Mengapa “orang biasa” seringkali merasa jasanya tidak dihargai sementara kesalahannya selalu dibesar-besarkan?
Artikel ini membahas realitas pahit yang sering dihadapi oleh banyak orang di kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Pernahkah Anda merasa semua yang Anda lakukan, sebesar apa pun kontribusinya, tidak pernah dianggap penting?
Namun, begitu Anda melakukan satu kesalahan kecil, semua orang langsung memperhatikan kesalahan anda?
Inilah realitas pahit yang sering dialami oleh “orang biasa“.
Mereka yang tidak memiliki jabatan tinggi, nama besar, atau koneksi kuat sering kali menjadi korban ketidakadilan sosial, di mana jasa mereka terlupakan, tetapi kesalahan mereka terus diingat.
Mengapa Jasanya Tidak Dihargai?
1. Budaya Fokus pada Kekurangan
Manusia, pada dasarnya, cenderung lebih mudah melihat kekurangan daripada kelebihan orang lain.
- Jika seseorang berbuat baik 10 kali tetapi melakukan satu kesalahan, kesalahan itu yang akan terus diingat.
- Budaya ini sangat terlihat di tempat kerja, di mana atasan sering kali lebih cepat menegur daripada memberi apresiasi.
2. Tidak Memiliki “Nilai Jual” yang Jelas
Orang biasa sering kali dianggap “tidak spesial.”
Kontribusi mereka sering dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja dan diharapkan terjadi.
- Seorang pekerja yang selalu datang tepat waktu dan/atau lembur tidak akan dipuji, tetapi jika terlambat sekali, dia akan langsung diperingatkan seolah selama hidupnya dia selalu terlambat.
- Mereka yang bekerja keras tanpa banyak bicara sering kali dianggap “tidak istimewa,” padahal kontribusi mereka sangat penting.
3. Ketergantungan yang Tidak Diakui
Sering kali, orang biasa menjadi tulang punggung sebuah sistem atau komunitas, tetapi keberadaan mereka diabaikan karena dianggap “sudah seharusnya begitu“.
- Contoh: Petugas kebersihan yang menjaga lingkungan tetap bersih jarang dihargai, tetapi jika mereka absen sehari saja, dampaknya langsung terasa.
Mengapa Kesalahannya yang Dicari?
1. Mentalitas “Scapegoating“
Ketika sesuatu berjalan salah, manusia cenderung mencari kambing hitam.
Orang biasa yang tidak memiliki kekuatan atau pengaruh sering kali menjadi target utama.
2. Ketidakseimbangan Kekuasaan
Dalam hierarki sosial atau pekerjaan, orang yang berada di posisi lebih rendah sering kali tidak memiliki suara untuk membela diri.
- Ketika terjadi kesalahan, mereka yang “tidak penting” lebih mudah disalahkan daripada mereka yang memiliki koneksi atau jabatan tinggi.
3. Ekspektasi yang Tidak Realistis
Orang biasa sering kali dipaksa untuk memikul ekspektasi yang tidak seimbang.
Ketika mereka tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut, mereka dianggap gagal, meskipun sebenarnya tuntutan tersebut tidak realistis.
Contoh: Prajurit dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah yang bahkan Kolonel dan/atau Jenderalnya tidak mengerti.
(keren kan?)
Mereka akan terus dicuci otak untuk melakukan itu, dengan iming-iming “Suatu saat kamu akan jadi Jenderal juga“. (WTF???)
Dampak pada Mental dan Kehidupan Sosial
1. Rasa Tidak Berharga
Ketika jasa seseorang tidak dihargai, mereka bisa merasa tidak dihargai sebagai individu.
Ini dapat menurunkan rasa percaya diri dan membuat mereka ragu untuk mengambil inisiatif.
2. Burnout
Orang yang terus-menerus berusaha memberikan yang terbaik tetapi tidak pernah dihargai rentan mengalami burnout.
Mereka merasa lelah secara fisik dan emosional tanpa mendapat apresiasi yang layak.
3. Hubungan yang Terganggu
Ketika kesalahan terus diingat tetapi jasa dilupakan, hubungan sosial bisa menjadi tegang dan/atau renggang.
Orang yang merasa tidak dihargai mungkin menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Bagaimana Mengatasi Situasi Ini?
1. Jangan Bergantung pada Pengakuan Orang Lain
- Sadari bahwa Anda tidak bisa memaksa orang lain untuk menghargai Anda.
Fokuslah pada apa yang Anda lakukan untuk diri sendiri dan orang-orang yang benar-benar peduli.
2. Berani Bicara
- Jika Anda merasa kontribusi Anda diabaikan, jangan ragu untuk berbicara.
Kadang-kadang, orang lain tidak menyadari jasa Anda sampai Anda mengingatkan mereka.
KEP: Ini tidak akan terjadi pada introvert, mereka hanya akan menitikkan air mata ketika dizalimi orang lain.
3. Kelilingi Diri dengan Orang Positif
- Cari lingkungan, komunitas, dan/atau dunia bisnis, yang mendukung dan menghargai Anda.
Orang-orang yang benar-benar peduli akan melihat nilai Anda tanpa Anda harus memintanya.
4. Fokus pada Hal yang Bisa Dikontrol
- Anda tidak bisa mengubah pandangan semua orang, tetapi Anda bisa mengontrol cara Anda merespons.
Fokuslah pada pekerjaan dan/atau bisnis yang membuat Anda bangga, bukan pada pengakuan yang mungkin tidak datang.
Inspirasi dari Kehidupan Sehari-Hari
Seorang tukang ojek mungkin tidak pernah mendapat penghargaan khusus, tetapi jasanya sangat penting bagi ribuan orang yang bergantung pada transportasi mereka setiap hari.
Petugas kebersihan mungkin tidak mendapat pujian, tetapi tanpa mereka, kota akan menjadi tempat yang tidak layak huni.
Kesimpulan: Jadi “Orang Biasa” Harus Banyak Sabar
Hidup sebagai “orang biasa” tidak berarti Anda tidak penting.
Jasa Anda mungkin tidak selalu dihargai, dan kesalahan Anda mungkin lebih sering diperhatikan, tetapi itu tidak menentukan nilai Anda sebagai manusia.
(KEP: Cukuplah Tuhan menjadi saksi anda, yang bisa menyayangi anda, dan menghargai anda,
in fact, bahkan Allah memafkan kesalahan anda, seolah itu tidak pernah ada)
Yang terpenting adalah Anda terus berbuat baik, bukan untuk pengakuan, tetapi karena itu adalah bagian dari siapa Anda.
Ingatlah, Allah mencatat setiap kebaikan, bahkan yang tidak dilihat oleh manusia lain.