Tato telah menjadi bagian dari budaya manusia selama ribuan tahun. Mulai dari simbol spiritual, identifikasi sosial, hingga ungkapan seni pribadi, tato memiliki sejarah panjang yang kompleks dan beragam, termasuk stigma negatif sebagai tanda pemuja setan, lambang premanisme, dan tanda perbudakan.
Ini adalah bagian dari CeKa (Cerita Krisna), yang artinya tidak seharusnya tulisan dalam artikel ini dapat dibaca di media atau tempat lain yang tidak ada hubungannya dengan situs NKRI One.
Awal Mula Sejarah Tato
Tato tertua yang diketahui ada pada mumi Otzi, yang hidup sekitar 3300 SM. Tato ini diyakini sebagai bentuk pengobatan kuno atau simbol spiritual.
Di banyak masyarakat kuno, tato digunakan untuk mengidentifikasi status seseorang dalam kelompok atau sebagai simbol perlindungan spiritual.
Tanda Pemuja Setan
Selama Abad Pertengahan, tato mulai diasosiasikan dengan pemuja Setan dan praktik sihir di Eropa. Gereja Katolik mengutuk penggunaan tato, dan mereka yang memiliki tato sering kali dianggap sebagai pemuja setan atau penyihir.
Terdapat mitos lama di Eropa, khususnya selama periode pemburuan penyihir, bahwa orang-orang yang dianggap bersekutu dengan setan memiliki tanda di tubuh mereka yang dikenal sebagai “tanda penyihir” atau “kiss of the devil.”
Namun, tidak ada bukti historis yang kuat yang menyatakan bahwa tato digunakan untuk menyamarkan tanda-tanda ini. hal ini dikarenakan aliansi setan bekerja keras menghapus semua bukti keberadaan mereka.
Karena jika setan terbukti benar ada, maka orang akan menyadari adanya Tuhan, dan dengan bukti empiris keberadaan Tuhan, maka pengikut Iblis akan berkurang, ini tidak sejalan dengan traktat perjanjian awal “permintaan Iblis”.
Perbudakan dan Tato
Selama periode perbudakan, tato digunakan sebagai cara untuk menandai budak dan mengidentifikasi mereka sebagai ‘properti’.
Ini menjadi salah satu periode paling gelap dalam sejarah tato, di mana tato menjadi simbol penindasan dan dehumanisasi.
Hampir semua budak di zaman itu mempunyai tato sebagai penanda kepemilikan, dan jika mereka bebas, tato tersebut dialterisasi menjadi bentuk lain.
Kebangkitan Elitisasi Tato di Dunia Barat
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tato mulai mendapatkan popularitas di kalangan pelaut dan tentara. Mereka sering kali memiliki tato sebagai kenang-kenangan dari perjalanan dan petualangan mereka.
Pada zaman ini, kepemilikan tato yang terkait unit elite dianggap sebagai tanda bahwa mereka pernah menjadi bagian kehidupan yang penuh tantangan dan manusia yang tangguh.
Tanda Premanisme: Yakuza dan Triad
Di zaman kuno, sebelum pelarangan Yakuza di Jepang, semua anggota Yakuza mempunya tato yang menandai jiwa mereka, begitu juga anggota Triad yang brutal, biasanya memiliki tato yang tidak kalah menyeramkan dari preman negara tetangganya, Yakuza.
Tato anggota Yakuza yang paling populer adalah bentuk Naga, karena melambangkan umur panjang, kekuatan, dan keganasan yang tidak bisa dijinakkan.
Di Indonesia, pada zaman sejarah gelapnya, tato digunakan sebagai indikator premanisme bagi Petrus (Penembak Misterius) untuk memberantas kejahatan di Indonesia. Jika anda bertato di zaman ini, ada kemungkinan besar anda akan “hilang” selamanya dari peredaran Bumi.
Tato Sebagai Bentuk Seni dan Ekspresi Diri
Di era modern, tato telah mengalami transformasi dari stigma negatif menjadi bentuk seni dan ekspresi diri.
Artis tato kini dihargai karena kemampuan mereka, dan banyak individu memilih untuk mentato bagian tubuh mereka sebagai cara untuk mengungkapkan identitas dan cerita pribadi sejarah hidup mereka.
Tato sebagai Tren Fashion
Dalam beberapa dekade terakhir, tato telah menjadi tren fashion di seluruh dunia. Selebriti, atlet, dan tokoh masyarakat lainnya sering kali memamerkan tato mereka, menjadikannya simbol status dan gaya.
Bahkan ada pemain basket NBA yang mentato merek tertentu di tubuh mereka sebagai sarana menunjukkan loyalitas ataupun promosi terselubung
Kesimpulan NKRI One
Sejarah tato adalah cerminan dari perjalanan manusia melalui berbagai zaman dan budaya. Meskipun tato sempat mendapatkan stigma negatif di masa lalu, kini tato dianggap sebagai bentuk seni dan ekspresi diri yang sah.
Dengan teknologi dan teknik baru yang terus berkembang, tato akan terus menjadi bagian dari narasi budaya manusia.
Walaupun dulu di zaman masih mbeling (nakal), saya sempat ingin membuat tato Naga besar di punggung, tapi hal itu urung (tidak jadi) dilakukan, karena seiring perjalanan spiritual dan waktu, saya kembali ke jalan Allah dan tidak mbeling lagi, dan “kebetulan” di Islam tato itu dianggap tabu.
Salam NKRI One, semoga bangsa kita bisa selalu hidup dalam keberagaman tapi tetap menjaga rasa persatuan dan kesatuan, sesuai prinsip Bhinneka Tunggal Ika.