What Happened? Did You Go Crazy or Something?
I can love you, but you shouldn’t love me.
This isn’t about arrogance or avoidance.
It’s about knowing the purity of love and how fragile it becomes when tangled with expectations.
I can differentiate the purity, while I am sure as hell the other humans mostly can’t.
Most humans can’t differentiate this, and that is why love often turns into deep-rooted hatred when it isn’t reciprocated.
Saya sudah banyak menyaksikan dan/atau merasakan dimana perasaan sayang, peduli, dan/atau cinta berubah jadi kebencian yang mengakar dalam di hati seseorang, ketika tidak ada balasan yang “setimpal” dari orang yang mereka cintai.
Mencintai Karena Allah: Bentuk Cinta yang Paling Murni
Karena Allah mengajari saya untuk mencintai makhluk-makhluknya, saya belajar chapter “mencintai karena Allah”, which is the most pure kind of love (Jenis Cinta yang Paling Murni).
Yang intinya anda bisa mencintai seseorang tanpa mengharapkan apapun, termasuk “cintai aku juga” (love back).
Ini hanya tentang memberikan cinta karena Allah, baik kepada manusia, hewan, bahkan makhluk seperti jin dan setan yang telah bertaubat.
Contoh Cinta Murni dalam Kehidupan Sehari-hari
Memberi Makan Kucing
Apakah kita berharap kucing itu akan membawa makanan untuk kita esok hari sebagai balasan?
Tentu saja tidak.
Dan jika pun dia membawa sesuatu, aku mungkin akan menolak, tanpa bermaksud tidak sopan.
Namun, apa yang terjadi?
Kucing itu duduk di depan pintu kita, menjaga ruang kita, meskipun dia tidak diizinkan masuk.
Mencintai Anak
Apa kita berharap anak kita akan membelikan mainan, pampers, dan/atau kinder joy?
Tidak, saya senang melihatnya senang, dan Alhamdulillah itu cukup.
Apakah kita membesarkan dan memanjakan anak dengan harapan mereka akan membalas dengan mainan, popok, atau permen?
Tidak.
Melihat kebahagiaan mereka sudah cukup.
Menyaksikan senyum ceria mereka membuat segalanya terasa berharga.
Memberikan Baju Lama
Oh My God, kadang lihatnya masih aneh sih kalau melihat baju kesayanganku dulu dipakai orang lain.
Hahahahaha.
Kita nggak mengharapkan apa-apa saat berbuat kebaikan (kecuali mungkin senyum), tapi most of the time, mereka membalas kebaikan yang sama atau lebih baik saat mereka mampu.
Cinta Tanpa Ekspektasi: Kok Dibalas?
Kebaikan dan cinta sejati menyebar ke luar, bahkan ketika kita tidak bermaksud melakukannya.
- Kucing yang kita beri makan mungkin tidak membawa makanan, tetapi ia memberikan rasa nyaman.
Ia duduk dengan setia, menjaga dengan caranya sendiri.
Dia bisa memburu tikus, cicak, kecoa, kelabang, dan/atau bahkan musang, - Anak yang kita cintai akan menyayangi kita kalau kita baik, sayang, dan manjain mereka.
Perpaduan disiplin dan kasih sayang (90% kasih sayang, 10% disiplin) menciptakan ikatan yang lebih kuat dari antara orang tua dan anak. - Saat mereka mampu, orang yang dulu kita tolong, akan senyum melihat kita, dan mungkin akan memberi anak dan/atau keturunan kita (lanjutan) dengan kebaikan yang (menurut saya) lebih dari apa yang kita beri.
Saya suka melihat senyum orang yang baik.
Dan itu lebih baik daripada kue basi yang hampir aku makan kemarin siang.
Melihat seseorang tersenyum, mengetahui bahwa kita membuat hidup mereka sedikit lebih mudah, lebih berharga daripada apa pun yang bersifat materi.
“Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya.”
(Q.S. Al-Furqan:57)
Kenapa Aku Memilih untuk Mencintai, Bukan Dicintai
Untuk menjaga hati kita dari manipulasi dan/atau tipuan setan, saya lebih suka mencintai daripada dicintai.
Karena saya bebas mencintai karena Allah, tapi orang lain belum tentu bisa mencintai kita tanpa mengharapkan apapun.
And that is crazy.
