Orang yang Suka Damai: Kedamaian adalah Pilihan yang Lebih Baik
Damai. Sebuah kata yang terdengar sederhana, tapi memiliki makna yang dalam. Bagi sebagian orang, damai mungkin identik dengan ketenangan, tanpa keributan, tanpa perang.
Tapi, bagi saya, damai lebih dari itu. Damai adalah kebebasan untuk bersantai, leyeh-leyeh kayak pengangguran, dan yang paling penting, waktu untuk bermain.
Siapa yang tidak ingin hidup damai?
Bayangkan, tanpa perlu memikirkan konflik, tanpa harus repot-repot merencanakan strategi untuk mengatasi musuh.
Semua berjalan mulus, dan kita hanya tinggal menikmati hidup, tidur-tiduran seharian jika perlu.
Saya selalu percaya bahwa hidup dalam kedamaian jauh lebih baik daripada hidup dalam konflik atau perang.
Mari kita jelajahi lebih dalam mengapa kedamaian, bermain, dan tidur-tiduran seharian adalah jalan hidup yang sempurna.
Kedamaian artinya Lebih Banyak Waktu untuk Bermain
Salah satu alasan utama mengapa saya suka damai adalah karena kedamaian memberi saya lebih banyak waktu untuk bermain.
Bagi saya, bermain adalah aktivitas paling menyenangkan yang bisa dilakukan sebagai manusia.
Tidak perlu berpikir berat, tidak perlu menghadapi tekanan, hanya bersenang-senang saja.
Saat dunia di sekitar kita damai, kita bisa menikmati hidup di dunia dengan maksimal tanpa beban tambahan.
Kedamaian juga memberi ruang untuk melakukan banyak hal tanpa ribetisasi.
Coba bayangkan, saat dunia di sekitar kita sedang sibuk berperang atau dalam konflik, waktu kita akan habis untuk memikirkan bagaimana mengatasi masalah, berpikir, berpikir, dan terus berpikir, untuk menganalisa masalah dan mencari jalan keluarnya.
Hampir tidak ada ruang untuk bermain atau bersantai.
Tapi, saat damai, kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk hal-hal yang menyenangkan, entah itu bermain game, berolahraga, atau hanya berleyeh-leyeh santai tanpa beban pikiran, tentunya tetap bekerja serta menjalankan tugas.pokok dan fungsi kita sebagai hamba Allah.
Damai Lebih Baik daripada Konflik
Saya selalu percaya bahwa damai lebih baik daripada konflik.
Kenapa?
Karena konflik hanya membawa masalah, sedangkan damai membawa kebahagiaan.
Konflik memicu stres, cemas, dan membuat kita sibuk mencari cara untuk menyelesaikan masalah. Padahal, hidup sebenarnya tidak perlu serumit itu.
Damai adalah kondisi di mana kita tidak perlu memikirkan hal-hal yang berat.
Tanpa konflik, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang membuat kita bahagia.
Dan bagi saya, kebahagiaan itu adalah bermain dan bersantai.
Jadi, daripada berperang atau bertengkar, bukankah lebih baik jika kita semua hidup dalam kedamaian?
Pengalaman Jadul: “Pukul Saya Saja”
Sejak jaman dulu (jadul), saya suka perdamaian, ketenangan, dan lingkungan yang harmonis dimana tidak ada konflk dan permusuhan..
Sejak mulai masuk dunia premanisme, saya selalu berusaha mendamaikan teman yang bermusuhan, mau berkelahi sesama teman, dan/atau mau mencelakakan teman sendiri.
Salah satu penyebab utama perkelahian laki-laki di zaman dahulu adalah perempuan, karena itu di antara teman-teman saya muncul satu peraturan tidak tertulis yaitu,
“Jika satu wanita pernah menjadi pacar salah satu orang di antara kami, maka yang lain tidak boleh memacarinya, walaupun sudah berstatus mantan pacar“,
yang lucunya, masih berlaku bertahun-tahun kemudian setelah kami tidak luntang-lantung di jalan lagi.
Jika dipikir, ada satu keunikan yang terjadi ketika masa “darah masih mendidih” dan “otak tidak terlalu cerdas“, yaitu ketika ada di antara teman yang mau berkelahi, walau beda rombongan (kelompok), saya berusaha mencegah agar tidak terjadi konflik lanjutan yang dapat membahayakan kedua belah pihak, dan terkadang menawarkan diri dengan berkata,
“Pukul saya saja, karena kamu teman saya dan dia teman saya juga, (kamu tahu saya), ketika kamu ada masalah (sama orang lain), apa saya pernah lari atau tidak mau datang ketika kamu perlu saya untuk datang?
Nah, hal yang sama juga berlaku untuk mereka, kalian datang ketika saya panggil dan saya datang ketika kalian panggil (vice versa), karena itu saya tidak mau kalian jadi musuh satu sama yang lain“,
jika salah satu pihak masih ingin terus melanjutkan masalah yang sebenarnya tidak terlalu penting dan hanya sekedar gengsi/ego saja.
