dan air putih.

Dari Aisyah r.a., ia berkata:
“Keluarga Muhammad ﷺ tidak pernah merasa kenyang dengan roti gandum selama dua hari berturut-turut sampai beliau wafat.”
Riwayat: HR. Bukhari no. 5416, Muslim no. 2970

Sungguh sebuah pemandangan yang kontras dengan apa yang sering kita harapkan dalam konsep kekayaan atau sukses secara material.

Hikmah Hidup Sederhana Rasulullah

Lantas, apa sebenarnya hikmah dari kehidupan sederhana Rasulullah ini?
Apa pesan penting yang hendak disampaikan Allah melalui gaya hidup kekasih-Nya ini?

Pertama, bahwa kekayaan hakiki tidak diukur dari banyak sedikitnya harta benda yang kita miliki.
Nabi Muhammad menjadi contoh nyata bahwa kekayaan sejati adalah kekayaan hati, yaitu berupa keimanan, ketenangan, kedamaian, dan kebersihan jiwa yang jauh dari kerakusan duniawi.

Kedua, bahwa ukuran cinta dan ridha Allah tidak bisa disamakan dengan kelapangan rezeki materi yang kita terima.
Banyak orang yang diberi kelapangan rezeki tapi tidak diberi ketenangan jiwa, sementara Rasulullah—meski secara materi tidak berlebih—selalu memiliki ketenangan dan kebahagiaan batin yang tak terukur nilainya.

Dan yang ketiga, kehidupan sederhana Rasulullah juga menjadi teladan bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada hal-hal duniawi yang fana.
Rasulullah mencontohkan hidup yang penuh makna, penuh nilai, penuh cinta, dan penuh kasih sayang kepada sesama makhluk Allah, bukan hidup yang mengejar benda dan kenikmatan sesaat.

Kaya Hati dan Kaya di Mata Allah

Ada kisah menarik ketika Umar bin Khattab suatu hari datang menemui Rasulullah di rumah beliau.
Umar menyaksikan betapa sederhananya kehidupan Nabi. Ketika Umar melihat alas tidur Nabi yang keras hingga membekas di punggung beliau, Umar pun meneteskan air mata sambil berkata, “Ya Rasulullah, pemimpin Persia dan Romawi hidup dalam kemewahan dan kenyamanan, sementara engkau adalah kekasih Allah justru hidup seperti ini?

Dengan tenang Rasulullah menjawab, “Wahai Umar, apakah engkau tidak rela jika bagi mereka dunia, sedangkan bagi kita akhirat?

Jawaban ini sungguh menyejukkan sekaligus menyentak jiwa kita yang sering kali terjebak dalam ukuran materi.
Rasulullah mengajarkan kita untuk melihat kehidupan dengan pandangan yang lebih luas: akhirat-lah tujuan utama kita.

Dari Umar bin Khattab r.a., ia berkata:
Aku masuk ke rumah Nabi ﷺ dan melihat beliau tidur di atas tikar kasar, dan aku melihat tikar itu meninggalkan bekas di tubuhnya.
Aku pun menangis.
Rasulullah bertanya, ‘Apa yang membuatmu menangis?’
Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, Kaisar Persia dan Romawi hidup dalam kemewahan, sementara engkau seperti ini?’
Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Tidakkah engkau ridha jika bagi mereka dunia dan bagi kita akhirat?'”
Riwayat: HR. Bukhari no. 4913, Muslim no. 1479

Miskin Tapi Bahagia, Apa Bisa?

Pertanyaan ini sering muncul ketika kita mendengar cerita tentang kesederhanaan Nabi Muhammad.
Bisakah kita bahagia meski hidup tidak bergelimang harta seperti kebanyakan orang impikan?

Jawabannya tentu saja bisa.
Rasulullah Muhammad menjadi contoh bahwa kebahagiaan itu sebenarnya datang dari dalam, bukan dari benda-benda yang kita kumpulkan di rumah.
Jika kebahagiaan tergantung pada seberapa banyak harta yang dimiliki, maka tentu Nabi Muhammad akan menjadi orang yang paling tidak bahagia.
Nyatanya tidak demikian.
Beliau adalah manusia paling bahagia, paling sabar, paling tenang, dan paling penuh cinta.

Mengukur Kualitas Diri, Bukan dari Materi

Maka, pelajaran penting yang dapat kita ambil dari kehidupan Rasulullah adalah bahwa kualitas diri manusia bukanlah diukur dari banyak atau sedikitnya harta benda, melainkan dari kebersihan hati, ketulusan niat, amal baik yang dilakukan, serta manfaat yang diberikan kepada sesama.

Kekayaan hati inilah yang pada akhirnya membuat manusia menjadi mulia di sisi Allah. Rasulullah memang tidak pernah kaya secara materi, namun tidak ada manusia di muka bumi ini yang lebih kaya hati, lebih dermawan, lebih murah senyum, dan lebih tulus dalam memberikan manfaat kepada sesama selain beliau.

Penutup: Meneladani Rasulullah dalam Kesederhanaan

Mari kita renungkan kembali gaya hidup Rasulullah SAW.
Beliau mengajarkan bahwa kekayaan sejati bukan tentang angka di rekening, bukan tentang kendaraan mewah, bukan pula tentang rumah megah.

Kekayaan sejati adalah bagaimana kita mampu membagi kebahagiaan, menjadi manfaat bagi orang banyak, dan selalu ridha terhadap apa yang diberikan Allah kepada kita.

Mungkin kita tidak bisa sesederhana Rasulullah, namun setidaknya, kita bisa mengambil semangat dan pelajaran dari kehidupan beliau bahwa kebahagiaan sesungguhnya ada pada rasa syukur, kesederhanaan, ketulusan, dan kebaikan hati.

Semoga kita menjadi insan yang kaya hati sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW, dan semoga kita dimampukan untuk meneladani kehidupan beliau yang sederhana namun penuh kebahagiaan dan keberkahan.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah ﷺ bersabda:
Sedekah tidak akan mengurangi harta.”
Riwayat: HR. Muslim no. 2588

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top