Saat Terpuruk, Hampir Semua Orang Ninggalin Kita
Ketika kita berada di masa terpuruk, rasanya seperti dunia meninggalkan kita. Bahkan bayangan yang selama ini selalu mengikuti, tampak hilang sirna dalam kegelapan total.
Pada saat-saat seperti itu, kita merasakan kesendirian yang dalam, kesendirian total, dan tidak ada hal baik apapun di sekitar kita.
Jangan khawatir jika itu terjadi kepada anda, berdoalah kepada Tuhan, biasanya Dia akan menolong anda, dengan mengirimkan cahaya yang bisa mengusir kegelapan yang menyelimuti anda.
(biasanya Dia akan menyuruh hamba-Nya yang ada di situ)
Tapi anehnya, kalau anda pintar dan memperhatikan, saat ada cahaya yang menerangi, bukan hanya keadaan yang terlihat lebih jelas, tapi juga para “laron” mulai bermunculan lagi, manusia-manusia yang selama ini “tidak ada” muncul, seolah anda tidak pernah mengalami kegelapan yang menyesakkan hati, seolah semuanya tampak normal.
1. Kegelapan Menyingkap Siapa yang Sebenarnya Ada untuk Kita
Masa-masa kegelapan dalam hidup sering kali menjadi ujian besar, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang-orang di sekitar kita.
Saat kita berada di puncak atau dalam keadaan yang baik, kita dikelilingi oleh banyak orang. Mereka ada di sana, berbagi kebahagiaan, menikmati kebersamaan, dan tampaknya peduli.
Tapi ketika kita jatuh, ketika dunia kita seakan-akan runtuh, hanya segelintir yang benar-benar tetap tinggal, berada di sekitar anda, dan paling sedikit, menyapa anda.
Kita sering mendengar ungkapan bahwa kesulitan menunjukkan siapa teman sejati kita.
Dan memang benar, saat kita berada di titik terendah, kegelapan mengungkapkan kebenaran tentang siapa yang benar-benar peduli dan siapa yang hanya ada di sekitar saat segalanya berjalan lancar.
KEP: “I’m the opposite. I’ll be there when you need me, when you feel like no one is by your side. But I will quietly disappear when you’re basking in the limelight.”
“However, one human, through God’s will, managed to chain me, so I can’t just disappear as I usually do. I am bound. And to ensure that I can’t escape by any means, God placed another chain, locking me and preventing me from ‘escaping’ to another world.”
Q: “Are you complaining ‘about it’ again? It’s actually a good thing we are bound“
2. Cahaya dan Kembalinya Laron
Namun, seperti yang kita semua alami, ketika kita mulai bangkit lagi, ketika cahaya kehidupan kita kembali, orang-orang yang dulu hilang dalam kegelapan akan mulai bermunculan kembali, seperti laron yang tertarik pada cahaya.
Mereka kembali mengelilingi kita, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, seolah-olah “meteor” yang menghempas kita tidak ada, seolah kita selalu bisa tersenyum tanpa beban.
Saat segala sesuatunya terlihat normal lagi, begitu pula kehadiran mereka.
Hal ini bisa membuat kita berpikir, “Apakah mereka benar-benar ada untuk kita, atau hanya ada karena mereka ingin ikut menikmati cahaya yang ada untuk kita?”
KEP Explanation:
“It’s neither. When you were in the dark, they couldn’t even see you.
They were too afraid to help and didn’t even consider supporting you.
But when a little light pulls you out of the darkness, they suddenly notice you and flock around, thinking they’re seeing a ‘new’ version of you.”
Mereka yang menghilang saat kita terpuruk, tiba-tiba muncul lagi ketika keadaan membaik, sebenarnya adalah jenis “best seller” manusia, mereka sangat banyak, terlihat baik, namun ya, standar manusia lah.
Mereka dibuat seperti itu, dan memang berada di bumi untuk itu.
3. Congratulations, Shall We Back to Our Old Self?
Setelah melewati masa sulit dan akhirnya bangkit kembali, muncul pertanyaan:
Apakah kita akan kembali menjadi diri kita yang dulu?
Akan sangat mudah untuk kembali ke rutinitas lama, membuka diri lagi kepada orang-orang yang mungkin pernah mengecewakan kita, dan berpura-pura bahwa segalanya baik-baik saja.
Tapi setelah semua yang telah terjadi, apakah kita benar-benar ingin kembali?
I do not want to be around the fakers.
Berpura-pura bahwa semuanya normal hanya akan membuat kita lelah.
Orang-orang yang pernah meninggalkan kita di saat terpuruk adalah orang-orang yang sudah menunjukkan warna aslinya.
Berada di sekitar mereka lagi hanya akan membuat kita semakin merasa kosong dan terjebak dalam siklus yang sama.
KEP: “Me? ‘Someone’ will erase me from your memory.
Any kind deed I’ve done will be erased, any smile I gave will be erased from your mind.
It’ll be like I was never here, like I was never by your side. I’m not the good guy. I’m selfish, and I’m the enemy of everyone who hates and despises me.
And that will be your new memory.“
4. Menghindari Orang-Orang yang Tidak Tulus
Mengelilingi diri dengan orang-orang yang tulus adalah langkah yang bijak.
Terkadang, kita memang perlu memilah siapa yang benar-benar bisa kita percayai.
Kehadiran mereka yang hanya muncul saat kita berada di atas bukanlah tanda kesetiaan atau persahabatan yang sebenarnya.
Mereka hanya laron, tertarik pada cahaya , dan akan pergi lagi ketika cahaya itu padam.
Berada di sekitar orang-orang seperti itu sangat melelahkan.
Berusaha menyenangkan mereka atau mengakomodasi kebutuhan mereka ketika kita tahu mereka tidak pernah benar-benar ada untuk kita hanya akan menghabiskan energi kita.
Mereka bukan bagian dari agenda hidup kita.
Mereka adalah lost cause, orang-orang yang mungkin tidak pernah akan mengerti atau menghargai kehadiran kita.
5. Memilih Kehidupan yang Sehat Setelah Terpuruk
Setelah kita bangkit, sangat penting untuk memilih dengan hati-hati siapa yang akan kita izinkan untuk kembali ke dalam hidup kita.
Pengalaman terpuruk mengajarkan kita banyak hal, salah satunya adalah nilai dari kehadiran yang tulus.
Kita tidak perlu kembali ke pola lama, di mana kita dikelilingi oleh orang-orang yang hanya ada saat segalanya aman, dan segalanya mudah bagi kita.
Lebih baik memiliki lingkaran kecil dengan orang-orang yang benar-benar peduli dan tulus, daripada dikelilingi oleh orang-orang yang hadir hanya ketika mereka melihat cahaya dan kesempatan untuk “ikut menang”.
Penutup: Berdiri Kuat Tanpa Para Laron
Pada akhirnya, masa-masa terpuruk bukan hanya tentang membangun diri kita kembali, tetapi juga tentang memurnikan hubungan kita.
Kita belajar siapa yang benar-benar ada untuk kita dan siapa yang hanya datang saat keadaan baik. Dan ketika kita bangkit lagi, kita tidak harus mengizinkan para “laron” itu untuk kembali.
Kita sudah cukup kuat untuk berdiri sendiri tanpa mereka, dan dengan cara itu, kita bisa hidup lebih otentik, lebih damai, dan tidak terjebak dalam kepura-puraan yang melelahkan.