Bullying yang Diselimuti Kata Bercanda: Menguak Fakta di Balik Tindakan yang Sering Dianggap Ringan
Ada fenomena menarik yang sudah lama saya amati, dan mungkin Anda juga pernah mengalaminya—bullying yang diselimuti kata “bercanda.”
Orang yang melakukannya mungkin merasa bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang salah karena menyebutnya sebagai candaan, tapi kita tahu betul bahwa efeknya bisa sangat merusak.
Menariknya, bukan preman atau orang yang kita anggap kasar yang sering melakukannya, melainkan orang-orang yang menganggap diri mereka baik, sopan, atau bahkan “orang kantoran.”
Kenapa Bullying Dibungkus Sebagai Bercanda?
Ada alasan mengapa banyak orang menyelimuti perilaku bullying mereka dalam kemasan “bercanda.”
Salah satunya adalah untuk menghindari rasa bersalah atau mengurangi dampak dari tindakan mereka.
Dengan melabeli perilaku mereka sebagai bercanda, mereka bisa menghindari konfrontasi atau tanggung jawab.
Mereka bisa berpura-pura bahwa mereka tidak bermaksud menyakiti siapa pun dan bahwa reaksi orang yang terkena “candaan” mereka hanyalah berlebihan. (anjing kan?)
Orang yang merasa tidak pernah salah sering kali tidak mau mengakui bahwa mereka telah melukai perasaan orang lain.
Mereka melihat diri mereka sebagai individu yang tak bercela, jadi ketika ada orang yang merasa tersinggung atau sakit hati, mereka akan langsung membela diri dengan mengatakan, “Aku hanya bercanda, kamu terlalu serius.”
Ini adalah cara mereka mempertahankan citra diri yang sempurna, tanpa harus berurusan dengan konsekuensi dari tindakan mereka.
Bullying di Lingkungan Kerja: Lebih Terselubung Tapi Tetap Berbahaya
Mungkin Anda berpikir bahwa bullying hanya terjadi di sekolah atau di lingkungan yang keras seperti jalanan, tapi sebenarnya bullying di lingkungan kerja juga sangat umum, meskipun bentuknya lebih halus.
Di kantor, perilaku bullying seringkali disamarkan sebagai humor, cuma bercanda, kata mereka.
Seseorang dan/atau sekelompok orang, mungkin terus-menerus membuat lelucon tentang seseorang yang menjadi target bullying mereka, semua dengan dalih “itu hanya bercanda.”
Yang lebih mengejutkan lagi, orang yang terlihat sopan dan baik di permukaan bisa menjadi pelaku bullying jenis ini.
Mereka mungkin merasa bahwa candaan mereka ringan dan tidak berbahaya, tapi bagi orang yang menjadi target, itu bisa sangat melemahkan secara mental.
Orang-orang itu bukanlah preman jalanan ataupun mafia di kegelapan, tetapi bisa jadi orang yang duduk di meja sebelah Anda, berbicara dengan bahasa yang halus namun tetap penuh sindiran dan ejekan.
Perbedaan Antara Bercanda dan Bullying
Membedakan antara bercanda dan bullying memang terkadang sulit, terutama karena keduanya bisa terlihat sangat mirip di permukaan.
Namun, perbedaannya terletak pada niat dan reaksi orang yang menjadi target.
Bercanda seharusnya membuat semua orang tertawa dan merasa nyaman, sedangkan bullying seringkali meninggalkan seseorang merasa kesal, terhina, dan/atau terkucilkan.
(K: “God, can we just wreck them?“)
Candaan yang sehat adalah sesuatu yang bisa diterima oleh kedua belah pihak, sementara bullying disamarkan sebagai candaan yang satu arah, di mana pelakunya tidak peduli apakah target mereka merasa tersakiti atau tidak.
Ada juga istilah yang sering digunakan dalam kasus ini, yaitu gaslighting, di mana pelaku berusaha memanipulasi target untuk merasa bahwa mereka terlalu sensitif atau tidak bisa menerima lelucon.
Ini adalah salah satu bentuk manipulasi yang sangat umum dalam bullying di lingkungan kerja atau di pergaulan sosial yang lebih halus.
Dampak Jangka Panjang Bullying Terselubung
Meskipun sering dianggap remeh, bullying yang diselimuti kata bercanda dapat memiliki dampak jangka panjang.
Seseorang yang terus-menerus menjadi target candaan semacam ini bisa mengalami penurunan kepercayaan diri, stres berkepanjangan, dan bahkan depresi.
Mereka mungkin mulai meragukan diri mereka sendiri, merasa terisolasi dari rekan-rekan mereka, atau bahkan menghindari situasi sosial sepenuhnya karena takut menjadi bahan lelucon.
Di lingkungan kerja, bullying jenis ini bisa merusak produktivitas dan kesejahteraan mental seseorang.
Ketika seseorang merasa bahwa setiap tindakan atau perkataannya bisa dijadikan bahan lelucon oleh rekan kerjanya, mereka cenderung menarik diri dan menjadi kurang proaktif.
Ini juga bisa menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat, di mana orang-orang lebih memilih diam daripada berpartisipasi aktif karena takut dihina atau diejek.
Bagaimana Menghadapinya?
Lalu, bagaimana kita harus menghadapi bullying yang disamarkan sebagai bercanda ini?
Salah satu cara terbaik adalah dengan menetapkan batasan yang jelas.
Jika Anda merasa tidak nyaman dengan candaan seseorang, penting untuk memberi tahu mereka bahwa apa yang mereka katakan menyakiti Anda.
Jangan ragu untuk berbicara dan mempertahankan batasan tersebut.
Meskipun kadang-kadang sulit untuk menghadapi pelaku bullying, penting untuk tidak diam dan membiarkan perilaku tersebut berlanjut.
Bagi mereka yang tidak secara langsung terlibat tetapi melihat bullying terjadi, menjadi bystander yang aktif juga sangat penting.
Jangan mendukung perilaku bullying dengan tertawa atau membiarkannya berlalu begitu saja.
Terkadang, hanya dengan tidak ikut tertawa atau mengalihkan perhatian dapat membantu menghentikan perilaku tersebut.
Kesimpulan: Bullying Berlapis Canda Setan
Bullying yang diselimuti kata bercanda adalah masalah yang sering kali diabaikan karena dianggap sebagai hal yang ringan atau tidak serius.
Padahal, efeknya bisa sangat berbahaya bagi kesejahteraan mental seseorang, terutama di lingkungan kerja atau sosial di mana interaksi sehari-hari sangat penting.
Orang yang merasa dirinya baik dan sopan bisa saja menjadi pelaku bullying dengan dalih bercanda, sementara korban sering kali merasa bersalah karena dianggap terlalu sensitif.
Jika kita mengalami atau menyaksikan perilaku seperti ini, penting untuk bersikap tegas dan tidak membiarkan hal tersebut berlanjut.
Bullying dalam bentuk apa pun, meskipun disamarkan sebagai humor, tetaplah merusak dan tidak seharusnya diterima begitu saja.