- Ketika aku mencintai seseorang tanpa mengharapkan apa pun, aku aman dari manipulasi.
- Ketika orang lain “mencintai” kita, sering kali cinta itu disertai dengan keinginan, ekspektasi, dan syarat-syarat tertentu.
Itulah jebakan yang aku hindari.
Mereka yang pura-pura menyayangi dan/atau mencintai kita biasanya akan berakhir menjadi salah satu manusia yang paling membenci kita di dunia ini, ketika kita memenuhi ekspektasi mereka.
Sifat Manusia vs Cinta Sejati
Sebagian besar manusia tidak mampu mencintai tanpa mengharapkan sesuatu sebagai balasan. “Cinta” mereka sering kali berubah menjadi:
- Kondisional:
“Aku memberi ini, kamu harus membalas itu.” - Posesif:
“Aku mencintaimu, jadi kamu milikku.” - Rapuh (Mudah Berubah):
“Kamu tidak mencintaiku sebagaimana aku mencintaimu, jadi sekarang aku membencimu.”
Ketika aku mencintai seseorang karena Allah, itu membebaskanku dari kekacauan tersebut di atas.
(Q: “Posesifnya tetap kayaknya, lol“)
Aku tidak peduli jika kebaikanku diabaikan, cintaku tidak dibalas, atau usahaku tidak dihargai. Karena aku tidak pernah mengharapkan apa pun sejak awal, kecuali ridha Allah.
KEP: “Nggak mungkin kan kita bilang ke kucing, ‘Cing kamu kan hari ini aku kasih ikan, besok bawain aku gantian ya…”
B: “That’s a crazy analogy, for real. Among the available servants of God, you’re one of the craziest—if not the craziest one.“
Kesimpulan: Mencintai Karena Allah itu Tidak Mengharapkan Apapun
Q: “Then what about their body and soul? Our favourite meal?“
KEP: “No, nothing is nothing, we shouldn’t expect anything“
Mencintai karena Allah itu tidak mengharapkan apapun.
Cinta yang tulus dan murni yang didasari oleh Allah adalah cinta yang bebas dari syarat dan pamrih.
Bukan tentang apa yang bisa kita dapatkan, tetapi tentang apa yang bisa kita berikan.
Cinta ini hadir tanpa tuntutan balasan, tanpa keinginan untuk dihargai, karena tujuan utamanya adalah untuk menuruti perintah Allah, bukan kepada makhluk.
Dasar Hukum Kenapa Aku Harus Mencintai Karena Allah:
Surah At-Taubah (9:71):
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim: Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga perkara yang jika terdapat dalam diri seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman:
(1) Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segalanya;
(2) Dia mencintai seseorang hanya karena Allah; dan
(3) Dia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits Riwayat Muslim: Rasulullah SAW bersabda:
“Pada hari kiamat, Allah akan berfirman, ‘
Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku?
Pada hari ini, Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku, yang pada hari itu tidak ada naungan selain naungan-Ku.'”
(HR. Muslim)
Hadits Riwayat Tirmidzi: Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan karena Allah, maka sempurnalah imannya.”
(HR. Tirmidzi)
Keutamaan Mencintai Karena Allah
- Mendapatkan Ridha Allah:
- Allah mencintai hamba-Nya yang mencintai sesama karena-Nya.
Cinta ini menjadi seperti ibadah yang lebih mendekatkan kita kepada Allah.
- Allah mencintai hamba-Nya yang mencintai sesama karena-Nya.
- Dinaungi di Hari Kiamat:
- Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat, ketika tidak ada naungan lain yang tersedia.
- Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat, ketika tidak ada naungan lain yang tersedia.
- Meningkatkan Keimanan:
- Mencintai karena Allah mendorong seseorang untuk saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran, sehingga kedua pihak menjadi lebih dekat kepada Allah.
- Mencintai karena Allah mendorong seseorang untuk saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran, sehingga kedua pihak menjadi lebih dekat kepada Allah.
- Kedamaian dan Keberkahan:
- Hubungan yang didasari cinta karena Allah akan penuh dengan kedamaian, keberkahan, dan keikhlasan.
Tidak ada iri hati dengki, dan/atau kebencian yang merusaknya.
- Hubungan yang didasari cinta karena Allah akan penuh dengan kedamaian, keberkahan, dan keikhlasan.