Yang tentu saja, Alhamdulillah, tidak ada yang benar-benar melakukannya dengan mengambil tawaran itu.
Mengapa?
Mungkin karena mereka takut dengan reperkusi atau retaliasi.dari orang yang mereka anggap “gila” dan, secara de facto, memang pernah masuk ke Rumah Sakit Jiwa.
Keterangan “Masuk Rumah Sakit Jiwa”:
Nggak nginep ya, cuma dijemput dari sekolah, lalu dibawa ke RSJ, ketemu Psikiater dan Psikolog plus rekam otak, oleh orang tua sendiri. T_T
Jadi, orang yang waras, terutama teman yang tahu (seperti mereka di atas), akan berpikir delapan kali sebelum mengambil posisi sebagai musuh orang yang mereka anggap “gila”.
Kedamaian Membuat Kita Lebih Bahagia
Salah satu alasan utama mengapa damai itu penting adalah karena kedamaian membawa kebahagiaan.
Ketika kita hidup dalam damai, kita tidak perlu memikirkan hal-hal buruk.
Tidak ada rasa marah, tidak ada keinginan untuk “menghilangkan” orang lain dari hidup kita.
Kita bisa tersenyum kepada semua orang, bahkan kepada mereka yang mungkin tidak terlalu kita sukai.
Kedamaian juga membuat kita lebih mudah untuk berhubungan dengan orang lain.
Bayangkan jika kita selalu hidup dalam konflik, setiap orang di sekitar kita akan menjadi musuh potensial.
Tetapi, ketika kita hidup dalam damai, kita bisa melihat orang lain sebagai teman, bukan musuh.
Ini membuat hidup kita menjadi lebih ringan dan menyenangkan.
Apakah Saya Orang yang Suka Damai?
@supergeniusthinker I am A Peaceful Person #KEP #innerpeace #NKRIone
♬ Dj Kara Boruto – Tomy Andrew
Sekarang, pertanyaan utamanya adalah, apakah saya benar-benar orang yang suka damai?
Tentu saja, ada yang mungkin tidak percaya dengan hal ini, terutama jika mereka tahu masa lalu saya dan pernah melihat zaman dimana saya belum “ditangkap Tuhan”.
Tetapi, dalam hati saya yang terdalam, saya adalah orang yang selalu memilih kedamaian daripada konflik, ya walaupun The Other Me c.q. Qarin, mungkin tidak terlalu setuju dengan itu.
Mungkin Anda bertanya-tanya, apakah saya benar-benar tidak pernah marah atau terlibat dalam konflik lagi?
Tentu saja pernah, karena setahu saya, saat ini saya masih manusia, oleh karena itu kadang emosi saya bisa terpancing dan harus berusaha keras menenangkan diri.
Ketika saya emosi, terkadang saya hanya tersenyum, sadar bahwa yang menguji adalah Tuhan dan memaklumi bahwa “teletubbies”, yang mengganggu, tidak tahu kerasnya dunia luar dan merasa berani melakukan hal buruk karena mereka merasa aman.
“…Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal“
(Q.S. At-Taubah:51)
“Sungguh, besarnya pahala bersamaan dengan besarnya cobaan.
Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka.
Barangsiapa yang rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya,”
(HR. At Tirmidzi)
Orang yang tidak tahu bahwa nyawa bisa hilang sewaktu-waktu, biasanya saya sebut "Teletubbies". pic.twitter.com/K5DxHE1y9G
— NKRI One Archipelago (@NKRIoneARC) September 7, 2024
Menurut penasihat, marah itu tidak baik untuk kesehatan, karena itu sebaiknya saya tidak melakukan hal buruk kepada diri sendiri apalagi orang lain dengan marah.
Penutup: Damai itu Indah
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dalam konflik.
Kedamaian memberi kita kebebasan untuk bermain, bersantai, dan menikmati hidup tanpa beban.
Konflik hanya membawa stres dan masalah, sedangkan damai membawa kebahagiaan.
Jadi, daripada memilih jalan penuh konflik, mengapa tidak mencoba hidup dalam kedamaian dan ketenangan?
Pada akhirnya, kedamaian bukan hanya tentang menghindari konflik, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, untuk menjalani hidup sehari-hari yang lebih tenang tanpa kendala.
Dengan memilih damai, kita bisa lebih menikmati hidup, lebih fokus pada hal-hal yang membuat kita bahagia, dan lebih terbuka untuk berbagi senyum dengan semua orang di sekitar kita.
Jika anda muslim, maka anda tidak seharusnya dengki, benci, dan/atau membelakangi (nyuekin/musuhin) seorang muslim lainnya.
Seorang muslim juga tidak boleh zalim, menghinda, dan/atau merendahkan orang muslim lainnya, sebagaimana tercatat dalam hadits Nabi ini:
Hadits Riwayat Muslim:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah kalian saling berlomba dalam menawar barang.
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya.
Tidak boleh menzhaliminya, menghinanya, dan merendahkannya.
Taqwa itu di sini (menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali).
Cukuplah seseorang dianggap buruk jika ia merendahkan saudaranya sesama Muslim.
Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.“