Mengapa Warga Negara Indonesia (WNI) berkualitas dunia lebih memilih bekerja dan mengabdi di luar negeri?
Artikel ini membahas penyebab dan dampaknya bagi Indonesia.
Pendahuluan
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa.
Jika 30% dari populasi ini berkualitas di atas rata-rata, Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menjadi negara maju.
Lebih menarik lagi, jika 10% dari populasi ini memiliki kualitas dunia, Indonesia seharusnya bisa bersaing di panggung global.
Namun, realitasnya berbeda.
Banyak WNI berbakat justru memilih untuk meninggalkan tanah air dan mengabdikan kemampuan mereka untuk negara lain.
Fenomena ini tidak hanya merugikan Indonesia secara ekonomi, tetapi juga melemahkan kemampuan negara untuk berkembang secara kompetitif di era global.
Artikel ini akan mengulas mengapa negara-negara seperti Singapura, Amerika, hingga Uni Eropa rutin “mencuri” talenta terbaik Indonesia, serta apa yang bisa dilakukan untuk membalikkan keadaan ini.
Fakta Pencurian Talenta Indonesia
1. Negara yang Rutin Mencuri Talenta Indonesia
Beberapa negara dikenal aktif merekrut talenta Indonesia karena kualitas pendidikan dan keterampilan WNI di bidang tertentu.
Berikut adalah daftar negara yang sering menjadi tujuan utama:
- Singapura:
Dengan jarak geografis yang dekat dan standar gaji tinggi, negara ini menarik banyak profesional Indonesia, terutama di bidang teknologi, kesehatan, dan pendidikan. - Australia:
Banyak pelajar Indonesia yang melanjutkan studi di Australia memilih untuk tinggal dan bekerja di sana karena peluang karier yang lebih baik. - Amerika Serikat (USA):
Negara ini dikenal sebagai magnet bagi para ilmuwan, peneliti, dan profesional teknologi dari Indonesia. - Inggris:
Menawarkan lingkungan kerja yang inklusif dan kesempatan karier global. - Belanda:
Memiliki hubungan historis dengan Indonesia dan menarik banyak profesional di bidang seni, desain, dan penelitian. - Uni Eropa:
Dengan standar kehidupan tinggi dan peluang kerja luas, banyak WNI yang tergoda untuk berkarier di berbagai negara Eropa. - Jepang:
Fokus pada profesional di bidang teknologi, teknik, dan kesehatan, Jepang menjadi destinasi utama bagi talenta Indonesia.
2. Mengapa WNI Berkualitas Dunia Memilih Pergi?
Gaji dan Standar Hidup
Negara-negara seperti Singapura dan Amerika menawarkan gaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Selain itu, standar kehidupan yang lebih baik, seperti akses ke pendidikan, kesehatan, dan keamanan, menjadi daya tarik utama.
Kurangnya Pengakuan di Dalam Negeri
“Orang yang jujur dan berkualitas tinggi sering ditindas di Indonesia.”
Ini bukan sekadar keluhan, tetapi realitas yang dialami banyak profesional Indonesia.
Sistem kerja di Indonesia sering kali tidak memberikan penghargaan yang pantas bagi individu yang kompeten, terutama jika mereka terlalu jujur atau independen.
Lingkungan Kerja yang Tidak Kondusif
Budaya nepotisme, korupsi, dan birokrasi yang berbelit-belit membuat banyak profesional merasa frustrasi dan tidak dihargai.
Peluang Karier yang Terbatas
Indonesia belum mampu menyediakan peluang karier yang sepadan untuk individu berkualitas tinggi.
Banyak dari mereka merasa bahwa potensi mereka lebih dihargai di luar negeri.
Dampak Pencurian Talenta bagi Indonesia
- Kerugian Ekonomi
Indonesia kehilangan kontribusi ekonomi dari talenta berkualitas tinggi yang bekerja di luar negeri.
Mereka menghasilkan pendapatan besar untuk negara lain, bukan untuk Indonesia. - Kemunduran Inovasi
Dengan minimnya ilmuwan, peneliti, dan profesional teknologi yang tinggal di Indonesia, negara ini mengalami stagnasi dalam inovasi dan pengembangan teknologi. - Krisis Kepercayaan
Fenomena ini mencerminkan kurangnya kepercayaan talenta terbaik Indonesia terhadap sistem dalam negeri, yang akhirnya memperburuk citra Indonesia di mata dunia.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Fenomena Ini?
