Sekali Salah, Semua Kebaikan Hilang
Ada ungkapan yang sering kita dengar: “Sekali salah, semua kebaikan hilang.”
Di dunia ini, satu kesalahan saja sering kali menutupi segala kebaikan yang sudah pernah kita lakukan, seolah-olah satu kesalahan kecil mampu menghapus seluruh upaya baik yang sudah kita tanamkan.
Cara pandang ini, sayangnya, menjadi salah satu realita pahit dari bagaimana manusia menilai sesamanya—satu kesalahan bisa menghancurkan citra yang selama ini baik.
Namun, untungnya, ini hanyalah cara manusia menilai.
Tuhan tidak menilai hamba-Nya dengan cara yang sama.
Bagi Tuhan, setiap tindakan kebaikan memiliki nilai, dan kebaikan yang kita lakukan tidak serta-merta hilang hanya karena satu kesalahan.
Mengapa Manusia Fokus pada Kesalahan
Manusia sering kali terfokus pada kesalahan dan cenderung melupakan kebaikan.
Dalam banyak kasus, kesalahan menjadi seperti “highlight” dalam hidup seseorang, lebih mudah diingat dan lebih sulit dimaafkan.
Satu tindakan keliru bisa membuat seseorang kehilangan kepercayaan, bahkan reputasi yang sudah dibangun lama.
Sikap ini sering kali terjadi karena manusia cenderung menilai berdasarkan kesan terakhir.
Ketika kesalahan terjadi, ingatan kita langsung terpaku pada momen itu, seakan-akan itulah satu-satunya hal yang pernah ada.
Padahal, setiap orang pernah membuat kesalahan.
Seberapa sering kita mendengar seseorang yang dihargai karena kebaikannya tiba-tiba dijauhi atau dilupakan setelah satu kekeliruan?
Ini menunjukkan bagaimana cara manusia melihat kesalahan kadang-kadang very unfair (tidak adil) dan sangat subjektif.
Tuhan Menilai dengan Cara yang Berbeda
Berbeda dengan manusia, Tuhan Maha Pemaaf dan Maha Mengetahui.
Tuhan tidak menilai hamba-Nya hanya dari satu kesalahan, apalagi jika kesalahan itu terjadi karena keisengan, rasa penasaran, dan/atau ketidaksengajaan.
Dalam pandangan Tuhan, kebaikan dan keburukan tidak begitu saja saling menghapus.
Sebaliknya, Tuhan menghargai setiap usaha kebaikan yang kita lakukan.
Kebaikan yang telah dilakukan tetap tercatat, dan satu kesalahan tidak berarti semua amal baik kita hilang begitu saja.
Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa rahmat-Nya lebih luas daripada kesalahan manusia. Dalam Surat Az-Zumar (39:53), Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.'”
Hadis dari Nabi Muhammad SAW juga menyebutkan,
“Sesungguhnya, Allah Maha Penyayang terhadap hamba-Nya.
Jika hamba itu mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat sehasta,
Aku mendekat sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, maka Aku datang kepadanya berlari.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menggambarkan bagaimana Tuhan merespons setiap kebaikan dengan cinta, jauh melebihi reaksi manusia terhadap kesalahan.
Belajar dari Kesalahan: Menjadi Lebih Baik
Kesalahan adalah bagian dari proses hidup dan pembelajaran.
Setiap orang pasti pernah membuat kesalahan, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita merespons kesalahan tersebut.
Tuhan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan tidak menghapus semua kebaikan hanya karena satu kekeliruan.
Dalam Islam, konsep ini disebut dengan taubat.
Taubat adalah upaya untuk kembali kepada Tuhan dan menunjukkan ketulusan hati dalam memperbaiki diri.
Kesalahan seharusnya menjadi pelajaran untuk menjadi lebih bijaksana, lebih kuat, dan lebih berempati.
Dengan belajar dari kesalahan, kita tumbuh menjadi manusia yang lebih baik.
Melalui kesalahan pula, kita diingatkan akan kelemahan diri kita dan pentingnya bergantung pada rahmat Allah yang tidak terbatas.
Menghargai Kebaikan lebih dari Kesalahan
Menghadapi kenyataan bahwa manusia cenderung menilai berdasarkan kesalahan, kita harus belajar untuk melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri dan pada orang lain.
Memahami bahwa kesalahan tidak serta-merta menghapus semua kebaikan yang ada dalam diri seseorang bisa membuka jalan bagi hubungan yang lebih damai dan penuh pengertian.
Menyadari kelemahan manusia dan pentingnya belajar dari kesalahan bisa membuat kita lebih bijaksana dalam menilai.
Ada sebuah hadis yang mengatakan:
“Allah tidak menilai dari rupa kalian, namun Allah menilai hati dan amal perbuatan kalian.”
(HR. Muslim).
Hadis ini mengingatkan kita bahwa Tuhan melihat isi hati dan niat kita, bukan hanya tindakan lahiriah.
Jika kita mampu mengingat bahwa Tuhan melihat setiap usaha untuk memperbaiki diri, kita tidak akan terlalu khawatir tentang satu kesalahan yang telah diperbuat.
Tuhan melihat hati dan niat yang terus berusaha untuk menjadi lebih baik, dan rahmat-Nya selalu ada bagi hamba yang mau memperbaiki diri.
Membiarkan Manusia Menilai, Namun Fokus pada Penilaian Tuhan
Pada akhirnya, mungkin kita tidak bisa menghindari cara manusia menilai kita, tetapi kita bisa memilih untuk fokus pada penilaian Tuhan.
Tuhan melihat lebih dalam dari sekadar kesalahan yang kasat mata.
Di mata Tuhan, satu kesalahan tidak akan menghapus segala kebaikan, dan justru kebaikan itu masih memiliki nilai di sisi-Nya.
Setiap kali kita tergoda untuk terlalu memikirkan penilaian manusia, ingatlah bahwa penilaian Tuhan adalah yang utama.
Kesalahan adalah bagian dari perjalanan hidup yang akan selalu ada.
Dalam prosesnya, kita belajar untuk lebih mengenal diri, lebih dekat dengan Tuhan, dan lebih memahami makna kebaikan.
Kesimpulan: Sekali Salah Tidak Menghapus Semua Kebaikan
Sekali salah, semua kebaikan hilang adalah cara manusia menilai.
Namun, ini bukanlah cara Tuhan memandang hamba-Nya.
Dalam pandangan Tuhan, setiap kebaikan yang kita lakukan tetap dihargai dan tersimpan, sementara kesalahan yang dilakukan dengan ketidaksengajaan tidak serta-merta menghapus kebaikan tersebut.
Sebaliknya, kesalahan menjadi peluang bagi kita untuk kembali kepada Tuhan, memohon ampunan, dan memperbaiki diri.
Bagi Tuhan, kesalahan adalah bagian dari proses hidup yang bisa mendekatkan kita kepada-Nya, asal kita memiliki niat untuk belajar dan memperbaiki.
Jadi, jangan biarkan penilaian manusia yang berfokus pada kesalahan mengaburkan pandangan kita tentang nilai kebaikan yang sebenarnya ada dalam diri kita.