Baik di Luar Batas
Ketika kebaikan yang diterima melebihi batas, hamba Allah malah terharu hingga menangis.
Kenapa begitu?
Dan apa yang membuat hati mereka begitu sensitif terhadap kebaikan?
Pendahuluan
Ada hamba Allah yang begitu kuat menghadapi kejahatan, tapi justru lemah, rapuh, dan mudah runtuh. ketika dihadapkan pada kebaikan.
“Aku tidak bisa dibaikin, dijahatin nggak apa-apa, aku tahan dan malah senang.
Tapi kalau dibaikin, apalagi di luar batas normal, aku bisa nangis.“
Mengapa hamba Allah seperti ini?
Artikel ini akan membahas bagaimana kebaikan bisa menjadi senjata emosional yang lebih kuat daripada keburukan.
Kenapa Kebaikan Bisa Membuat Nangis?
1. Kebaikan Itu Menggerakkan Hati
- Kebaikan Menembus Pertahanan:
Hamba Allah yang terbiasa menghadapi kejahatan sering kali memiliki dinding emosi yang susah ditembus untuk melindungi dirinya dari rasa sakit hati.
Tapi, ketika kebaikan datang, hal itu melewati dinding pembatas dengan mudah. - Sentuhan yang Tulus:
Kebaikan, terutama yang tulus, menyentuh hati langsung tanpa melewati dinding pembatas pertahanan diri.
2. Tidak Terbiasa dengan Kebaikan
- Dunia yang Keras:
Hidup di lingkungan yang keras membuat kebaikan terasa seperti petir yang muncul tanpa awan tanpa hujan, mengejutkan mereka yang tidak terbiasa dengan kebaikan. - Jarang Menerima Kebaikan:
Ketika kebaikan datang, itu menjadi sesuatu yang luar biasa, bahkan membuat bingung hamba Allah yang biasa ngelamun-ngelamun mikirin entah apa.
Mengapa Lebih Mudah Menerima Kejahatan?
1. Sudah Terbiasa
- Kejahatan Adalah Hal Umum:
Menghadapi keburukan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang sering diantisipasi.
Hampir setiap orang, apalagi hamba Allah, memiliki mekanisme pertahanan diri dari sifat dan/atau sikap buruk orang lain. - Tidak Mengejutkan:
Keburukan, meski menyakitkan, tidak membawa efek emosional yang sama seperti kebaikan yang berlebihan.
2. Memberi Alasan untuk Kuat
- Kejahatan Memperkuat Mental:
Ketika dijahati, itu malah bisa melatih mental kita untuk sabar, tidak melakukan retaliasi yang bisa kita sesali, dan/atau bereaksi buruk.. - Tidak Ada Beban Emosi:
Berbeda dengan kebaikan, keburukan tidak memicu kita untuk membalas.
Kata Allah, “Sabar”.
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
(Surah Ali Imran: 146)
“…Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(Surah Al-Anfal 8:46)
“…Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, serta tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
(Surah Ali Imran 3:200)
“Barang siapa yang berusaha untuk bersabar, Allah akan menjadikannya mampu bersabar.
Tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”
(HR. Tirmidzi)
Kebaikan di Luar Batas Normal
1. Apa Itu Kebaikan “Luar Biasa”?
- Lebih dari “Standar Normal”:
Kebaikan yang melampaui ekspektasi, baik dalam tindakan maupun intensitasnya, membuat kita langsung lemas, gemetar, dan/atau takut.
Takut apa?
Karena ketika orang baik di luar batas normal, itu berarti ada kemungkinan itu bukan manusia biasa, bisa saja Malaikat lagi nyamar, atau minimal orang yang bisa “mendengar” Allah di hatinya.
Dan itu artinya “ada Allah”, dan setiap kita merasakan kehadiran-Nya kita takut, setakut-takutnya
(Gemetar is understatement, kita biasanya lemas, lemah, merasa tidak berdaya, kaki menjadi lemas, setiap kali merasa diperhatikan Allah dan diberi kebaikan yang normalnya tidak mungkin ada dan tidak mungkin terjadi). - Tidak Diminta:
Hamba Allah, tidak boleh meminta-minta, jadi tidak mengharapkan kebaikan apapun dari manusia.
Jadi ketika ada yang baik, damage-nya terasa banget.
2. Kenapa Kebaikan Ini Begitu Menggetarkan?
- Menyentuh Bagian Terdalam Hati:
Kebaikan di luar batas seperti ini mengingatkan bahwa masih ada manusia yang baik di dunia. - Membuat Merasa Disayangi:
Ketika seseorang berbuat baik dengan tulus yang hanya ditujukan kepada kita, itu memberi rasa bahwa diri kita istimewa baginya.
Dan sejujurnya itu membuat saya takut, takut kalau di masa depan, saya akan, baik sengaja maupun tidak sengaja, menyakitinya, melukai, dan/atau membuatnya kecewa.
Bagaimana Menghadapi Kebaikan yang Membuat Terharu?
1. Terima dengan Hati yang Lapang
- Hargai Ketulusan Mereka:
Jangan merasa terbebani oleh kebaikan, tetapi lihat itu sebagai bentuk perhatian dan cinta kasih seseorang kepada kita.
CInta bukan hanya sekedar cinta nafsu seperti di film “gak bener”, tapi sesungguhnya cinta yang tertinggi derajat adalah mencintai seseorang karena Allah.
“Ada tiga perkara yang jika terdapat dalam diri seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman:
(1) Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segalanya;
(2) Dia mencintai seseorang hanya karena Allah; dan
(3) Dia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan karena Allah, maka sempurnalah imannya.”
(HR. Tirmidzi)
“Pada hari kiamat, Allah akan berfirman:
‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku?
Pada hari ini, Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku, yang pada hari itu tidak ada naungan selain naungan-Ku.'”
(HR. Muslim) - Izinkan Diri Menangis:
Tidak apa-apa untuk menangis. Itu adalah bentuk penerimaan emosional.
(KEP: “Gak mungkin saya menangis di depan orang kan?“)
2. Jangan Merasa Harus Membalas
- Kebaikan Tidak Selalu Butuh Balasan:
Orang yang berbuat baik sering kali hanya ingin berbuat baik kepadamu, tanpa mengharapkan apa-apa, kecuali ingin membuat kamu senang. - Berikan Doa Sebagai Ucapan Terima Kasih:
Jika merasa saat ini tidak mungkin untuk membalas kebaikan mereka, cukup kamu doakan mereka dengan doa yang sebaik-baiknya.
Kesimpulan
“Jangan berbuat baik di luar batas kepadaku, nanti aku nangis.”
Kalimat ini adalah pengakuan dari seorang hamba Allah yang lebih mudah menerima keburukan daripada kebaikan.
Tapi, itu juga menunjukkan betapa kuatnya dampak kebaikan pada hati yang telah terbiasa dengan keras dan kejamnya dunia.
Kebaikan yang tulus memang memiliki kekuatan luar biasa untuk menggetarkan jiwa seorang hamba Allah.
Ingat, jangan terlalu baik kepadaku, karena aku tidak mau ada satu pun manusia yang melihatku menangis di depan umum.