Legal Kok Kalau Kita Feed Someone to The Monster
Legalitas. Mungkin terdengar sedikit gelap, tapi kadang kita hanya bisa tersenyum kecil saat melihat seseorang yang terlalu “penuh dosa” menghadapi konsekuensinya.
Kita? Tidak melakukan apa-apa, kok.
(KEP: “Dan memang ini yang diminta orang maupun monster yang terkait, Non Interference, Tidak melakukan Intervensi)
Yang kita lakukan hanyalah menonton dengan tenang, sambil mengingatkan diri untuk tidak bertindak apapun, tidak merasa kasihan, dan/atau tidak punya perasaan (apapun)..
Ya, membiarkan “monster” menjalankan peran dan mengambil korbannya juga punya nilai-nilai tertentu.
Jadi, mengapa kita anggap ini sah-sah saja?
Berikut beberapa alasan yang mungkin juga terlintas di pikiran kita.
KEP: “Sebelum anda menuduh saya kejam, dingin, dan tidak pedulian, saya ingin menyampaikan bahwa orang-orang yang akan menjadi korban monster ini, dulunya pernah kita tolong, tapi mereka lebih memilih menjadi setan dan menjadi ‘makanan’ demon”
(Bahkan mereka pada saat tertentu pernah berusaha mencelakakan kita, memfitnah kita, dan/atau menghina kita)
Jadi, menurut saya sih, kita tidak terlalu bodoh untuk melakukan kesalahan yang sama 2 (dua) kali, dan lebih memilih untuk tidak lagi melakukan apa-apa untuk manusia-manusia jahat seperti itu.
Kita tidak rusak dan/atau menjadi jahat, itu perlakuan standar untuk manusia jahat (seharusnya), kita masih belum bosan menolong manusia yang baik kok, karena Allah juga masih sering menolong kita.
Kembali ke topik utama, ini alasan kita, mengapa hal ini legal (tidak melanggar hukum) bagi kita:
1. Bukan Kita yang Melakukan
Ketika kita “memberi makan” monster, itu tidak berarti kita langsung terlibat.
Kita hanya membiarkan siklus berjalan, tanpa perlu mengotori tangan sendiri, tanpa membahayakan diri sendiri, dan tidak punya risiko apapun.
Terkadang, orang lain sudah menyiapkan semua alat, barang, dan bahan untuk kehancuran diri mereka sendiri.
Kita hanya perlu: Duduk manis, menjadi penonton yang baik.
2. Yang Kita Umpanin Biasanya Sudah Keterlaluan
Pernah ketemu orang yang sudah kelewat batas?
Mereka yang menguras kesabaran dan berulang kali melanggar batas kewajaran dan/atau kesabaran kita.
Bagi mereka yang terlalu banyak melangkahi batas, kita hanya harus membiarkan saja monster mengambil perannya.
Menghabiskan energi untuk mencegah mereka bertemu dengan nasibnya hanya membuang-buang waktu, tenaga, dan/atau mental strength kita saja.
3. Menjaga Tangan Kita Tetap Bersih
Kebersihan tangan adalah hal yang penting.
Kita tidak perlu terlibat langsung atau melakukan tindakan apa pun.
Cukup diam, biarkan mereka berurusan dengan karma dan/atau takdir mereka, sementara kita menjaga jarak dengan tenang.
Kita tidak ingin melanggar prinsip atau integritas hanya untuk menolong mereka yang bahkan sering berbuat jahat kepada kita.
KEP: “Jangan pernah (lagi) menolong orang yang tidak baik”
Mereka lebih parah daripada anjing, yang akan menggigit anda at any given chance (kapanpun ada kesempatan)
4. Kita Tidak Punya Kewajiban untuk Menjaga Jiwa Orang Lain
Kadang, orang-orang ini bahkan merasa tidak butuh diselamatkan, atau lebih buruk lagi, mereka mungkin tidak peduli dengan bantuan yang kita tawarkan.
Jika mereka memilih jalan yang mengarah pada kehancuran, tidak ada kewajiban bagi kita untuk menjadi “penyelamat” mereka.
Lebih baik kita fokus pada tugas dan misi kita sendiri, daripada terjebak dalam usaha menyelamatkan yang tidak dihargai.
5. Menarik untuk Dilihat
Sejujurnya, ada momen di mana kita bisa berkata, “Hmm, menarik juga bagaimana ini akan berakhir“.
Menonton mereka berhadapan dengan monster bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Bukan untuk bergembira atas penderitaan orang lain, tetapi sebagai pengingat bahwa pilihan hidup kita akan membawa kita pada konsekuensi tertentu.
Realitas Perang Kebaikan dan Kejahatan
Kehidupan ini sebenarnya adalah arena di mana kebaikan dan kejahatan terus bertempur.
Terkadang, orang-orang hidup tanpa menyadari bahwa dunia ini memiliki batas-batas moral dan etika yang perlu dihormati.
Maka, jika sesekali kita membiarkan “setan” menjalankan tugas mereka dan “menindaklanjuti” orang-orang yang kelewat batas, itu bukan berarti kita jahat.
Kita hanya tidak ingin membuang waktu untuk orang-orang yang “memilih jalannya sendiri” (LoL).
Membiarkan Orang Menghadapi Pilihan Hidup Mereka
Ketika seseorang memutuskan untuk “jadi makanan” monster dengan pilihannya, kita tidak perlu merasa bersalah.
Kadang mereka memang memilih jalan itu sendiri—jalan yang salah dan penuh dengan konsekuensi buruk menanti di depan.
Biarkan mereka menjalani hidup sesuai pilihan mereka, tanpa harus repot menolong, membantu, dan/atau saving someone from certain doom (let it be).
Jadi, jika mereka memilih untuk berurusan dengan setan, monstr, dan/atau demon, biarkan.
Toh, kita tidak diwajibkan untuk mengorbankan waktu dan energi bagi mereka yang tidak punya rasa terima kasih, rasa syukur, dan keinginan untuk berubah jadi manusia yang lebih baik.
Kita punya prioritas lain yang lebih penting, misi yang lebih besar yang lebih pantas untuk diperhatikan.
Kesimpulan: Fokus pada Hidup dan Misi Kita
Pada akhirnya, membiarkan “monster” mengambil bagian bukanlah tindakan yang kejam jika kita memahami konteksnya.
Kita hanya memilih untuk tidak mengintervensi mereka yang dengan sengaja memilih jalannya sendiri.
Menghabiskan energi untuk mencegah mereka jatuh ke dalam Neraka bersama setan, hanya akan mengganggu fokus kita pada tugas serta misi yang utama dan/atau lebih bermakna.
Biarkan setiap orang memilih jalannya sendiri.
Kita bukan siapa-siapa dalam hidup mereka, cukup menjaga jarak dan menyaksikan dari kejauhan, sembari tetap fokus pada tugas dan misi kita.
Membiarkan manusia jahat “dimakan” Monster, adalah salah satu cara mengurangi tingkat kejahatan dan/atau kebatilan di Bumi (Dunia).
So, let it be.
It might be help a lot if prepare some snacks when we’re at it.
It is fun.