Tidak Ada Manusia yang Suka Kita: Membangun Mindset yang Bebas dari Ekspektasi
Pernahkah kamu merasa tidak ada satu pun orang di dunia ini yang benar-benar suka kepadamu? Mereka mungkin menganggapmu aneh, tidak menarik, atau bahkan menganggapmu bukan siapa-siapa.
Hal ini bukan sekadar asumsi, tetapi cara berpikir atau mindset yang telah terbentuk dari pengalaman hidup, interaksi sosial, atau ketidaknyamanan diri kita sendiri di tengah masyarakat, hidup di tengah manusia, di mana manusia yang loyal (setia) itu amat sangat jarang dan super langka.
Mindset: Tidak Ada Manusia yang Suka Kita
Mindset ini, yang pada awalnya mungkin terasa negatif, bisa dijadikan kekuatan besar. Ketika kita meyakini bahwa tidak ada satu pun yang benar-benar peduli dan/atau menyukai kita, kita memperoleh kemerdekaan dari ekspektasi dan norma sosial.
Hal ini membebaskan kita dari tekanan untuk selalu harus menyenangkan orang lain atau memenuhi standar-standar yang diciptakan oleh masyarakat.
Bayangkan bagaimana dunia ini akan terasa jika kamu bisa hidup tanpa harus khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentang dirimu.
Kamu tidak lagi dipengaruhi oleh pandangan mereka tentang caramu berpakaian, cara berbicara, atau bahkan caramu menjalani hidup.
Kamu bisa bebas menjadi dirimu sendiri—tanpa kompromi.
Mengatasi Persepsi Aneh dan Ketiadaan Daya Tarik
Ada banyak orang yang merasa bahwa mereka dianggap aneh oleh orang lain.
Mungkin mereka memiliki kepribadian yang berbeda atau tidak sesuai dengan harapan sosial yang biasa.
Namun, anggaplah keanehan ini sebagai sesuatu yang unik. Keanehan bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan atau ditolak, melainkan sesuatu yang bisa dijadikan sebagai aset berharga.
Tidak menarik?
Ingat bahwa daya tarik itu sangat subjektif.
Apa yang dianggap menarik oleh satu orang bisa sangat berbeda dari orang lain.
Dengan melepaskan diri dari persepsi orang lain tentang “daya tarik”, kamu bisa lebih fokus pada apa yang benar-benar penting bagimu.
Menjadi Diri Sendiri Tanpa Kompromi
Di dunia yang penuh tekanan untuk selalu “terlihat baik” di mata orang lain, membangun mindset bahwa “tidak ada yang suka kita” bisa menjadi sebuah pembebasan emosional.
Artinya, kamu tidak perlu lagi berpura-pura menjadi orang lain hanya untuk mendapatkan persetujuan.
Kamu tidak perlu mengikuti tren hanya untuk diterima dalam lingkaran sosial yang mungkin tidak sejalan dengan siapa dirimu yang sebenarnya.
Mindset ini juga mengajarkan kita untuk menghargai diri sendiri, terlepas dari apa yang orang lain pikirkan.
Jika tidak ada yang menyukai kita, itu tidak masalah karena yang paling penting adalah menerima dan mencintai diri sendiri.
Ketika kita melepaskan diri dari kebutuhan untuk dicintai atau diterima oleh orang lain, kita bisa menemukan kedamaian batin yang luar biasa.
Perasaan dan Pandangan Orang Lain Bukanlah Prioritas
Dengan mindset ini, kita bisa mulai memprioritaskan kesejahteraan mental dan spiritualitas kita sendiri.
Mengapa harus selalu mengorbankan perasaan dan kebahagiaan kita hanya demi mendapatkan validasi eksternal?
Kita tidak harus selalu menyenangkan orang lain atau berusaha mati-matian agar mereka suka kepada kita.
Terkadang, orang lain tidak suka kepada kita karena prasangka atau ketidaktahuan, bukan karena kesalahan yang ada pada diri kita.
Sebuah Contoh dari Mindset yang Bebas
Orang-orang yang mempraktikkan mindset ini mungkin terlihat seperti tidak peduli atau bahkan terpisah dari dunia sosial di sekitar mereka.
Namun, pada kenyataannya, mereka hanya memutuskan untuk mengalihkan fokus dari penilaian orang lain dan mulai memperhatikan tujuan hidup mereka sendiri.
Orang-orang seperti ini sering kali lebih tangguh secara emosional,
lebih bahagia dengan hidup mereka, dan memiliki kebebasan untuk mengejar apa yang mereka inginkan tanpa rasa takut dihakimi oleh orang lain.
Mengapa Orang Lain Tidak Menjadi Faktor Penentu
Dalam konteks spiritualitas dan agama, ada juga filosofi yang mendukung pandangan ini.
Dalam Islam, misalnya, yang terpenting adalah hubungan kita dengan Allah, bukan dengan manusia.
Ridha Allah jauh lebih penting daripada mencari ridha manusia, yang sering kali berubah-ubah dan penuh ketidaksempurnaan.
Jika kita terus mengejar pengakuan dari manusia, kita tidak akan pernah benar-benar puas karena ekspektasi manusia sering kali tidak stabil dan penuh dengan bias.
Sebaliknya, jika kita fokus pada kebaikan, kebenaran, dan hubungan yang kuat dengan Allah, maka kita tidak perlu lagi mengkhawatirkan apakah orang lain menyukai kita atau tidak.
Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan,
“Barangsiapa mencari keridhaan Allah dengan resiko mendapatkan kemarahan manusia, maka Allah akan cukupkan dia dari manusia”
(HR Tirmidzi).
Ini mengingatkan kita bahwa ridha manusia bukanlah tujuan utama, dan kita seharusnya tidak membiarkan pandangan orang lain mengarahkan hidup kita.
Kesimpulan: Tidak Ada Manusia yang Suka Kita
Memiliki mindset bahwa “tidak ada manusia yang suka kita” bukanlah hal yang buruk jika kita bisa menggunakannya untuk menguatkan diri.
Ini adalah kebebasan dari ekspektasi sosial yang sering kali mengikat kita pada standar yang tidak masuk akal.
Dengan merangkul mindset ini, kita bisa lebih fokus pada diri sendiri, melakukan apa yang membuat kita bahagia, dan hidup dengan cara yang otentik.
Ingat, yang terpenting bukanlah bagaimana orang lain melihat kita, tetapi bagaimana kita melihat diri kita sendiri.
Jika kita tidak terjebak dalam pencarian pengakuan eksternal, kita bisa hidup dengan lebih damai dan puas.
Tidak ada yang suka kita?
Tidak masalah, karena dalam hati kita tahu bahwa kita memang mau menjalani hidup ini dengan penuh kebebasan, integritas (sekedarnya), dan kejujuran pada diri sendiri.