Kita sudah membahas mengenai kurungan yang diberikan kepada kita di dunia, lalu apakah kita sama sekali tidak boleh melakukan tindakan pembalasan?
Tentu saja, seorang manusia tidak akan berubah begitu cepat, bahkan sepanjang hidup seseorang mungkin tidak akan bisa berubah sepenuhnya, karena sifat aslinya, sel DNA-nya masih sama, dan wataknya juga masih ada di blueprint jiwanya.
Lalu apa yang bisa membuat kita tidak berbuat kerusakan yang dikarenakan emosi dan berakhir menjadi “jahat” lagi?
Menahan Emosi dan Niat Jahat Karena Allah
Kemana emosi seseorang yang bisa marah dalam hitungan detik?
Dia menahannya karena Allah.
Kemana niat jahat seseorang yang biasa berbuat kerusakan?
Dia tidak akan melakukannya karena Allah.
Kemana manusia yang akan membalas apapun yang dia rasa tidak pantas?
Kata Allah boleh membalas selama tidak melebihi batas.
Tindakan Pembalasan yang Diperbolehkan
Pembalasan yang diperbolehkan inilah yang kita senangi, itu berarti kita bisa melakukan sesuatu kepada makhluk apapun yang memberikan kita alasan untuk melakukan retaliasi (tindakan pembalasan).
“And it is free“
Namun, sampai detik ini, sejak kita taubat, kita belum pernah melakukan apa yang diinginkan oleh sifat jahat yang ada dalam diri kita, karena ada Allah.
Allah selalu melindungi kita dari kejahatan, sifat jahat, dan niat buruk orang lain sebagaimana Allah melindungi orang lain dari apa yang kita niatkan dalam hati (retaliasi).
Dalam Islam, membalas suatu perlakuan buruk memang diperbolehkan, namun dengan syarat bahwa balasan tersebut tidak melebihi batas keadilan. Prinsip ini mengajarkan keseimbangan dan keadilan dalam bertindak, serta mencegah tindakan balas dendam yang berlebihan. Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits yang berkaitan dengan konsep ini:
Ayat Al-Qur’an tentang Tindakan Pembalasan yang “Legal”
- Surah An-Nahl (16:126):
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.
Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
Ayat ini menegaskan bahwa membalas perlakuan buruk diperbolehkan, tetapi tidak boleh melebihi apa yang telah diterima.
Sabar, bagaimanapun, dianggap sebagai pilihan yang lebih baik. - Surah Ash-Shura (42:40):
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
Ayat ini menunjukkan bahwa meskipun balasan yang setara diperbolehkan, memaafkan dan berbuat baik lebih dianjurkan karena itu menunjukkan kebesaran jiwa dan lebih disukai oleh Allah.
See, kata Allah, lebih baik sabar.
Hadits tentang Membalas dan Sabar
- Hadits Riwayat Muslim:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah kalian saling berlomba dalam menawar barang.
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya.
Tidak boleh menzhaliminya, menghinanya, dan merendahkannya.
Taqwa itu di sini (menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali).
Cukuplah seseorang dianggap buruk jika ia merendahkan saudaranya sesama Muslim.
Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.“
Hadits ini menunjukkan pentingnya menjaga hubungan baik antar sesama Muslim dan menghindari tindakan yang dapat merusak persaudaraan.
Meskipun membalas perlakuan buruk diperbolehkan, tidak boleh ada unsur kezaliman atau melampaui batas. - Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai berkelahi, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.“
Hadits ini mendorong umat Islam untuk mengendalikan diri dan tidak bertindak impulsif dalam membalas perlakuan buruk, karena kemampuan untuk menahan diri menunjukkan kekuatan sejati.
Allah dan rasul-Nya mengajarkan keadilan dan keseimbangan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam hal membalas perlakuan buruk.
Meskipun membalas diperbolehkan, harus dilakukan dalam batas-batas keadilan tanpa melebihi apa yang telah diterima.
Sabar dan memaafkan, bagaimanapun, adalah tindakan yang lebih dianjurkan dan lebih tinggi nilainya di sisi Allah SWT.
Memaafkan adalah cerminan kebesaran jiwa dan ketaqwaan, sementara tindakan balas dendam yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut dan merusak hubungan sosial.
Oleh karena itu, kita, yang ber-KTP Islam, dianjurkan untuk selalu mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan dan, bila memungkinkan, memilih jalan kesabaran dan pemaafan yang mendatangkan kedamaian dan keridhaan Allah SWT.
Allah Menghalangi Tindakan Jahat
Kita selalu menunggu adanya alasan yang sampai sekarang tidak pernah kita dapatkan, karena itu kita hanya bisa tersenyum.
Meskipun kadang kita terlihat tersenyum kepada manusia, sebenarnya kita tersenyum lebih karena Allah.
Karena Allah itu sangat pintar, sangat bijaksana, bahkan mencegah tindakan jahat kita jauh sebelum kejadian yang kita tunggu lama akan terjadi.
Misalnya, dua minggu yang lalu, ketika pinggang, pinggul, dan punggung saya terasa seperti mau patah, ternyata ada hikmah terpendam di balik semua itu.
Hikmah di Balik Rasa Sakit
Selama beberapa hari, Istri saya mengajak saya menginap di sebuah hotel, dan karena sesuatu hal yang tidak bisa diceritakan di sini, pinggang, pinggul, dan punggung saya rasanya sakit sekali, bahkan bergerak pun agak susah.
Saya jadi bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba badan saya jadi seperti ini, khususnya pinggang sebelah kanan, terasa sakit luar biasa.
Saya tidak bisa bergerak normal tanpa disertai rasa sakit dan tidak mungkin bagi saya untuk “stand by” seperti biasa, apalagi untuk berkelahi.
FYI (Intermezo):
Berasal dari kota yang dulunya penuh kekerasan mengajarkan saya untuk selalu siap sedia untuk berkelahi dalam rangka membela diri, menolong orang yang kita sayangi, dan/atau hanya senang-senang aja memuaskan nafsu birahi, eh, nafsu setan dalam diri.
Ternyata dua hari setelah pinggulnya sakit, saat saya sedang sarapan pagi dengan istri yang (samapai saat ini) masih sangat saya sayangi, ada tamu hotel lain yang menyalakan video musik dengan menggunakan handphone-nya di tengah restoran hotel saat sarapan pagi dengan suara maksimal super kencang dan sedikit banyak membuat gaduh mengganggu kenyamanan tamu hotel lain, termasuk saya.
Saya hanya tertawa dan bilang kepada istri, “Ternyata ini alasan kenapa badan aku sakit luar biasa, sampai tidak bisa bergerak bebas seperti biasa.”
Jadi, Tuhan mencegah saya berbuat kerusakan, sebelum terjadi kejadian yang bisa menyebabkan kontrol diri saya lepas, walaupun dengan alasan yang bisa dibenarkan secara hukum pidana (buatan manusia).
Penutup
Tindakan pembalasan yang diperbolehkan memang ada, tetapi kebijaksanaan Allah sering kali menghalangi kita untuk melakukannya demi kebaikan kita sendiri.
Dengan menahan diri dan menyerahkan segala urusan kepada Allah, kita bisa hidup lebih damai dan terhindar dari tindakan yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menahan emosi dan niat jahat, serta menjalani hidup dengan penuh kebaikan dan kepatuhan kepada Allah, insya Allah.