1. Reformasi Sistem Penggajian
- Tingkatkan standar gaji untuk profesi tertentu agar setara dengan negara lain.
- Berikan insentif tambahan untuk menarik dan mempertahankan talenta berkualitas.
2. Ciptakan Lingkungan Kerja yang Kondusif
- Kurangi praktik nepotisme dan korupsi dalam dunia kerja.
- Ciptakan sistem meritokrasi di mana penghargaan diberikan berdasarkan kemampuan dan prestasi.
3. Fasilitasi Kebutuhan Talenta Berkualitas
- Sediakan akses yang lebih baik untuk pengembangan profesional, seperti pelatihan, beasiswa, dan riset.
- Bangun infrastruktur yang mendukung inovasi dan penelitian.
4. Hargai dan Lindungi Kejujuran
- Berikan perlindungan kepada individu yang berani melaporkan pelanggaran.
- Jadikan kejujuran sebagai nilai inti dalam dunia kerja.
5. Program Kepulangan Talenta
- Indonesia bisa mencontoh program “reverse brain drain” dari negara lain untuk menarik kembali profesional yang bekerja di luar negeri.
- Berikan mereka insentif untuk kembali dan berkontribusi bagi tanah air.
Kesimpulan: Banyak WNI Terbaik Lebih Dihargai di Negara Lain
Fenomena pencurian talenta Indonesia oleh negara lain adalah masalah serius yang harus segera diatasi.
Jika Indonesia ingin menjadi negara maju, maka penghargaan terhadap individu berkualitas harus menjadi prioritas utama.
“WNI yang berkualitas dunia, kadang dan sering tergoda untuk mengabdi pada pihak luar negeri dibanding mengabdi pada Indonesia yang kurang menghargai kualitas individu.“
Pernyataan ini adalah refleksi dari realitas yang dihadapi banyak profesional Indonesia.
Namun, ini juga bisa menjadi panggilan untuk perubahan.
Kita harus mulai dengan menciptakan lingkungan di mana setiap individu berbakat merasa dihargai, didukung, dan memiliki alasan kuat untuk tetap mengabdi kepada tanah air.
Hanya dengan cara ini, Indonesia dapat mencegah kehilangan talenta terbaiknya dan menjadi negara besar yang sebenarnya.
Fakta dari KEP NKRI One
Kalau anda jujur 100% dan saklek sama peraturan 100% lalu memilih hanya bekerja di Indonesia, ada kemungkinan besar anda tidak akan pernah menyentuh batas minimal untuk disebut kaya.
Minimal anda melakukan bisnis sama dollar (orang luar negeri) kalaupun anda tidak mau (belum mau) meninggalkan NKRI, karena jika hanya mengandalkan “mengais rupiah” akan susah (lebih kurangnya seperti itu).
Sebagian besar orang kaya yang kamu lihat di Indonesia, banyak yang melakukan kegiatan yang “ilegal” dan/atau berada di “grey area” untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaannya.
KEP: “Hmm, kita boleh nggak ya melakukan sesuatu yang diharamkan Allah agar bisa kaya (di dunia)?”
Q: “(He’s gone nuts), Grey Area masih boleh, tapi yang ilegal sebaiknya jangan”
B: “Dalam keadaan terdesak, keadaan kahar, dan/atau keadaan terpaksa (dengan alasan yang dapat dibenarkan) bisa saja sih, selama tidak ilegal banget.”
Cara untuk “Out dari Mediocrity”:
Dalam mediocrity, gerakan Anda sangat terbatas karena Anda cenderung memilih jalan yang paling sedikit resistensinya, menghindari tantangan dan peluang yang sebenarnya bisa membawa Anda ke tingkat yang lebih tinggi.
Meskipun mediocrity menawarkan keamanan dan kenyamanan, itu juga bisa menjadi penjara yang menahan Anda dari mencapai potensi penuh Anda.
Melangkah keluar dari mediocrity membutuhkan keberanian untuk menghadapi ketidakpastian, kegagalan, dan tantangan, tetapi hasilnya bisa sangat memuaskan.