Berawal dari pertanyaan Istri mengenai orang yang kelihatannya taat beragama yang tinggal di dekat rumah, menimbulkan pertanyaan menggelitik di batin saya, “Apakah hamba Allah ditakdirkan miskin?”, karena pada kenyataan yang saya lihat di sekitar saya, banyak sekali orang yang kenceng (saklek) agamanya, biasanya tidak termasuk dalam kategori yang bisa dibilang kaya.
Jika melihat keadaan orang disekeliling kita, memang para hamba Allah itu tidak pernah mengejar materi apalagi menjadi hamba uang.
Hal itu menyebabkan kurangnya ambisi dan/atau kerajianan mereka dalam mencari uang untuk menambah pendapatan mereka guna meningkatkan taraf hidup bagi keluarga mereka. yang mungkin bisa menjadi penyebab “kurang”nya mereka.
Soal rajin, saya rasa para hamba Allah itu termasuk orang yang rajin, karena saat kita malas shalat (beribadah), mereka shalat lima waktu plus shalat sunnah lainnya.
Fenomena Kemiskinan Hamba Allah
Dalam memahami fenomena kemiskinan yang dialami para hamba Allah, seringkali kebanyakan orang mengaitkannya dengan takdir dengan berkata, “Itu sudah takdir” atau “Ini sudah ketetapan Allah”. begitu biasanya mereka menyalahkan takdir yang menurut mereka ditetapkan atas mereka dan tidak bisa diubah.
Sebagian orang mungkin percaya bahwa kemiskinan adalah bagian dari takdir seseorang dan sudah ditentukan oleh Tuhan bahkan sejak sebelum orang tersebut dilahirkan di dunia.
Namun, pandangan ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar dan perlu dikaji dengan lebih mendalam, baik dalam konteks agama maupun konsep logika.
Konsep Takdir dan Kemiskinan
Dalam ajaran Islam, takdir adalah pengetahuan Allah yang maha luas tentang segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, termasuk kehidupan manusia.
Ini adalah pengetahuan yang tak terbatas dan mencakup segala sesuatu yang terjadi di masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Namun, takdir tidak harus diartikan sebagai kejadian yang sudah ditentukan dan tidak bisa diubah.
Dalam konteks kemiskinan, ini berarti bahwa kemiskinan bukanlah suatu keadaan yang sudah ditakdirkan dan tidak bisa diubah.
Kemiskinan adalah keadaan yang bisa diubah melalui upaya dan kerja keras manusia dan/atau hamba Allah yang mau keluar dari keadaan penuh ketidakpastian yang dikenal dengan “miskin”.
Allah memberikan kemampuan kepada setiap manusia untuk mengubah nasib mereka dan bekerja keras untuk dapat keluar dari “takdir” kemiskinan yang menyelimuti mereka.
Kemiskinan dan Ujian
Kemiskinan juga bisa dianggap sebagai ujian dari Allah untuk menguji kesabaran dan keteguhan hati seseorang.
Dalam keadaan kemiskinan, seseorang diuji untuk tetap bersyukur dan sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah.
Namun, ini tidak berarti bahwa seseorang harus menerima kemiskinan sebagai takdir yang tidak bisa diubah.
Sebaliknya, setiap orang, khususnya hamba Allah, harus berusaha keras untuk mengatasi kemiskinan dan memperbaiki keadaan hidupnya, agar bisa menolong orang lain di kemudian hari.
Fakta Lapangan
Sebagian besar hamba Allah menganggap ujian kemiskinan adalah ujian ultimate yang dapat meruntuhkan iman mereka, namun dalam hati mereka, mereka sadar, jika berhasil keluar dari jerat kemiskinan, maka ada ujian yang lebih badar (besar) lagi ke depannya.
Maka dari itu, mereka tidak mau keluar dari kata “miskin”, karena khawatir akan ujian Allah selanjutnya, yang mungkin bisa menggoyahkan iman mereka. (Naudzubillah)
Kemiskinan dan Kewajiban Berbagi
Dalam ajaran Islam, salah satu kewajiban umat Muslim adalah berbagi dengan sesama yang membutuhkan, termasuk juga orang yang bisa dibilang miskin.
Kewajiban berbagi ini dilaksanakan dalam bentuk zakat, infaq, dan/atau sedekah.
Dengan berbagi, umat Muslim diharapkan dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dan menolong orang miskin untuk mengatasi kesusahan mereka.
Saya perhatikan dalam kehidupan nyata, sebagian orang yang kaya itu ternyata termasuk kikir lho, medit. hal ini didukung oleh hasil penelitian oleh Stéphane Côté (Universitas Toronto) menjelaskan bahwa orang kaya kurang dermawan dibandingkan dengan orang miskin yang dapat anda lihat di sini.
Apakah itu yang membuat mereka kaya dan kita miskin?
Tidak! Tapi kemalasan kita yang membuat kita tetap miskin, rasa tidak ingin maju (puas dengan status quo), dan/atau tidak menganggap dunia penting, yang membuat kita tetap miskin.
Jika anda menganggap sedekah membuat anda miskin, maka anda cukup menambah sumber pemasukan yang lain bagi anda untuk mendukung anda berbuat kebaikan di jalan Allah.
Kesimpulan NKRI One
Kemiskinan bukanlah suatu keadaan yang sudah ditakdirkan dan tidak bisa diubah.
Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengubah nasib mereka dan bekerja keras untuk keluar dari kemiskinan.
Kemiskinan bisa dianggap sebagai ujian dari Allah untuk menguji kesabaran dan keteguhan hati seseorang.
Namun, ini tidak berarti bahwa seseorang harus menerima kemiskinan sebagai takdir yang tidak bisa diubah.
Sebaliknya, seseorang harus berusaha keras untuk mengatasi kemiskinan dan memperbaiki keadaan hidupnya.