Dituduh Tukang Rayu, Padahal Hanya Satu Wanita yang Pernah Saya Rayu

Duh, terkadang perkataan bisa menyakiti orang lain tanpa kita sadari bisa menjadi fitnah dan/atau menyakiti orang lain tanpa sengaja atau niat buruk, seperti ketika seorang teman di kantor mengatakan “Kan lo rayu2 wkwkw”, saya terkejut dan mengatakan, “Hanya 1 (satu) orang di dunia ini yang pernah saya rayu: Anak Saya“.

Arti Kata Rayu dan Merayu

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), rayuan berarti “hiburan atau bujukan (janji muluk dan sebagainya) untuk menyenangkan hati”, sedangkan merayu artinya:

  1. Menyenangkan hati (menyedapkan hati, menawan), seperti hiburan dan sebagainya;
  2. Membujuk (memikat) dengan kata-kata manis dan sebagainya; dan/atau
  3. mengajukan permohonan.

Nah, dari pengertian-pengertian di atas, saya tidak pernah melakukannya ke wanita manapun selain anak perempuan saya, itupun karena dia (anak saya) tidak suka dan anti banget makan sayur plus dia sangat penakut dengan yang namanya hantu.

Jadi saya mengeluarkan semua kata-kata baik yang bersifat membujuk agar anak saya mau makan sayur dan tidak takut lagi dengan hantu.

Kenapa Dituduh Tukang Rayu

Tuduhan sebagai Tukang Rayu adalah tuduhan yang serius, karena saya selalu menjaga harga diri saya untuk tidak menghinakan diri menjadi manusia seperti itu yang sarat dengan tipuan dan omong kosong.

Namun sebelum kita menilik latar belakang tuduhan Tukang Rayu itu, ada baiknya jika saya mengenalkan kebiasaan saya setelah saya mengenal agama, konsep akhirat, dan takut pada Tuhan.

Kebiasaan Hisab Diri Sendiri (Muhasabah)

Di dunia ini, selalu ada sebab akibat, saya selalu berusaha mencari penyebab atas segala kejadian, perbuatan, dan/atau perkataan yang terjadi pada saya, yang menurut orang Islam dikenal dengan nama muhasabah atau hisab diri sendiri.

Karena itu, inshaa Allah akan bermanfaat bagi saya dan mungkin bagi setiap orang, kalau anda sering mengaudit diri anda sendiri, dari perbuatan, perkataan, maupun tingkah laku, sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan:

Seperti tercantum dalam Al Quran dalam Surat Al-Hashr ayat (18) berikut ini

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

QS. Al-Ĥashr (The Exile): ayat (18)

Dan dianjurkan oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis sebagai berikut:

Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah SWT kelak. Bersiaplah menghadapi hari perhitungan yang amat dahsyat. Sesungguhnya, hisab pada hari kiamat akan terasa ringan bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia.

(HR. Turmudzi)

Jadi karena saya sering memeriksa diri saya sendiri, kalimat “Tukang Rayu” itu, tidak ada dalam hidup saya, “pinter ngomong” iya, tapi saya tidak pernah dengan sengaja membohongi orang lain dengan niat tidak baik.

Saya mungkin sering berbuat salah (Astaghfirullah), tapi merayu wanita bukanlah salah satunya, ini bahkan sudah berlaku jauh sebelum saya mengenal agama (taubat) dan tunduk pada Allah dan aturan-Nya.

Tidak Pernah Merayu untuk Cinta

Zaman dulu ketika masih aktif pacaran pun, saya tidak merayu wanita yang mau jalan sama saya, prinsip saya “mau ayo nggak ya sudah”, nothing to lose, jadi saya agak bingung dengan orang-orang yang memaksakan atau mengemis cinta untuk seorang wanita, sampai sekarang (Naudzubillah).

Karena itu, ketika sekarang setelah saya terikat punya Istri dan Anak, apalagi anak perempuan, kata rayu yang bisa berujung selingkuh itu, selalu saya jauhi dengan cara yang simple, yaitu tidak pakai wax (gel rambut), tidak stylish, dan jarang sekali memulai percakapan duluan terutama ke lawan jenis yang (menurut saya) cantik.

Alasan dituduh sebagai Tukang Rayu

Setelah saya mencerna pelan-pelan mengenai tuduhan/perkataan “tukang rayu” itu, ternyata mungkin penyebabnya adalah justru ketika saya berkata dan berbuat baik kepada mereka yang membutuhkan.

Membutuhkan bukan berarti mereka yang kekurangan, tapi mereka yang saat itu membutuhkan sesuatu yang ingin didapatkan.

Ini adalah beberapa contoh perbuatan baik yang mungkin menyebabkan tuduhan itu terkemuka:

Contoh 1:
Ketika melihat teman yang tidak bisa menggunakan mousenya, dikarenakan alas meja ruang rapat yang terlalu licin tanpa tekstur sehingga tidak sesuai dengan tingkat sensitifitas optik untuk menggeser mousenya, saya mengambilkan kertas untuk dijadikan alas mouse.
Apakah itu susah? TIdak, itu namanya menyelam sambil minum air, karena kebetulan saya sedang mau keluar ruang rapat sebentar, hanya bertanya ke pegawai yang berada di luar ruang rapat yang ditugaskan unit penyelenggara, “Apakah ada kertas?”

Alasan:
Saya tahu rasanya ingin pakai mouse, sudah bawa mouse, namun tidak bisa menggunakannya, dan tidak semua orang tahu bahwa kertas yang agak kasar, bisa dijadikan sebagai alas mouse.
Jadi kenapa kita tidak menolong tanpa effort extra.

Contoh 2:
Saya sebisa mungkin mencoba untuk berkata baik dan tidak merendahkan orang lain sebagaimana versi asli Krisna, jadi karena sering lewat counter (toko) handphone di mall, saya meng-adopt (menyerap) bahasa praktis mereka, dan menerapkannya di perkataan saya baik di kantor, di rumah, maupun di jalan.

Praktis kata-kata manis selalu keluar, baik berupa:
“Terima kasih kk”,
“Makasih Mbak”
“Terima kasih Bu”

Ke siapapun yang menurut saya baik.

Alasan:
Dengan memposisikan diri kita di bawah orang lain, orang yang mendengarnya akan merasa sedikit senang dan/atau sedikit mendapatkan “pride” karena itu.
So, ketika kita bisa berkata baik tanpa effort, why not?

Kesimpulan NKRI One

Saya sering melihat berita perselingkuhan hampir setiap hari dan merasa miris, lalu dalam hati berkata, “Bodoh sekali orang-orang yang selingkuh ini, tidakkah mereka tahu bahwa dunia ini hanya game, dan diakhir game kelak kita akan diperiksa dan dinilai?”

Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?

QS Al-An’am: 32

Walaupun dunia ini adalah game, para Gamer, termasuk saya, tahu satu aturan tidak tertulis bagi para gamer, yaitu, kami selalu berusaha bermain dalam game sebaik mungkin, kalau bisa tanpa melanggar ToS (Term of Services alias Aturan Permainan).

Anda bisa tanya Istri dan/atau mantan pacar saya, apakah saya membuat “effort” waktu belum jadi?

Tidak, saya baru “effort” kalau sudah jadi karena mereka berarti tanggung jawab saya.

Nah, saya merayu orang yang bukan apa-apa saya? That would be far fetched story.

Salam NKRI one.

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya di NKRI One

Most Read
Scroll to Top